start with why
Jurnal

Rahasia Manfaat Menulis dan Membaca, Pengalaman Pribadi

Manfaat Menulis dan Membaca.- Menulis adalah kegiatan yang tidak jauh dari keseharian saya ketika kecil. Bahkan saya sewaktu kecil saya pernah memimpikan menjadi penulis. 

Seperti layaknya anak kecil yang lain, saya adalah seorang pemimpi.  Keinginan itu, tetapi pudar seiring beranjaknya usia dan kemudian muncul kembali belakangan ini ketika saya mulai me re-evaluasi hidup saya.

Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca

Masa Kecil

“We are the dust in the universe, trying to understand itself” – Charles R. Pellegrino.

 

 

 

Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ibu yang saat itu bekerja di sebuah Apotek di kota Bandung masih belum mau melepaskan pekerjaannya, sehingga saya yang berusia tiga tahun  sering ditinggal dengan pengasuh dan buku bacaan.

 

Ketika masuk TK, daya imajinasi dari buku bacaan terkadang mendatangkan kesulitan buat saya. Alih-alih harus sabar menunggu jemputan sekolah, beberapa kali saya pulang sendiri karena imajinasi petualangan. Begitu juga jika saya mendapatkan kesulitan, kadang ibu mengasumsikan itu adalah imajinasi saya ketimbang cerita aslinya.

 

Memasuki SD, saya tidak ada masalah dengan mata pelajaran, tetapi bermasalah dengan kebiasaan saya yang berkeliling kelas mengganggu yang lain setelah selesai mengerjakan tugas. Ibu yang sering dipanggil ke sekolah, mencoba berbagai cara untuk melatih motorik halus  agar saya dapat lebih berkonsentrasi. 

 

Salah satunya dengan menggambar dan menulis. Ibu berharap saya bisa mengambil manfaat menulis dan membaca untuk meningkatkan konsentrasi saya.

 

Saat itu, Ibu yang  sudah berhenti bekerja karena mempunyai adik kecil saya, sering menemani ketika di rumah terutama ketika saya sudah mulai ogah-ogahan. Latihan menulis saya lebih terlatih ketika mempunyai sahabat pena dan kami sering bertukar cerita.

 

Usaha Ibu membuahkan hasil karena kegiatan itu dapat mendistraksi saya dari berkeliling ruangan di sekolah. Sampai pada suatu hari, Ayah menemukan sebuah surat untuk sahabat pena saya dan membacanya. Reaksi beliau marah besar karena menurut beliau, sebagian ceritanya adalah imajinasi saya. 

 

Sejak saat itu saya kurang menyukai dan mulai mengurangi menulis dan ibu jadi punya peran tambahan menyunting surat untuk sahabat pena saya.

tipe belajar visual

Imajinasi dan Kesedihan

Sewaktu kelas 3 SD, saya mengenal teman baik yang memperkenalkan pada Winnetou, Robinson Crusoe, Oliver Twist dan berbagai cerita klasik. Saya dan dia bermain bersama hampir setiap hari. Ibunya sering membacakan cerita klasik itu  ketika kami selesai bermain. 

 

Di situlah saya berpikir tentang kekuatan seorang penulis yang hebat, yang dapat membawa pembacanya larut dalam cerita, seolah olah si pembaca sedang mengalami apa yang ditulisnya. Saat itulah saya berkeinginan menjadi seorang penulis.

 

Sayangnya ibu teman baik saya meninggal saat kami kelas 5 SD dan setelah itu semuanya berubah, buat dia terutama tetapi juga buat saya.

 

Duka saya begitu dalam, tidak hanya karena kehilangan seorang sosok yang hebat, juga karena teman dekat saya mulai menjauh masuk ke dalam dunianya sendiri. Ibu saya yang menyukai puisi mulai memperkenalkan saya pada puisi. Di jaman itu, saya banyak menuliskan puisi terutama puisi sedih untuk berdamai dengan rasa kehilangan

 

komunikasi

Mengapa Ini Sulit?

Seiring berjalannya waktu, dengan berbagai kisah hidup yang dialami. Saya lebih memilih buku non fiksi dibandingkan fiksi. Jumlah buku bacaan yang bertambah, anehnya tidak mampu memperbaiki kemampuan berkomunikasi saya. 

 

Sering saya dihadapkan dengan situasi yang memaksa saya harus mengeluarkan pendapat, tetapi saya tidak menemukan kata yang tepat dari berbagai macam kata yang berterbangan di kepala. Saya juga menjadi orang yang tidak flexible, karena semua berdasarkan script jika semisal harus menyampaikan sesuatu di depan umum .

 

Kenapa Harus Menulis? Kenapa Tidak yang Lainnya?

Keadaan menjadi semakin memburuk ketika saya pindah ke Negara Jerman dan mengenal bahasa baru. Saya semakin merasa bukan menjadi diri sendiri karena ketidak-mampuan dalam berkomunikasi walaupun pada kenyataannya dua tahun dihabiskan untuk belajar bahasa Jerman di sekolah bahasa .

 

Di titik jenuh itulah saya mulai mere-evaluasi kembali kehidupan saya, dan saya pun teringat dengan konsep Lingkaran Emas yang saya baca di buku Simon Sinek berjudul Start with Why

 

manfaat menulis dan membaca
Golden Circle, Why How What seperti yang dijelaskan oleh Simon Sinek. Source by. Medium

Lingkaran Emas

Konsep ini diinspirasi oleh perbandingan emas – suatu relasi matematis sederhana yang menyediakan proporsi dan bahkan keindahan. 

 

Prinsip ini dipakai oleh mulai dari bangsa Mesir, Phytagoras sampai era Leonardo Da Vinci, oleh para matematikawan, biologi, seniman, arsitek, musisi dan naturis.1

 

Yang paling menarik adalah penerapannya di begitu banyak bidang kehidupan manusia. Sederhananya, Lingkaran Emas menjelaskan bahwa semuanya dimulai dari dalam lingkaran kemudian ke luar. Ketika kita memutuskan untuk melakukan sesuatu kita harus terlebih dahulu mengetahui MENGAPA kita melakukan APA yang kita lakukan1

 

Mengapa bukanlah “untuk mencari uang” atau “menjadi komunikator yang hebat” – itu hanya hasil atau akibat. Mengapa disini adalah nyawa dari apa yang ingin kita kerjakan, dia adalah tujuan, kepercayaan atau isu yang kita perjuangkan.1

 

Bertolak dari situ, saya pun memutar kembali kisah hidup saya untuk menemukan jawabannya sampai tiba di satu scene yang membuat saya lama berhenti disitu dan bertanya kepada diri sendiri, mungkinkah ini jawaban yang saya cari.

 

Scene itu adalah scene sewaktu kecil ketika saya mengajari ART tetangga dan saya yang kurang sabar dengan setengah hati mengajarkannya. Saya duduk dengan wajah kecut menghadap anak perempuan yang menunduk ketakutan. Saat itu Ibu mendekat dan berkata, 

 

“Di dunia ini yang terpenting adalah bukan karena kamu pintar, karena pintar saja tidak cukup tetapi kamu harus menjadi orang baik yang memberikan manfaat besar untuk orang lain”

 

Kenangan dan kata-kata itu membuat saya tersentak sejenak. Saya ingat, meminta maaf kepada anak itu sesudahnya dan merubah sikap saya. Setelah kejadian itu bahkan sampai ketika saya dulu bekerja di Indonesia, saya selalu berusaha memberikan ilmu kepada orang lain dan tergerak untuk memotivasi orang menjadi lebih baik. 

 

Manfaat Menulis dan Membaca

Saya kemudian berpikir, modal saya untuk dapat memotivasi orang lain adalah kemampuan komunikasi yang baik. 

 

Kemampuan itu dapat saya peroleh selain dari membaca, menulis, juga dari pelatihan terkait  komunikasi literasi, yang kemudian hasilnya bisa saya tuangkan melalui tulisan, baik fiksi, puisi maupun artikel non fiksi.

 

Seperti yang dikatakan oleh Jeff Bezos, CEO Amazon,

“Ketika kamu menulis, kamu dipaksa untuk berpikir dan menjadi lebih pandai berbicara.”

Manfaat Menulis Bagi Otak

 

 

Manfaat menulis dan membaca yang sudah terbukti adalah,

– meningkatkan kosa kata, 

– meningkatkan pengetahuan, 

– membuat kita berpikir secara lebih jelas akan satu hal, 

– meningkatkan kemampuan otak dalam memproses informasi dan

– meningkatkan kepercayaan diri.2

 

Menulis memang melelahkan dan membutuhkan waktu lama untuk menyusun suatu materi, tetapi jika kebiasaan ini kita lakukan secara konsisten, akan banyak manfaatnya.

 

 

 

 

Bagi Kemampuan Sosial

Manfaat menulis dan membaca selain dapat meningkatkan kemampuan komunikasi kita, juga dapat secara dramatis meningkatkan kualitas hidup kita dan hidup orang lain yang membaca tulisan kita.

 

Kesimpulan

Berbicara tentang meningkatkan kualitas hidup, saya jadi berpikir jika saya dapat memotivasi satu orang saja dari semisal 1000 orang yang membaca tulisan saya, itu adalah sebuah pencapaian. Terlebih karena ini sulit terukur, maka pesan saya kepada diri sendiri adalah 

 

“Jangan pernah berhenti walau sulit, teruslah berusaha karena rintangan yang di depan tidak lah mudah, tetaplah bangkit ketika jatuh dan tersenyum walaupun kritikan itu perih, karena melalui kritikan kita belajar menjadi lebih baik.”

 

 

 

 ***

 

Buat kalian sendiri, apa manfaat menulis dan membaca yang sudah kalian rasakan selama ini? Tulis di kolom komentar ya

 

Stay safe … xoxo

 

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Catatan Pringadi bekerja sama dengan Tempo Institute.

Referensi

Reference:

1Simon Sinek, Start With Why.

2Business2community.com, 5 Ways Writing Frequently Will Help Your Communication Skills

 

Update:

24 Juli 2020, 19:36 CET

 

Alhamdulillah wa syukurillah, tulisan ini mendapatkan tempat di hati juri dan berhasil memenangkan juara pertama. Hadiahnya adalah kelas menulis bersama Leila S.Chudori.

 

Sungguh kesempatan yang saya luar biasa syukuri karena banyak sekali pelajaran yang didapat ketika menulis artikel ini.

 

Terima kasih tentunya untuk Mas Pringadi sebagai penyelenggara, kak Prima yang sharing info ini di WAG 1M1C dan Eka artjoka yang udah bantuin jadi Editor dan rela menyesuaikan dengan waktu CET …it mean the world to me xoxo… 

You cannot copy content of this page