Resume Buku Grit, Kekuatan Hasrat dan Kegigihan (2016)
Review Buku Grit, Angela Duckworth. Beberapa tahun terakhir ini, istilah Grit menjadi sangat populer. Di dalam artikel ini saya akan mereview buku Grit dari Angela Duckworth, seorang professor psikologi di Universitas Pennsylvania.
Jika ada yang pernah mendengar istilah grit your teeth, pasti akan langsung mengerti apa arti grit.
Menurut kamus Cambridge, arti dari grit your teeth adalah
to accept a difficult situation and deal with it in a determined way
artinya menerima situasi sulit dan bersungguh-sungguh mengatasinya.
Grit inilah yang menjadi kata yang menggambarkan kekuatan hasrat dan kegigihan.
Istilah Grit sekarang kemudian banyak dipakai di dalam pelatihan perusahaan, Gritty Leadership dan bahkan sekolah bisnis Hult di dalam seminar bagi calon mahasiswanya memasukan juga istilah gritty learning. Tiba-tiba saja gritty ini seolah-olah ada dimana-mana.
Di dalam resume buku kali ini, saya akan menuliskan kesimpulan dari apa yang saya baca, dengan menuliskan poin apa yang bisa kita ambil dari buku ini. Untuk penilaian pribadi atau nilai dari buku, hanya akan saya tulis di review Goodreads dan di akun IG saya: renovrainbow.
Resume Buku Grit
Judul Buku Grit, The Power of Passion and Perseverance. / Grit, Kekuatan Hasrat dan Kegigihan.
Pengarang: Angela Duckworth.
Edisi Bahasa: Inggris
Buku Grit ini juga tersedia dalam bahasa Inggris.
Rating di Goodreads: 4,08
Literary Awards: Nominasi Goodreads Choice Award untuk Kategori Non Fiksi (2016)
Pokok Bahasan: Angela Duckworth telah meneliti banyak kasus termasuk dirinya sendiri tentang faktor yang menentukan kesuksesan seseorang. Dia menemukan bahwa bukan talent atau bakat dan juga bukan IQ yang menentukan, melainkan Grit. Grit adalah hasrat dan kegigihan atau ketekunan seseorang dalam mengejar mimpinya.
Alasan membaca buku ini: Grit menjadi salah satu tema dari Tridop Grup ISB (Indonesian Social Blogpreneur), selain itu istilah grit banyak sekali saya jumpai belakangan ini.
Blurb
Mengapa orang yang punya bakat alami sering gagal mencapai potensi mereka sementara orang lain yang tidak terlalu berbakat bisa menggapai hal-hal yang menakjubkan?
Dalam buku yang harus dibaca oleh siapa saja yang ingin sukses ini, Angela Duckworth—seorang psikolog perintis— menunjukkan bahwa rahasia untuk pencapaian yang luar biasa bukanlah bakat, tetapi perpaduan istimewa antara hasrat (passion) dan kegigihan (perseverance) yang ia sebut “ketabahan” (grit).
Berdasarkan penelitian, wawancara dengan orang-orang yang berprestasi tinggi, serta pengalamannya sendiri, Duckworth menunjukkan bahwa kecenderungan kita untuk terpaku pada bakat alami itu salah: dari segi pencapaian, yang lebih penting adalah usaha yang kita lakukan dan reaksi kita terhadap hambatan.
Kemudian, ia menjelaskan bahwa ketabahan bisa dipelajari sekaligus menawarkan rumusan baru kesuksesan individu maupun kesuksesan kolektif.
Daftar Isi Buku Grit
PREFACE
PART I: WHAT GRIT IS AND WHY IT MATTERS
CHAPTER 1: SHOWING UP
CHAPTER 2: DISTRACTED BY TALENT
CHAPTER 3: EFFORT COUNTS TWICE
CHAPTER 4: HOW GRITTY ARE YOU?
CHAPTER 5: GRIT GROWS
PART II: GROWING GRIT FROM THE INSIDE OUT
CHAPTER 6: INTEREST
CHAPTER 7: PRACTICE
CHAPTER 8: PURPOSE
CHAPTER 9: HOPE
PART III: GROWING GRIT FROM THE OUTSIDE IN
CHAPTER 10: PARENTING FOR GRIT
CHAPTER 11: THE PLAYING FIELDS OF GRIT
CHAPTER 12: A CULTURE OF GRIT
CHAPTER 13: CONCLUSION
ACKNOWLEDGMENTS
RECOMMENDED READING
Ringkasan Buku Grit
Angela terobsesi untuk menemukan jawaban dari siapa yang sukses dan mengapa mereka bisa sukses. Berkaca dari pengalamannya, Angela yang menurut ayahnya tidak jenius dibandingkan Ayah dan kakak perempuan serta kakak laki-lakinya, malah mendapatkan MacArthur ‘Genius’ Fellow. Sebuah penghargaan dimana para expert mencari mereka yang jenius, bukan menilai berdasarkan aplikasi yang masuk.
Dia kemudian melakukan penelitian yang melibatkan pemenang Spelling Bee, para lulusan tentara dan bos penjualan di perusahaan, untuk mengetahui karakteristik apa yang bisa dijadikan alat prediksi seseorang akan sukses atau tidaknya.
Talent and Effort (Bakat dan Usaha)
Angela berpikir apakah itu talent (bakat) atau effort (usaha) yang menjadi kunci kesuksesan. Angela mengambil dua hal itu bukan tanpa alasan. Kita sendiri hidup di dalam masyarakat yang menyanjung tinggi bakat.
Misalnya saja, kita lebih mengapresiasi orang yang mempunyai bakat misal di bidang musik, dibandingkan dengan orang yang sama sekali tidak berbakat tapi punya passion di sana. Kita berpendapat orang yang mempunyai bakat pasti akan menghasilkan karya yang luar biasa dibandingkan dengan mereka yang tidak berbakat.
Ilustrasi ini ama seperti dengan kasus orang yang pintar dibandingkan dengan orang yang kurang pintar. Orang yang kurang pintar jika mereka ingin masuk ke sekolah favorit maka kebanyakan dari kita akan bilang, “Ya, mau sebesar usaha apa pun akan kalah bersaing dengan yang pintar”.
Ayo siapa yang suka berpendapat seperti ini?
Dua Persamaan
Berdasarkan penelitian yang dia lakukan, Angela menyimpulkan dua persamaan yang memperlihatkan bagaimana bakat dan usaha ini saling berhubungan.
1. Talent (bakat) x Effort (usaha) = Skill (kemampuan).
2. Skill (kemampuan) x Effort (usaha) = Achievement (pencapaian)
Persamaan di atas dibaca seperti ini,
Untuk bisa memperoleh kemampuan untuk melakukan sesuatu, kita perlu bakat, baik itu banyak atau hanya sedikit. Kemudian kita perlu melakukan usaha yaitu dengan latihan. Bakat dikombinasikan dengan usaha, hasilnya adalah kemampuan.
Jika kita ingin berhasil melakukan sesuatu, maka kemampuan tadi harus dipakai dan diaplikasikan dalam kurun waktu lama agar bisa membuahkan hasil (usaha).
Sudah mengerti?
Kita dapat melihat bahwa usaha itu ada di persamaan pertama dan kedua. Kita membutuhkan effort (usaha) untuk menghasilkan skill (kemampuan) dan achievement (pencapaian).
Angela kemudian menyusun dengan apa yang dinamakan Skala Grit. Di dalam skala Grit terdapat 10 pertanyaan yang harus kita jawab dengan skala 1 sampai dengan 5.
Dari list pertanyaan itu kita menyadari bahwa passion bukanlah seberapa intense kita berkomitmen pada goal kita, melainkan konsistensi seiring berjalannya waktu.
Untuk menjadi sukses, kita harus menjadi lebih baik dari kita yang kemarin dan tidak cepat merasa puas dengan apa yang kita capai. Selalu ada ruang untuk perbaikan.
Pada prinsipnya adalah self-improvement. Inilah yang membuat Grit kita tumbuh.
Lalu bagaimana agar kita bisa termotivasi melakukan self-improvement setiap harinya dan tidak mudah menyerah? Bagaimana agar kita tidak mempunyai segudang alasan untuk menghindari mengejar mimpi kita?
Kombinasi Mimpi Besar dan Daily Goals
Untuk menjadi berhasil meraih cita-cita dan impian, kita memerlukan usaha atau effort yang double. Pertama agar kita bisa memperoleh kemampuan yang mumpuni (lihat persamaan pertama) dan yang kedua agar bisa sukses mengembangkan kemampuan tadi (lihat persamaan kedua).
Untuk menjadi sukses, kita membutuhkan usaha terus menerus dalam waktu yang lama dan kemampuan untuk bangkit ketika gagal. Oleh karena itu Angela merumuskannya dalam dua hal,
1. Impian besar kita.
2. Kebiasaan sebagai daily goals, yang merupakan manifestasi dari langkah yang kita lakukan untuk mencapai impian besar kita.
Ketika kita bermimpi menjadi Vice President Marketing di perusahaan besar, maka kita harus mengetahui kemampuan apa yang dibutuhkan, melakukan assesment diri sendiri, lihat kemampuan apa yang masih harus kita tingkatkan dan mulai membuat list apa yang bisa kita kerjakan setiap hari untuk meningkatkannya.
Favorite Quote
Kesimpulan
Seperti juga motivasi, meningkatkan skala Grit dapat diperoleh dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ektrinsik). Faktor dari dalam diantaranya menemukan hal yang menarik dari kemampuan atau bidang yang ingin kita tingkatkan, konsisten melakukannya setiap hari, selalu mempunyai mimpi besar dan manfaat untuk orang banyak.
Sementara faktor dari luar melibatkan orangtua, bos, rekan kerja dan teman.
Untuk lebih jelasnya kalian bisa melihat Ted Talk dari Angela Lee Duckworth mengenai buku Grit di kanal Youtube di bawah ini.
Stay safe … xoxo
Referensi
Angela Duckworth – Grit, The Power of Passion and Perseverance.