Saya sendiri belum pernah menulis novel. Saya baru menulis beberapa cerpen yang saya tulis di blog, diantaranya Dear Ben, 22, Pulang (Part1) serta Kamu, Aku dan Dia.
Cerpen yang menurut saya paling berhasil adalah 22, karena pernah masuk yang paling hots di kaskus dan masuk LINEStory. Meni bangga kitu oge nyak .. gitu aja bangga .. wkwkwk. Buat saya, lumayan gitu buat anak baru mah.
Pengalaman lomba menulis paling lumayan sih waktu kuliah di Bandung, saya sempat menang lomba naskah film di Radio Ardan. Naskah film yang saya buat bergenre fantasi, terinspirasi dari game yang dulu saya mainkan namanya Diablo II. Saya memilih soundtrack filmnya “Anywhere Is” dari Enya.
Hadiahnya selain uang cash juga dapat pelatihan bareng sutradara. Namun pelatihannya nggak saya ambil, karena dulu orientasinya ke menang dan dapat uang. Sempit banget emang pemikiran waktu saya teenager.
Alasannya karena emang nggak tertarik menekuni bidang penulisan, sekarang malah bingitss karena butuh memperbaiki kemampuan berkomunikasi.
Walau begitu … prestasi masa lalu tidak menentukan saya sekarang. Masa kini bukanlah masa lalu, apalagi waktu yang terpaut dengan kejadian itu terlampau jauh.
Makanya waktu Indonesian Content Creator bekerja sama dengan Mubadalah mengadakan kelas daring menulis novel, yang dipandu oleh Najhaty Sharma, saya langsung berteriak “MAUUU”
Sebelum masuk ke topik pembahasannya, yuk kenalan dulu dengan Mbak Najhaty yang biasa dipanggil dengan Mbak Haty.
3 Comments
Pingback:
Thessa
Waah materi trainingnya padeet yaa Mba 😍Bermanfaat sekali infonya. Thank you for sharing..
Btw, aku masih agak bingung yg dialog bukan percakapan itu. Maksudnya kaya gimana ya Mba? Contoh atau penggunaanya gimana mskdnya.
Makasi sebelumnya Mba Renov 😊
renov
Holla, sorry balasnya nunggu hehehe. Aku sekalian mengkonfirmasi kembali ke Mbak Haty juga.
Jadi kalau percakapan itu obrolan ringan yang hanya menitikberatkan pada suka suka kita aja mau meramu percakapannya sepanjang apa. Tanpa harus percakapan itu berkaitan erat dengan plot, karakter tokoh atau inti cerita.
Semisal,
Di jalan Adi berkata kepada Syamsul “Gimana kalu kita mampir buat makan mie ayam? Aku lapar nih”. Syamsul menjawab, “Ayo, mau makan dimana? Banyak pilihan di sekitar sini.”.
Percakapan bisa dibuat melebar, tergantung kepada penulis tanpa ada hubungannya dengan plot cerita.
Sementara dialog seperti ini,
“Wah rumahmu enak sekali! Kamu bisa menyelinap kapan pun yang kamu mau tanpa suamimu tahu, ya,” kata Alegra sambil tertawa.
“Menyelinap ke mana? Ke hutan?” sahut Nawai.
“Ya, kalau ada diskotek di hutan boleh juga,” tambah Alegra.
“Aku tidak suka keramian,makanya aku bis bertahan dengan cara hidup suamiku sampai sekarang. Sebenarnya aku nggak cocok dengan kehidupan Jakarta. Kalau suamiku lebih fleksibel bisa di tempat manapun,” sahut Nawai
Dialog di atas diambil dari Novel Rumah Lebah.
Di dalamnya menggambarkan latar belakang rumah Nawai yang jauh dari keramaian dan dekat dengan hutan. Dari pembicaraan dengan Alegra, kita dapat menangkap kalau Nawai itu orangnya tidak suka dengan keramaian. hal ini menguatkan plot cerita sebelumnya.
Semoga penjelasanku dapat dimengerti ya, 🙂
Kalau masih kurang jelas, aku coba cari lagi contoh yang lain.