Memutus Mata Rantai Anemia Defisiensi Zat Besi Untuk Generasi Indonesia Sehat dan Kuat
Memutus Mata Rantai Anemia
Memutus Mata Rantai Anemia Defisiensi Zat Besi untuk Generasi Indonesia Sehat dan Kuat. Sebagai warga negara yang mempunyai peran penting untuk mempersiapkan generasi bangsa, kita perlu mengedukasi diri akan pentingnya mikro nutrisi zat besi ini.
Mungkin banyak yang tidak mengetahui kalau mikronutrisi ini mengiringi sepanjang kehidupan perempuan, yang mempunyai peran andil untuk mempersiapkan dan melahirkan generasi berikutnya.
Yuk kita cari tahu lebih dalam.
Ingin Punya Anak?
Coba cek kadar zat besi dalam tubuh.
Kebutuhan tinggi akan mikro nutrisi zat besi terutama dibutuhkan bagi perempuan yang sedang dalam persiapan mempunyai anak.
Sebagai perempuan, kebutuhan akan zat besi mengiringi di dalam setiap kehidupan kita. Dimulai dari menstruasi, persiapan kehamilan, kehamilan sampai pada masa persalinan.
Ini baru saya sadari ketika memeriksakan diri ke Ginekolog untuk pemeriksaan rutin sekaligus dalam upaya mempunyai anak. Dalam usia pernikahan kami yang sudah cukup lama ini, kami memang belum dikarunia anak. Sementara perasaan ingin menimang buah hati semakin lama semakin kuat.
Saat itulah saya mengetahui kalau kebutuhan zat besi perempuan lebih tinggi daripada pria. Ketika perempuan berada di dalam periode menstruasi, kita kehilangan 5 ml sampai 80 ml darah. Ini berarti kita kehilangan antara 2,5 mg sampai 40 mg zat besi di dalam tubuh.
Kehilangan zat besi ini harus digantikan dengan sumber makanan yang mengandung zat besi tinggi, karena dapat berbahaya jika sampai terjadi anemia defisiensi zat besi/anemia defisiensi besi (ADB).
Anemia adalah suatu kondisi rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dibandingkan dengan kadar normal, yang menunjukan kurangnya jumlah sel darah yang bersirkulasi. (Sel darah kurang padat).
Di dalam sebuah penelitian yang sudah dipublikasikan diketahui bahwa ada hubungan antara defisiensi zat besi dengan fertilitas. (E.M. Miller, Yearbook of Physical Anthropology 159:Hal 172-Hal 195, 2016).
Disana disebutkan bahwa salah satu persyaratan penting dalam mempersiapkan kehamilan adalah tercukupinya kebutuhan tinggi nutrisi makanan yang diperlukan.
Mikro nutrisi yang terbukti memerlukan perhatian khusus antara lain vitamin B, terutama Asam Folat, Vitamin D, lemak tidak jenuh, serta yodium dan zat besi.
Pasokan nutrisi yang cukup selain meningkatkan kesuburan dan mempertinggi kemungkinan hamil bagi calon ibu, juga untuk menghindari bahaya kekurangan zat besi pada janin.
Di dalam teori program kehamilan mengasumsikan bahwa kesehatan janin sudah dibentuk oleh keadaan eksternal di dalam rahim dan setelah jabang bayi lahir. Menurutnya, kekurangan nutrisi pada ibu seharusnya berdampak pada kesehatan anak nantinya.
Ini juga yang menjadi salah satu fokus pemerintah sekarang ini, yaitu memutus mata rantai anemia di dalam upaya pencegahan stunting pada anak. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, sekitar 48,9% atau hampir separuh ibu hamil di Indonesia mengalami anemia.
Angka ini jelas mengalami kenaikan dari tahun 2013 yang hanya sekitar 37,1%. Dapat kita lihat dari diagram batang di bawah ini.
Dengan kita menekan bahkan memutus mata rantai anemia ini, kita juga dapat mencegah stunting. Stunting pada anak adalah hal yang krusial karena selain juga dapat menghambat pertumbuhan badan, juga dapat mengganggu pertumbuhan otaknya.
Bebas Defisiensi Zat Besi & Stunting
Mengutip Buku Panduan Kegiatan Hari Gizi Nasional 2021, saat ini Indonesia dihadapkan pada masih tingginya prevalensi tiga masalah gizi di bawah ini
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis, yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama.
Kelebihan berat badan dibandingkan dengan normal.
Salah satunya defisiensi zat besi.
Seperti yang disampaikan oleh Dr.dr. Diana Sunardi, M.Gizi, Sp.Gk dalam acara Webinar “Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi” , bahwa stunting ini adalah sebuah siklus.
Anak yang stunting akan mencontoh pola makan orangtuanya. Dia akan tumbuh menjadi remaja yang menderita defisensi zat besi dan kurang gizi dan ketika hamil berpotensi melahirkan bayi yang berat badannya di bawah normal dan siktlus terus berputar.
Stunting atau masalah kurang gizi kronis karena kurangnya asupan gizi dala m waktu lama, bukan hanya mempengaruhi gangguan pertumbuhan pada anak tetapi juga pertumbuhan otak.
Seperti yang dikutip dari concernusa.org jika anak yang mengalami stunting beresiko 4 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian, menurunnya tingkat kecerdasan. Dewasa yang mempunyai kecerdasan kurang akan menghasilkan pendapatan yang lebih sedikit karena pekerjaan yang diperolehnya. Hal ini akan berdampak juga pada pendapatan negara.
Stunting atau masalah kurang gizi kronis karena kurangnya asupan gizi dala m waktu lama, bukan hanya mempengaruhi gangguan pertumbuhan pada anak tetapi juga pertumbuhan otak.
Seperti yang dikutip dari concernusa.org jika anak yang mengalami stunting beresiko 4 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian, menurunnya tingkat kecerdasan. Dewasa yang mempunyai kecerdasan kurang akan menghasilkan pendapatan yang lebih sedikit karena pekerjaan yang diperolehnya. Hal ini akan berdampak juga pada pendapatan negara.
Upaya Memutus Mata Rantai Anemia
Seringkali masalah non kesehatan yang menjadi akar masalah defisiensi zat besi dan stunting, baik itu masalah ekonomi, sosial budaya, politik, kemiskinan, masalah lingkungan dan pemberdayaan perempuan (Menkes RI, Nila Farid Moeloek)
Ada beberapa upaya pencegahan terjadinya anemia defisiensi zat besi melalui beberapa cara di bawah ini, antara lain
1. Pola Makan
Pola makan penderita anemia dan anak stunting tidak memperhatikan makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi.
Salah satu upaya pencegahan adalah melalui konsumsi gizi seimbang dan lengkap, termasuk di dalamnya makanan yang kaya akan zat besi dan pengoptimalan penyerapan zat besi.
Faktor-faktor asupan pada anemia defisiensi zat besi:
1. Asupan zat besi yang rendah terurama zat besi Heme. Zat besi Heme berasal dari sumber protein hewani, mempunyai penyerapan yang mudah dan akan langsung diserap tubuh.
2. Asupan vitamin C yang rendah.
3. Konsumsi sumber fitat yang berlebihan, yang dapat menghambat penyerapan zat besi.
4. Konsumsi sumber tannin yang berlebihan (kopi, teh), yang dapat menghambat penyerapan zat besi.
5. Menjalankan diet yang tidak seimbang.
Bila asupan makanan didominasi dengan zat besi non heme, penting dikonsumsi dengan unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Fortifikasi makanan juga bisa menjadi solusi untuk kurangnya asupan zat besi, yaitu tepung terigu/beras, biskuit dan susu.
Perhatikan “Isi Piringku” yaitu setengah piring dengan memperbanyak sumber protein (hewani dan nabati) dengan porsi lebih banyak dari karbohidrat dan setengah piring lagi diisi dengan sayur dan buah.
Dampingi juga isi piring dengan air putih, dan susu pertumbuhan bagi anak. Ada beberapa susu pertumbuhan yang bisa dikonsumsi oleh anak misalnya saja Nutrilon, Bebelac dan SGM Eksplor.
2. Pola Asuh
Stunting dan anemia adalah aspek perilaku, karena kurangnya edukasi tentang gizi dan organ reproduksi.
Pola asuh disini diantaranya pemberian pengetahuan bagi anak remaja. Pengetahuan yang diberikan adalah gabungan kegiatan yang melibatkan orang tua, sekolah, dinas kesehatan, dinas pendidikan dan organisasi yang ada di sekolah.
Pendidikan itu berupa pengetahuan tentang anemia dan konsumsi teratur pil tambah darah.
Bagaimana dengan ibu hamil?
Sebaiknya ibu hamil rajin memeriksakan ke bidan atau dokter kandungan, sehingga mengerti pentingnya asupan gizi seimbang terutama kebutuhan zat besi yang tinggi saat kehamilan. Pemberian susu untuk ibu hamil seperti misalnya Lactamil juga disarankan.
Pemeriksaan ini berlanjut ketika anak sudah lahir ke dokter anak atau posyandu terdekat. Jangan lupa juga pemberian imunisasi dan menimbang berat badan secara teratur.
Selain itu juga penting untuk pemberian ASI bagi bayi minimal 6 bulan dan setelah itu bisa diberikan juga makanan pendamping ASI.
3. Sanitasi dan akses air bersih
Faktor lainnya yang memberikan pengaruh adalah faktor kebersihan.
Adanya pola hidup yang bersih mengurangi pula terjadinya penularan penyakit
Danone & Komitmennya
One Planet One Health
Webinar “Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi” merupakan kerjasama antara Danone Indonesia.
Danone Indonesia adalah perusahaan yang sudah lama bergerak di consumer goods. Mereka mempunyai visi yaitu One Planet One Health karena Danone percaya bahwa kesehatan planet adalah kesehatan masyarakat dan Danone ingin memelihara serta melindungi keduanya, seperti yang disampaikan oleh Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia.
Danone berkomitmen membawa kebaikan kepada sebanyak mungkin orang dan berusaha mengimplementasikan komitmennya di dalam strategi yang diantaranya adalah dengan menginspirasi kebiasaan yang lebih sehat melalui program dan layanan.
Bersama cegah stunting adalah upaya pencegahan stunting kolaborasi Danone dengan mitra utama dari pemerintah dan organisasi terkemuka. Tujuannya mengintegrasikan program unggulan untuk mendukung intervensi nutrisi yang spesifik dalam mengurangi stunting di Indonesia.
1. Isi Piringku
Salah satu programnya adalah Isi Piringku, yang mempromosikan konsumsi gizi seimbang dan gaya hidup sehat untuk anak usia 4-6 tahun melalui guru dan orang tua.
Program ini sudah melibatkan 4000+guru dan 45 ribu lebih siswa PAUD di 8 provinsi.
2. Ayo Minum Air (AMIR)
Program ini dilakukan melihat fakta bahwa 4 dari 5 anak Indonesia kurang air minum. Padahal dehidrasi 2% saja dapat mempengaruhi konsentrasi.
Program ini untuk mengajak anak sekolah minum air putih sebanyak 7-8 gelas air putih dalam satu hari. Program ini diikuti oleh lebih dari 700.000 siswa SD dan 1,2 juta siswa PAUD di 5 provinsi.
3. Warung Anak Sehat (WAS)
Program edukasi kepada pengelola kantin sekolah. Program ini melibatkan 234 WAS yang aktif, 3000 guru terlatih, 6000 Ibu dan lebih dari 27 ribu anak.
Ibu kantin diberikan edukasi untuk memilih jajanan yang disajikan kepada anak-anak sekolah.
4. Aksi cegah stunting
Program yang berfokus pada perbaikan sistem rujukan bagi anak-anak gizi buruk dan penguatan peran fasilitas kesehatan serta memprioritaskan intervensi gizi khusus bagi mereka yang mengalami stunting.
Program yang diselenggarakan bersama FKUI dan Kementerian Desa dan Desa ini berhasil menurunkan angka stunting sebesar 4,3% dalam 6 bulan.
Selain program di atas ada juga program edukasi masyarakat tentang gizi dan kesehatan, diantaranya Gerakan Sehat Indonesia (GESID), Taman Pintar di Yogyakarta serta Duta 1000 Pelangi.
Kesimpulan
Masalah gizi sampai saat ini masih menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia menghadapi tingginya angka stunting juga masih ada yang mengalami wasting atau kurang gizi. Selain itu ada juga masalah obesitas dan kekurangan zat mikro nutrisi (masalah utamanya ada pada defisiensi zat besi).
Defisiensi zat besi ini yang menyebabkan anemia. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Di dalam program ini, pemerintah menekankan pemberian nutrisi yang tepat antara awal kehamilan seorang ibu hingga usia anak dua tahun. Ini dapat memberikan anak-anak dengan gizi yang sehat.
Mari kita sama-sama memperhatikan asupan makanan yang kita dan keluarga kita konsumsi agar pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak-anak dapat berkembang sempurna. Teruslah mengedukasi diri sendiri untuk menciptakan keluarga yang sehat dengan gizi tercukupi dan mengutamakan kebersihan.
Referensi
Webinar “Peran Nutrisi Dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi” Danone dan Indonesian Nutrition Association.
Online Training Pelatihan Modul Pusat Edukasi Terra: Nutrisi dan Kesehatan Lingkungan, Indonesian Nutrition Association.
Penelitian hubungan antara defisiensi zat besi dengan fertilitas. E.M. Miller, Yearbook of Physical Anthropology 159:Hal 172-Hal 195, 2016.
Informasi dari dokter kandungan.