
Tahu Leila S Chudori? Baca 4 Tips Penting Kelas Menulisnya

4 Tips Penting dari Kelas Menulis Fiksi Leila S Chudori. Pada bulan Juli 2020 lalu, Alhamdulillah saya berhasil memenangkan lomba menulis Tempo Institute bekerja sama dengan blog catatan pringadi, dengan bertemakan “Kenapa Saya Menulis”.
Dari lomba ini, saya berhak mengikuti kelas menulis fiksi dari Tempo Institute dengan pengajar Mbak Leila.
Pengalaman dari kelas menulis fiksi ini luar biasa bermanfaat buat saya yang baru saja memulai menulis. Sebelum kita bercerita tentang pengalaman ini, mari kita mengenal dulu profil pemberi materi yaitu Leila S Chudori.
Profil Leila S Chudori
Leila S Chudori adalah seorang penulis sastra Indonesia yang sudah banyak menerbitkan karya fiksi. Beberapa karyanya yang paling terkenal berjudul “Pulang” serta “Laut Bercerita”.
Dari karyanya Laut Bercerita ini, Mbak Leila kemudian memenangkan South East Asia Writa Award (The S.E.A. Write Award) pada bulan Juni 2020 yang lalu. Buat kalian yang bertanya penghargaan apa itu, The S.E.A Write Award adalah sebuah penghargaan bergengsi untuk karya sastra para penulis dan pujangga di kawasan Asia Tenggara.
Karya yang sudah memenangkan penghargaan ini tentunya bukan karya yang sembarangan, jadi jika kita berbicara tentang kualitas pemberi materi, kelas ini tidak dapat diragukan lagi. Kecintaan mbak Leila sendiri terhadap karya sastra sudah dipupuk dari sejak dini.
Beliau menempuh pendidikan Jurnalistik di Kanada dan pernah bekerja sebagai jurnalis Tempo. Darah jurnalis mengalir kental dari ayahnya yang merupakan co-founder dari The Jakarta Post.
Dengan latar belakang Jurnalistik yang kuat, selain sibuk membawakan acara podcastnya dan mengajar di Tempo Institute, kini mbak Leila yang sudah pensiun dari Tempo tengah menyiapkan novelnya yang terbaru.
Tidak tanggung ada dua buah projek Novel yang sedang dikerjakannya. Projek yang satu bertemakan ‘kuliner ‘dan yang satu lagi bertemakan ‘pembunuhan’. Projek novel kuliner sangatlah unik karena mbak Leila mengambil ‘kuliner’ sebagai penggerak utama dari novelnya.
Setelah kita mengenal sedikit gambaran dari profil Mbak Leila, tambah penasaran dong seperti apa pelatihannya.
Pelatihan Kelas Menulis Fiksi Tempo Institute bersama Leila S Chudori.
Kelas menulis fiksi ini diselenggarakan sebanyak tiga kali pertemuan, setiap hari Kamis dari tanggal 30 Juli 2020 sampai 13 Agustus 2020 pukul 14:00 – 16:00 WIB via GoogleMeet.
Seorang trainer dari Tempo Institute menjadi organizer dari kelas ini, nama beliau adalah Jefry. Mas Jefry ini bertindak juga sebagai moderator kelas, dia adalah orang yang memastikan keberhasilan kelangsungan kelas ini.
Peserta kali ini yang mengikuti kelas menulis ada sebanyak 18 orang peserta termasuk saya. Untuk memudahkan komunikasi antara peserta dengan mas Jefry dari pihak Tempo dibuatlah wag (WhatsApp Grup). Setiap peserta juga mendapatkan login akses di Tempo Institute untuk mengunduh materi.
Pertemuan kelas online yang berlangsung sebanyak tiga kali menyuguhkan materi yang sangat padat tetapi bisa dicerna dengan baik oleh kebanyakan peserta. Pesertanya sendiri berasal dari berbagai macam latar belakang. Beberapa peserta bahkan sedang dalam projek menulis novel. Kesamaan diantara kita adalah ketertarikan dalam menulis.
Kelas menulis fiksi online ini baru diadakan semenjak pandemik corona. Sebelumnya kelas selalu diselenggarkan offline sebanyak lima kali. Tanpa mengurangi esensi dan materi, akhirnya kelas online dipadatkan menjadi tiga kali pertemuan.

Apa saja yang didapatkan dari kelas menulis fiksi ini?
Pertemuan pertama di kelas, mbak Leila membahas mengenai Drama Tiga Babak dan Karakter. Buat kalian yang sudah sering menulis atau pernah mengikuti kelas pelatihan menulis tentunya sangat familiar dengan drama tiga babak ini.
Drama Tiga Babak
Jika ada yang bertanya drama tiga babak ini seperti apa, sebenarnya selalu kita temui ketika kita menonton film.
Drama tiga babak ini terdiri dari,
babak pertama yaitu opening/pembukaan,
babak kedua yaitu inti cerita dan biasanya permasalahan atau konflik muncul disini. Babak kedua menitik-beratkan pada konflik sampai dengan puncak konflik.
Babak ketiga berisi penyelesaian masalah dan berakhirnya cerita.
Mbak Leila S Chudori menjelaskan mengapa cerita fiksi yang akan kita buat ini berawal dari mengkonsep drama tiga babak.
Suatu cerita yang baik dibangun dari konsep yang matang sehingga jelas cerita ini mau dibawa kemana. Cerita menjadi terstruktur dan efektif dalam penyampaiannya, sehingga pembaca tidak merasa ada sesuatu yang hilang atau kurang dalam cerita.
Karakter
Mbak Leila menerangkan bagaimana seorang penulis itu membuat dan membangun karakter dalam cerita baik itu karakter protagonist, antagonis dan karakter pendamping.
Mbak Leila juga menekankan akan pentingnya melakukan riset secara detail, bahkan interview dengan tokoh-tokoh yang mempunyai background dengan cerita dan karakternya.
Tips yang diberikan disini adalah membuat jurnal seperti yang selalu dilakukan oleh seorang Leila S Chudori.
Lainnya
Selain materi atau teori, Mbak Leila juga mengawal proses penulisan peserta dengan diberikan penugasan. Sesudah materi biasanya ada sesi tanya jawab, yang bisa kita tanyakan langsung kepada beliau.
Di akhir kelas menulis,, para peserta diminta untuk membuat fiksi. Yang paling menarik adalah Mbak Leila memberikan feedback secara personal kepada semua peserta yang telah memberikan tugasnya.
Ketika memberikan feedback, Mbak Leila akan secara fair menilai tugas kita dari berbagai sudut. Tidak segan mbak Leila melontarkan apresiasi untuk peserta yang menuliskan cerita dengan baik. Untuk poin yang menjadi kekurangan dan harus diperbaiki, mbak Leila akan memberikan arahan bagaimana untuk memperbaikinya.

Pada pertemuan terakhir tanggal 13 Agustus 2020 sebagai peserta, kita dapat belajar banyak dari feedback yang diberikan oleh mbak Leila. Kita juga bisa belajar melihat bagaimana peserta lain menulis sebuah cerita. Sebagai puncak dari materi bisa dibilang hari terakhir ini sangat menarik sekali.
Cerita yang ditulis peserta tidak hanya dalam bahasa Indonesia tetapi juga ada yang ditulis dalam bahasa Inggris. Tema yang dipilih pun beragam, dari sejarah, feminisme sampai ke pembunuhan. Di akhir pelatihan terpilih empat peserta dengan tulisan terbaik, yang berhasil mendapatkan hadiah personal dari mbak Leila.
Di akhir pertemuan juga kita sempat berphoto bersama dengan Mbak Leila S Chudori, sayang saya lupa mengaktifkan icon kamera sehingga hanya inisial nama saya saja yang terpampang di layar, duh.
Beberapa Tips Penting dalam Menulis versi Leila S Chudori.
Sebuah pelatihan yang baik dapat memberikan manfaat kepada pesertanya. Selain itu juga dari pengalaman pelatihan ini kita dapat mengambil hal penting lainnya yang tidak secara eksplisit atau gamblang dituliskan di slide show materi.
Berikut ini beberapa tips yang saya rangkumkan sepanjang pelatihan. Apa saja tips nya? Yuk kita lanjutkan membaca,
1. Melakukan riset.
Seperti yang telah saya sampaikan di atas, bahwa untuk membuat dan membangun karakter di dalam menulis, kita harus melakukan riset secara detail.
Riset bisa diperoleh dari buku bacaan , jurnal ilmiah misalnya, mendatangi tempat yang menjadi latar belakang cerita kita, bahkan dengan melakukan wawancara orang-orang yang mempunyai latar belakang sama dengan karakter kita.
2. Sering melakukan observasi.
Observasi atau pengamatan yang dimaksud disini adalah pengamatan terhadap sekeliling, menggunakan kelima indera kita. Kemudian belajar untuk menuangkannya di dalam kalimat. Latihan ini dapat mempertajam kemampuan penulis selain dalam menulis juga dalam membangun sebuah cerita sehingga terasa real di mata pembaca.
3. Disiplin dalam menulis.
Seorang penulis harus disiplin untuk meluangkan waktunya menulis. Salah satu tokoh panutan Leila S Chudori adalah Goenawan Mohamad.
Beliau adalah pendiri sekaligus editor majalah Tempo. Pak Goenawan ini selalu menuliskan catatan pinggir setiap minggunya. Sekalipun beliau sakit, tidak pernah sekalipun beliau melewatkan menulis. Beliau mengatakan, seperti yang saya kutip dari perkataan mbak Leila
“Jika saya tidak membiasakan menulis, tulisan saya nanti akan berkarat”
Jadi bayangkan jika seorang jurnalis professional saja masih berlatih untuk menulis, maka saya yang jam menulisnya masih sangat minim harus membiasakan diri dan disiplin dalam menulis.
Mbak Leila sendiri sangat disiplin, paling tidak dua jam dalam sehari beliau luangkan untuk menulis atau melakukan kegiatan yangan berkaitan dengan bahan tulisannya, seperti membaca buku, melakukan riset dll.
4. Jangan berpikir secara demografis. ketika menulis.
Ketika kita akan menulis sebuah fiksi, jangan berfikir ini akan ditujukan untuk kelas sosial apa, atau range umur berapa, atau suku apa, dan sebagainya.
Fokus pada tulisan kita. Tulislah dengan sebaik mungkin dengan teknik menulis sebaik-baiknya. Untuk urusan banyak tidaknya yang membaca adalah di luar kendali kita. Ini adalah bonus dari pencapaian kerja keras yang kita berikan untuk materi tulisan kita.
Kesimpulan
tulah pengalaman saya di kelas menulis fiksi Tempo Institut bersama Leila S Chudori. Kelas pelatihan ini sangat saya rekomendasikan karena bentuk pelatihan semacam workshop dimana peserta harus mempraktekan teori yang diperoleh ke dalam suatu karya.
Dengan jumlah peserta yang dibatasi, pelatihan ini juga dipandu dalam bentuk coaching clinic, dimana setiap individu mendapatkan arahan dan petunjuk sesuai tulisannya. Pendekatan personal sangat terasa selain dari feedback yang diberikan juga ketika sesi tanya jawab.
Mbak Leila memastikan setiap orang yang mengikuti pelatihan ini mengerti sehingga beliau tidak segan menjawab pertanyaan walaupun sebenarnya waktu pelatihan sudah lewat.
Pelatihan ini seperti pencerahan buat saya, sekarang tinggal bagaimana saya menerapkannya di dalam keseharian menulis dan yang menjadi pr besar buat saya lainnya adalah mulai menulis fiksi, bukankah karena itulah saya ngebet banget ikut pelatihan ini …hehe
Buat kalian sendiri, kira-kira tertarik juga kah dengan pelatihan kelas menulis? Pernahkah sebelumnya kalian mengikuti pelatihan semacam ini?
Kira-kira hal apa yang paling menarik dari kelas menulis fiksi Tempo Institute bersama Leila S Chudori ini? Tuliskan di kolom komentar ya, saya tidak sabar membaca pengalaman sahabat semua.
Stay safe … xoxo
PS: Tulisan ini dibuat dengan seijin pihak Tempo Institute
Referensi
Kelas menulis fiksi Tempo Institute, Leila S Chudori.

You May Also Like

Cara Bersosialisasi Seru dari Rumah, Nr 4 Escape Rooms
Februari 27, 2021
3 Kue Lebaran yang Wajib Ada di Rumah. Pilihanmu yang Mana?
Mei 9, 2021