kebakaran hutan
Kesehatan

Mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut, Cegah Pandemi

kebakaran hutan

Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut, Cegah Pandemi. Dari sejak tanggal 19 Mei 2021 telah terjadi kembali kebakaran di hutan hujan tropis Amazon. 

Sampai dengan tulisan ini diterbitkan, api belum juga padam. 

Tentunya ini adalah berita buruk bagi kita semua. 

Mengapa? 

Kita tentu tahu kalau seluruh hutan hujan tropis menyumbang setengan dari oksigen di dunia. Terutama hutan hujan tropis Amazon yang merupakan 40% dari seluruh hutan hujan tropis di dunia, menghasilkan satu per empat kebutuhan oksigen dunia.

Itulah kenapa hutan dinamakan juga paru-paru Bumi. Jadi, jika hutan rusak berarti paru-paru Bumi juga rusak. 

Lalu, kalau rusak apa yang terjadi?

Hasilnya akan sama dengan manusia yang paru-parunya rusak. Tidak akan memproduksi oksigen secara optimal. Padahal jumlah manusia terus bertambah. 

Cerita yang sama juga terjadi di negara kita, Indonesia. 

Mengapa kita harus perduli dengan hutan Indonesia?

Selain terkait dengan paru-paru dunia juga karena deforestasi dapat meningkatkan risiko outbreaks virus yang berasal dari hewan kepada manusia seperti COVID-19 dan berpotensi menyebabkan pandemik di masa depan.

Dalam artikel kali ini, saya mau mengajak kalian untuk ngobrol-ngobrol dan berbagi informasi seputar karhutla dan virus yang berasal dari hewan. 

Oh iya karhutla adalah singkatan kebakaran hutan dan lahan ya.

 

Mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut, Cegah Pandemi | Kesehatan | kebakaran hutan | RenovRainbow

Eco Blogger Squad Gathering Memperingati Hari Lingkungan Internasional 2021

Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni.

Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Blogger Perempuan Network bekerja sama dengan Auriga Nusantara dan Alam Lestari mengundang 30 blogger yang tergabung di dalam Eco Blogger Squad. Kebetulan saya terpilih ke dalam komunitas ini.

Eco Blogger Squad adalah komunitas yang beranggotakan para blogger yang memiliki kepedulian dalam isu lingkungan hidup, terutama perubahan iklim dan perlindungan hutan. 

Untuk membekali pengetahuan Eco Blogger Squad diadakan gathering berkala dan workshop untuk meningkatkan keterampilan. Adapun kontribusi yang diberikan oleh Eco Blogger Squad ini adalah berupa tulisan yang diharapkan dapat menginspirasi pembacanya.

Topik “Cegah Karhutla Cegah Pandemi” menjadi pembahasan dalam Online Gathering Eco Blogger Squad kali ini  karena pandemi COVID-19 belum berakhir dan kita sebagai masyarakat Indonesia perlu mengerti mengenai hubungan antara hutan dan penyebab pandemi. 

Adapun yang menjadi pembicara kali ini antara lain Mas Dedy Sukmara, Direktur Informasi dan Data Auriga Nusantara, dan dr. Alvi Muldani, Direktur Klinik Yayasan Alam Sehat Lestari.

 

Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut (Karhutla)

Dapur Asap 2001-2019

Kita mungkin terpikir kalau hutan hujan tropis sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia, lalu kenapa pohon ditebang bahkan hutan dan lahan dibakar?

Pertama. pohon yang ditebang bisa dijual untuk mendapatkan uang. 

Kedua, daerah yang pohonnya ditebang bisa dibuat peternakan, misalnya beternak sapi dan bisa juga dibuka untuk membuka lahan pertanian atau sumber pakan bagi hewan peliharaan.

Sayangnya manusia lupa. Kalau pohon ditebangi, sinar matahari akan langsung menyinari tanah, mengakibatkan tanah menjadi kering. Lalu, kalau tidak ada pohon, hujan juga tidak akan turun. Agar ada awan hujan, harus ada air yang menguap.

Akhirnya tanah akan berubah jadi gersang dan tidak dapat ditumbuhi tanaman. Dengan kata lain, ekosistem jadi rusak.  

Mas Dedy dari Auriga Nusantara memberikan fakta bahwa kebakaran hutan dan lahan mempunyai pola berulang. Kebanyakan banyak berdalih bahwa kebakaran terjadi akibat El Nino. Padahal tanpa kemarau panjang, kebakaran tetap terjadi.

luas kebakaran hutan

Kebakaran hutan pada tahun 2019 disebut sebagai kebakaran paling buruk yang terjadi dalam 1 dekade terakhir karena melepaskan emisi gas rumah kaca yang bahkan melebihi emisi tahun 2015, terutama di puncak kebakaran pada bulan Agustus – Oktober. 

Kebakaran Hutan Berulang

Kebakaran berulang banyak juga terjadi di lahan non gambut yang sebenarnya tidak mempunyai potensi kebakaran. Padahal banyak juga yang menyalahkan kesalahan masa lalu. Misalnya kebakaran hebat yang pernah terjadi di Kalimantan Tengah pada tahun 1997, 1998.

Belum selesai dengan masalah kebakaran berulang, muncul kebakaran di episentrum baru, seperti di wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah

Darimana kita tahu?

Tentunya dari data di bawah ini yang menunjukan pola terjadinya kebakaran baik yang berulang maupun yang baru.

Bulan Ramai Api 2001-2019

Apa Penyebab Karhutla?

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa El Nino sering dikaitkan dengan kebakaran hutan, walau perannya hanya sedikit. Sebenarnya ada dua faktor penyebab karhutla, yaitu:

1. Faktor alami: petir, aktivitas vulkanis dan ground fire.

2. Faktor manusia: praktek pembukaan lahan dengan membakar, perburuan, penggembalaan, konflik lahan, aktivitas lain.

Di Indonesia, daerah yang berpotensi mengalami kebakaran hutan adalah provinsi Riau. Contoh lain di luar negeri yang terjadi kebakaran hutan hebat karena alam seperti misalnya di Australia dan Amerika. Udara kering dan angin yang kencang juga menyebabkan pergerakan api menjadi tidak terkendali dan menyebar dengan cepat.

Sayangnya faktor alam hanya berpengaruh kecil di Indonesia. Penyebab terbesar, sekitar 99% disebabkan oleh manusia, mengutip pernyataan Prof. Bambang Hero seperti yang disampaikan oleh Mas Dedy

Ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa banyak terjadi kebakaran berulang dan baru di daerah yang tidak berpotensi kebakaran.

Dampak Karhutla

Dampak dari karhutla tidak hanya berdampak pada masyarakat lokal, melainkan juga sampai skala internasional

1. Penurunan biodiversitas. Hilangnya habitat dan penurunan populasi tumbuhan dan satwa liar. tambahakan yang dari buku why

2. Menurunnya kesehatan, penutupan sekolah dan terhambatnya jalur transportasi akibat asap yang ditimbulkan.

3. Memicu pemanasan global dan perubahan iklim.

4. Merugikan negara secara finansial. Kerugian Indonesia dampak kebakaran hutan dan lahan gambut sepanjang tahun 2019 mencapai US$ 5,2 miliar atau setara Rp 72,95 triliun.

5. Memperburuk hubungan diplomatis negara Indonesia dengan negara tetangga yang juga terkena dampaknya.

6. Memberikan citra negatif negara Indonesia dalam skala Internasional dan bisa berdampak menurunkan kepercayaan negara lain yang bergantung pada upaya Indonesia sebagai pemilik hujan hutan tropis terbesar ketiga di dunia.

Apa yang Harus Dilakukan?

Beberapa upaya di bawah ini diharapkan dapat mengatasi permasalah kebakaran hutan dan lahan gambut,

1. Memperluas monotarium hutan dan gambut.

2. Meningkatkan penegakkan hukum.

3. Restorasi hutan dan gambut terdegradasi.

4. Mendukung komunitas pemadam kebakaran dan kapabilitas pemantauan.

5. Membangun infrastruktur hidrologis dan mendorong kapasitas respon dini. 

6. Memberi insentif ekonomi untuk tidak membakar.

Sejauh ini penerapan hukum di terkait lingkungan hidup masih lemah. Walau sudah terbukti bersalah, namun masih sulit kita menyeret perusahaan yang bandel ke pengadilan. Jika sampai di depan hakim pun, pelaksanaan putusan pengadilan belum tentu dilaksanakan sebagaimana mestinya.

penyakit zoonosis karena deforestasi

Penyakit Zoonosis Akibat Deforestasi

Di awal saya sempat membahas tentang hewan yang bermigrasi dari habitat aslinya ketika terjadi kebakaran. Dampaknya adalah manusia menjadi hidup berdampingan dengan hewan yang seharusnya tidak tinggal berdekatan dengan manusia. 

Hewan liar yang tinggal di hutan mempunyai potensi menularkan virus dan bakteri. 

Bagaimana caranya?

Semakin kita terpapar dengan dengan hewan liar, mereka dapat menularkan virus berupa protein yang masuk ke dalam tubuh. Jika sudah di dalam tubuh manusia, akan terjadi break out. Penyakit yang ditransmisi dari hewan ke manusia ini dinamakan zoonosis dan bersifat menular (communicable disease).

kemungkinan transmisi penyebaran SARS-CoV-2

Apa yang Memicu Pandemi?

Pandemi disebabkan oleh organisme spesifik dan telah berada bersamaan dalam beberapa ribu tahun. Namun tidak menimbulkan penyakit. Adanya kontak dengan manusia lah yang menyebabkan transmisi. 

Kontak hewan liar dengan manusia dapat dengan cara domestikasi, habitat liar terganggu dan perdagangan hewan liar.

Contoh penyakit zoonosis tengah kita alami sekarang yaitu COVID-19 yang berasal dari kelelewar dan trenggiling. 

Penyebarannya yang rapid dan luas sampai seluruh dunia melalui perjalanan udara, urbanisasi dan perubahan iklim menjadikan penyakit ini termasuk ke dalam pandemi. 

Pandemi COVID-19 bukanlah kasus pandemi pertama. Dapat kita lihat dari tabel di bawah ini kasus pandemi dan epidemi yang telah mengurangi populasi manusia di dunia bahkan kasus pertama yang muncul terjadi pada 430 SM.

pandemik dan epidemi

Penyakit zoonosis ini mempunyai evolutionary effect, artinya dapat menimbulkan penyakit baru (new emerging disease). Penyakit measles, smallpox, TB, gastric cancer dan banyak penyakit pandemi lain merupakan penyakit hasil evolusi yang asalnya dari hewan ke manusia.

deforestasi dan fragmentasi habitat

Apa yang Dapat Kita Lakukan Tidak Lagi Terjadi Pandemi?

Ada beberapa langkah yang kita dapat lakukan,

1. Guideline yang aman dan sesuai dalam perawatan hewan di sektor agrikultur, dapat menurunkan potensi penyakit bawaan bahan pangan yang disebabkan oleh hewan (foodborne zoonosis).

2. Memperhatikan protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan benar dan berkala, dapat mencegah penularan di masyarakat.

3. Menjaga hutan dan lingkungan.

Sudut pandang COVID-19 dari Sisi Lingkungan

Sunda pangolin

Sunda pangolin

sumber: wrs.com.sg

hollow tree

hollow tree

Sumber: sonurai.com

Mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut, Cegah Pandemi | Kesehatan | kebakaran hutan | RenovRainbow

Dalam kesempatan ini dr. Alvi menginformasikan bahwasanya asal COVID-19 belum ditemukan, namun virus serupa telah ditemukan yang berasal dari sunda pangolin, jenis trenggiling yang terancam punah.

Spesies ini tinggal di hollow tree dan bersinggungan dengan spesies kelelawar intermediate horseshoe bat di Asia Tenggara.

Sunda pangolin dapat bertahan di fragmen hutan terbukti dengan ditemukannya di wilayah hutan urban Malaysia walaupun diversitasnya rendah. 

Perburuan pangolin banyak terjadi di Malaysia dan Vietnam. Mereka kemudian diimport secara ilegal untuk dimanfaatkan daging, kulit dan sisiknya. 

Inilah yang berpotensi menyebabkan zoonosis dan pandemi.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021

Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021

When the last tree has been cut down, the last river poisoned, the last fish caught, only then will we realize that one cannot eat money

Pepatah di atas sangat terasa relevan di jaman sekarang. Manusia menebang pohon, menyebabkan hewan tersingkir dari habitatnya. 

Hutan hujan tropis hanya mengisi 7% dari luas permukaan bumi, tapi merupakan tempat tinggal lebih dari separuh jenis mahluk hidup di seluruh dunia. Tapi, hutan terus dirusak dan setiap harinya lebih dari 40-140 jenis mahluk hidup mengalami kepunahan. Bahkan ilmuwan memperkirakan jika setiap tahun terus terjadi kebakaran di hutan Amazon, 15 tahun lagi akan berubah menjadi savana. 

Kalau penebangan dan kebakaran hutan terus menerus kita biarkan, dalam 30 tahun kedepan, 25% dari seluruh mahluk hidup akan menghadapi ancaman kepunahan yang serius.

Belum lagi dampak yang disebabkan pandemi dari virus yang berasal dari binatang, juga bisa mengurangi populasi manusia secara signifikan.

Masa depan kedokteran juga terancam karena hampir 80% obat-obatan yang dipakai bahannya berasal dari tumbuhan. 

Kita tidak bisa tinggal diam melihat lingkungan hancur. Kita harus melakukan sesuatu demi bumi, dan demi kelangsungan mahluk hidup yang ada di dalamnya.

Kita bisa menanam bunga atau pohon, tidak sembarangan membunuh laba-laba atau lebah, tidak mendukung usaha perusahaan yang melakukan pelanggaran lingkungan hidup (jadilah konsumen yang bijak, jangan beli produknya).

Selain itu tidak mengkonsumsi daging hewan liar, tidak membeli gading gajah dan produk dari kulit hewan, tidak memelihara hewan eksotis, dan jangan menerbangkan balon sembarangan.

Trend pernikahan sekarang biasanya dengan melepaskan balon gas. Yang kita tidak sadari adalah ketika balon naok ke langit dan kehabisan gas, akan jatuh ke laut atau gunung. Itu berpotensi dimakan oleh binatang laut atau yang di gunung dan bisa membunuh mereka.

Buat para pendaki gunung, jangan membuang sampah sembarangan di hutan, bantu para hewan dengan memunguti sampah yang dibuang orang lain.

Nah kira-kira cara apalagi yang bisa membantu menyelamatkan lingkungan hidup? Tulis di kolom komentar ya…

Stay safe …xoxo

 

Keterangan:

Auriga adalah lembaga swadaya yang bergerak dalam upaya melestarikan sumber daya alam Indonesia dan lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. 

Yayasan ASRI atau Alam Sehat Lestari adalah organisasi nirlaba dengan fokus kerja melakukan reforestasi dan upaya-upaya konservasi lain serta menyediakan layanan kesehatan dan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat di sekitar Taman Nasional agar tetap menjaga kelestarian hutan hujan tropis

Referensi

Online Gathering Eco Blogger Squad, 4 Juni 2021.

The Brazilian Amazon is Burning, Again – mongabay.

Auriga Nusantara, auriga.or.id .

Yayasan ASRI atau Alam Sehat Lestari, alamsehatlestari.org.

Amazon Fire Tracker 2021, maaproject.org

Why? Environment.

18 Comments

  • Wahid Priyono

    Yups, saya setuju kerusakan ekosistem alami ini memang akibat ulah tangan manusia itu sendiri seperti kebakaran dan deforestasi, perburuan liar. Satwa2 liar diusir dari habitat asli mereka, dan pada akhirnya terjadinya zoonosis ini yang bermutasi ke manusia, seperti COVID-19.

    Ya kita hanya bisa berdoa dan semoga oksigen di bumi masih cukup tersuplai baik. Karena oksigen juga adalah nikmat yang sangat luar biasa…

  • Arai Amelya

    Btw, aku baru tahu kalau pangolin itu trenggiling ya kak? Di daerahku disebutnya gitu mkwkwkw. Dan sepakat sih, deforestrasi yang mayoritas disebabkan oleh Karhutla menjadi penyebab hewan-hewan liar pergi dari habitat asli dan berjumpa manusia. Ngerinya kalau mereka bawa patogen mematikan, nggak hewan sih virus outbreak bakal terjadi huhu. Jadi makin semangat buat edukasi temen2 untuk peduli sama lingkungan supaya di masa depan gada pandemi karena virus zoonosis

  • Erly Damayanti

    Serem banget ya dampaknya kebakaran hutan kemana-mana, batu tahu kalo covid awal mula dari trenggiling.

    Pemulihan juga memerlukan proses yang panjang namun beberapa orang menganggap remeh sebab biaya pembukaan lahan dengan proses ini memang butuh biaya rendah namun tidak memperhatikan efeknya.

  • Wiwin | pratiwanggini.net

    Kita, masyarat pada umumnya, saya rasa sudah melakukan hal-hal sederhana yang bisa mengurangi dampak lingkungan. Tapi bagaimana dengan manusia-manusia serakah di luar sana? Bagaimana pula penegakan hukum dilakukan. Jujur, saya sendiri miris saat membaca berita-berita seputar itu.

  • Talitha

    MasyaAllah, ternyata kalau kita menjaga keberadaan hutan dan lahan, kita bisa mencegah terjadinya pandemi, karena habitat makhluk hidup yang tetap terjaga dengan baik akan membuat lingkungan hidup di sekitarnya sehat. Terima kasih kakak tulisannya keren

  • Susindra

    Banyak sekali informasi yang saya dapatkan dari artikel ini. Sangat lengkap. Satu sisi sangat menarik, di sisi lain menimbulkan kewaspadaan. Jangan-jangan di tubuh kita sudah ada protein-protein asing yang siap break out kapan saja…
    Dan ini agak menjelaskan mengapa varian Covid berkembang terus.

  • Nanik Nara

    PR besar memang antisipasi dan penanganan kebakaran hutan ini ya mbak. Terutama dari sisi penegakan hukum. Walau sudah terbukti melakukan pelanggaran dengan sengaja membakar hutan tapi “oknum” nya tetap bisa lolos dari jerat hukum

  • Mutia Ramadhani

    Karhutla di Indonesia itu udah kayak peristiwa nasional yang selalu punya kalender khusus setiap tahunnya dan mayoritas itu DISENGAJA oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Betul data yg disajikan di atas. Kalo diklaim faktor alam, harusnya pengaruhnya kecil saja, gak semasif yang sekarang. Kawasan hutan yg seharusnya tidak terjadi kebakaran hutan, lah kok tetap terbakar. Itu kan artinya disengaja ya. Kita yg masih waras, yg masih punya hati dan kesadaran tinggi akan pentingnya menjaga hutan, yuk gerak bersama melakukan apa yang bisa kita lakukan, sembari mengajak lebih banyak orang untuk melakukan gerakan bersama.

  • Waode_1453

    Sedih banget kalau lihat hutan-hutan yang ditebang. Apalgi kalau itu di pegunungan yang pada akhirnya sangat berpotensi longsor.

    Keserakahan manusia pada akhirnya membunuh manusia itu sendiri. Semoga gathering-gathering semacam ini semakin digalakkan. Butuh kesadaran semua pihak untuk berubah. Pemerintah harus tegas dalam memberlakukan aturan bagi para perambah hutan.

  • Ngopi Santai

    bagaimanapun yang namanya hutan dan kelestarian lingkungan di sekitar kita harus benar-benar dijaga. Kebakaran hutan sangat merugikan, selain dari sisi ekonomi juga dari sisi kesehatan

  • Akarui Cha

    Alasan kebakaran hutan seringnya menyalahkan el nino, padahal ulah manusia. Nggak musim kemarau pun, hutan akan terbakar.

    Serem ya manusia.

    Belum lagi soal zoonosis yang diduga memunculkan pandemi di sama ini. Duh duh, entah kapan manusia akan sadar.

    Semoga apa apa yang digerakkan oleh Eco Blogger Squad membuat banyak masyarakat sadar akan pentingnya menghentikan deforestasi.

  • Jihan Fauziah

    Moratorium hutan gambut aku oernah bahas di kompasiana 2012 lalu. Memang kebakaran hutan ini gag boleh kita sepelekan dmapaknya luar biasa nggak cuma masyarakat lokal aja tapi juga negara bahkan negara lain juga.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *