Jalan Kaki
Olahraga,  Kesehatan

Berhasil Menurunkan Berat Badan dengan Berjalan Kaki

Menurunkan Berat Badan dengan Berjalan Kaki. Di dalam kehidupan sehari-hari kita sangat erat dengan kegiatan berjalan kaki. Dari satu ruangan ke ruangan lain di dalam rumah, kita berjalan kaki. Dari tempat parkir ke ruangan kerja, kita juga berjalan kaki.  Tetapi sudahkah kita berjalan cukup? Perlukah kita mengkhususkan waktu untuk berjalan kaki?

Mari simak perbincangan Teh Imas dan neng Emma di bawah ini.

Ruang Tengah Neng Emma dan Teh Imas.stanislav-kondratiev-unsplash
Ruang Tengah Neng Emma dan Teh Imas.Source: stanislav kondratiev-unsplash

 

Di kediaman keluarga pak Tatang

Di satu siang yang panas, neng Emma sedang duduk di sofa di ruang keluarga. Kakinya menyelonjor menyentuh karpet sementara tangannya sibuk memijat-mijat kakinya. Dari raut wajahnya tampak dia sedang kesakitan.

 

 Teh Imas yang baru keluar dari kamarnya di belakang ruang keluarga menghampiri adiknya. Teh Imas duduk di sofa, sambil bertanya,

 

“Kunaon eta sampean? Pararegel?” (=kenapa kakinya? Pegel)?”

 

Neng Emma mengangguk sambil wajahnya meringis. Teh Imas pun berdiri kemudian pergi sebentar ke kamar mandi, dan kembali lagi dengan Rheumason (=cream hangat, biasa dipergunakan untuk nyeri otot dan pegal linu).

 

“Pakai ini”, kata Teh Imas sambil memberikan Rheumason ke neng Emma.

 

Neng Emma langsung mengoleskannya ke permukaan kulit kakinya, sambil meneruskan memijit, kemudian dia berkata,

 

“Nuhun teh, Emma sekarang rajin berolahraga, lari setiap hari. Tapi bukannya kurus, malah sakit badan, pegel dan berasa remuk. Perut juga kenapa kayak yang lebih berlemak. Emma  pengen langsing atuh, perut engga berlipat-lipat kaya gini” Emma berkata sambil mencubit lemak di perutnya.

 

Teh Imas tersenyum sambil berkata, “Olahraga itu penting buat kesehatan, dan yang paling penting tau dasarnya dulu kalau ingin mengurangi berat badan.”

Menurunkan Berat Badan dengan Berjalan Kaki

 

 

Emma memandang teh Imas dengan penasaran lalu bertanya,”Apa atuh dasar menurunkan berat badan? Rahasia ieu teh? Bukannya berat badan  hanya menghitung energi yang masuk dan energi yang keluar?

menurunkan berat badan dengan berjalan kaki
Berat Badan Oh Berat Badan. Source: i-yunmai-unsplash

Teh Imas tersenyum sambil menggelosor duduk di atas karpet, membantu memijat kaki neng Emma, kemudian dia berkata “ Waktu kita berolahraga, tujuannya adalah memakai energy yang tersimpan di dalam tubuh. Energi tersimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak. Semakin banyak energy yang kita keluarkan, semakin banyak pula lemak yang terurai menjadi energy. Betul?”

Neng Emma mengangguk, “Ya kalau seperti itu harusnya neng yang lari tiap hari teh jadi kurus atuh.”

 

Teh Imas menjawab, “Tergantung neng. Tergantung berapa Heart Rate (HR) / detak jantung neng saat berolahraga. Neng pakai smartwatch hadiah dari kuis itu kan? Coba neng liat sekarang, berapa HR waktu lari kemaren-kemaren?

 

Neng Emma mengambil handphone dan mencek di app yang terhubung dengan smartwatchnya. Kemudian dia berkata, “145 bpm teh”.

 

Teh Imas melanjutkan, “Energi yang diuraikan tubuh dari lemak itu kalau tubuh kita mendapatkan cukup asupan oksigen. Cakupan oksigen yang optimal dapat kita peroleh dari kegiatan dengan HR ngga lebih dari 120 bpm. Barulah disini tubuh membongkar yang namanya lemak.”

 

“Kalau HR 145 bpm jadi gimana atuh? Ngga cukup oksigen buat tubuh? Ngga berenergi atuh.” Neng Emma cemberut.

 

“Ya, ngga efektif neng kalau buat menurunkan berat badan mah. Neng ngos-ngos an ngga pas lari?”

 

“Iya, ngos-ngos an atuh. Mana ada lari gak ngos-ngos an. Teh Imas mah aya aya wae (=ada ada aja)”

 

“Nah, ngos-ngosan itu tanda kalau tubuh ngga cukup oksigen. Si tubuh yang tadinya kondisi normal, jadi berubah ke keadaan darurat. Karena dia perlu energi sementara oksigen engga cukup buat mengurai energi. Nah akhirnya tubuh pakai cara alternatif untuk membuat energi, supaya neng bisa lari.” Teh Imas menjawab sambil terus memijit kaki neng Emma.

 

“Cara alternatif kumaha eta? Jadi ada berapa cara biar tubuh dapat energi?,” neng Emma tampak mengerenyitkan kening.

 

“Tubuh mendapatkan energi teh dengan dua cara. Cara pertama itu dengan oksigen atau namanya aerob metabolism atau metabolisme aerob.”

 

“Oksigen disini dibutuhin buat mengoksidasi bahan bakar. Bahan bakar nya itu adalah 85% lemak sama 15% glukosa. Oksigen diperoleh dari aktivitas kita dengan HR kurang dari 120 bpm. Kalau aktivitas kita lebih dari 120, dia akan ngambil lebih banyak dari glukosa anu 15% eta.” Jawab Teh Imas sambil menghela nafas dulu sebelum melanjutkan.

 

“Cara yang kedua itu anaerob metabolism, ngga ada peran si oksigen anu tadi. Waktu HR antara 140 – 160bpm, si tubuh malah jadi ngirimin signal ke otak kalau dalam keadaan bahaya/darurat. 

 

Saat tubuh dalam keadaan darurat seperti ini, tubuh memproduksi glukosa biar ada energi. Glukosa selain dari liver, juga dari hormon kortisol. Buat nyeimbangin kerja glukosa yang normal, si kortisol ini perlu 19 kali kerja ekstra. Akibatnya badan jadi tinggi kadar insulinnya, jantung biasanya berdebar, badan jadi nagih karbohidrat, lapar luar biasa.”

 

“Pantesan atuh neng teh abis olahraga meni lapar pisan. Tapi yang penting mah bisa bakar kalori teh” sahut neng Emma.

 

“Waktu tubuh beradaptasi dengan kondisi insulin tinggi ini, si tubuh jadi resistant. Untuk bakar kalori, jadinya kita harus olahraga lebih lama atau intensitas olahraganya yang naik. Glukosa yang dihasilkan oleh kortisol ini disimpannya di perut. Itu kenapa perut kita gemuk padahal olahraga,” ujar teh Imas. “kalau neng lari per minggu berapa km biasanya?”

 

“Antara 35-40 km” jawab neng Emma.

 

“Lari yang bagus itu sebaiknya ngga lebih dari 32 km per minggu*. Supaya badan juga ngga ngerasa cape pisan, destroyed mun kata anak Jaksel mah”

 

“Jadi yang bagus kumaha atuh? Neng pengen pisan turun berat badan”, neng Emma bertanya sambil setengah merengek.

 

Jalan Kaki
Jalan kaki. Source: ahmad-omar-unsplash

“Cobain jalan kaki dengan level moderasi, atau sedikit lebih cepat. Menurunkan berat badan dengan berjalan kaki terbukti sangat efektif.

 

Jalan kaki itu biasanya HR ngga lebih dari 120bpm. Dengan jalan kaki, banyak oksigen yang masuk yang berguna buat tubuh mengurai si lemak. Juga nurunin kadar insulin neng yang tinggi karena latihan lari. Kalau udah stabil, selang-seling sama lari atau olahraga kardio lagi, tapi monitor si HR jangan mencapai 140.” Jawab teh Imas.

 

“Udah terbukti belum itu? ada penelitiannya?”kata neng Emma.

 

“Eh aya atuh. Penelitian* menunjukan jalan kaki di udara terbuka minimal 15 menit bisa nurunin kadar kortisol kita secara drastis. Kalau kita nurunin kadar kortisol di dalam tubuh, artinya kita mengurangi cadangan lemak di perut. Biasakan juga dalam seminggu kira-kira (5) lima kali jalan kaki supaya jadi kebiasaan.”

 

“Jadi kesimpulannya Neng, Menurunkan berat badan dengan berjalan kaki itu sangat efektif, mudah dan bebas biaya” lanjut Teh Emma.

 

“Oh iya, Neng baru inget. Teh Renov sama Teh Eka artjoka bikin program bulanan namanya Tanos, singkatan dari TAntangan NaOn Sih. Bulan September nanti teh programnya walking challenge. Jadi selama tujuh hari, peserta jalan kaki minimal 20 menit. Ah neng jadi mau ikutan juga,” ujar neng Emma dengan mata berbinar.

 

“Jangan lupa, kalau mau menurunkan berat badan. Banyak minum air putih, asupan makanan juga penting dijaga.” Sahut te Imas.

 

Nah, teman teman siapa lagi yang mau ikutan Tanos Challenge. Caranya gampang banget, tinggal cek aja IG nya di @tanos.challenge. Neng Emma tunggu yaa.

 

 

Olahraga apa yang favorite buat kalian semua? 

Pernahkan punya pengalaman turun berat badan dengan berjalan kaki? Tuliskan di kolom komentar  ya J

 

Stay safe … xoxo

 

Update:

Di akhir tahun 2020, banyak Pejuang Tanos Walking Challenge yang sudah berhasil menurunkan berat badan secara alami loh. Jadi tunggu apalagi, segera ikutan yuks.

Referensi

 

 

Jurnal Ilmiah, Green spaces and stress: Evidence from cortisol measures in deprived urban communities.

 

Jurnal Ilmiah, Leisure time running reduces all cause  and cardiovascular mortality risk.

 

Jurnal Ilmiah, Incidence and determinants of lower extremity running injuries in long distance runners: a systematic review

 

Youtube Dr. Sten Ekbert, Lose Fat Fast – Which is Better?

79 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *