Hutan Lindung Sungai Wain dan Program Baru Adopsi Hutan
Hutan Lindung Sungai Wain dan Program Baru Adopsi Hutan.- Adopsi hutan adalah salah satu bentuk kepedulian kita tehadap hutan Indonesia.
Hutan Indonesia sendiri sekarang sedang terancam, sementara jutaan mahluk hidup bergantung kepada hutan. Adopsi hutan adalah salah satu upaya melestarikan hutan dan sekaligus juga mencegah penyebaran virus corona.
Ketika kita mendengar kata hutan, pikiran kita melayang membayangkan area yang ditanami pepohonan tinggi dan rapat, yang didalamnya tumbuh berbagai macam hewan dan tumbuhan. Area luas yang berwarna hijau, bagaikan hamparan permadani di atas permukaan bumi.
Kita pasti sudah mengetahui bahwa kita membutuhkan hutan untuk kelangsungan hidup seluruh mahluk hidup yang ada di bumi, tidak hanya sekarang tetapi bumi bagi generasi selanjutnya. Tapi tahukah kita manfaat hutan lainnya?
1. Mengenal Potensi Keanekaragaman Hayati di Indonesia - Adopsi Hutan
Indonesia adalah Negara ketiga yang memiliki luasan hutan tropis terluas setelah Brazilia (Amazon) dan Zaire. Dengan luasan besar ini Indonesia dikategorikan sebagai Negara mega biodiversitas atau dikenal dengan megadiversitas,
Biodiversitas adalah jumlah keanekaragaman hayati, keragaman kehidupan di bumi, menyediakan sumber daya hayati yang dapat menopang kehidupan dan mata pencaharian, dan memastikan stabilitas ekologi di bumi.
Pola penyebaran biodiversitas ini tidak merata di permukaan bumi. Negara-negara tertentu yang termasuk di dalam kategori mega biodiversitas terletak sebagian atau seluruhnya di kawasan tropis, dengan ciri kekayaan spesies yang tinggi sekitar 80% dari total spesies di dunia dan jumlah spesies endemik minimal 5000.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah Negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi terbesar kedua di dunia, rumah bagi pepohonan besar yang menjulang tinggi, beraneka ragam hewan mamalia yang menarik dan burung yang berwarna-warni
Jumlah keragaman hayati dicatatkan oleh LIPI di dalam buku berjudul Kekinian Keanekaraman Hayati Indonesia yang dipublikasikan pada tahun 2014. Adapun keragaman hayati ini dapat dilihat di bawah.
Source by: Indonesia go.id.
2. Mengapa Dicanangkan Hari Hutan Indonesia?
Hari Hutan Nasional atau Hari Hutan Indonesia sendiri berawal dari sebuah petisi di Change.org berjudul “Tetapkan Hari Hutan Indonesia untuk Rayakan Pentingnya Hutan Indonesia”.
Petisi yang digagas oleh Hutan itu Indonesia telah berhasil ditanda-tangani oleh sekitar 1,5 juta orang. Tujuan dari petisi ini untuk mendorong Presiden Joko Widodo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia untuk menetapkan Hari Hutan Nasional.
Hari Hutan Indonesia adalah momentum untuk merayakan keindahan dan kekayaan hutan indonesia. Yang diharapkan dari perayaan ini adalah kita dapat membangkitkan awareness / kesadaran masyarakat bahwa manusia dan hutan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan tidak berdiri sendiri-sendiri.
Selain itu pola pengingat yang terus menerus diharapkan akan menjadi suatu kebiasaan yang terpola hingga pada akhirnya kesadaran itu menetap dalam diri kita dan menjadi bagian dari diri kita.
Tujuan besar dari perayaan Hari Hutan Indonesia adalah menjadikan hutan sebagai identitas bangsa Indonesia dan perayaan Hari Hutan Indonesia yang pertama pada tanggal 7 Agustus 2020.
3. Mengenal Salah Satu Hutan Lindung di Indonesia
Hutan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, seperti hutan lindung, hutan, konservasi dan hutan produksi.
Hutan lindung adalah hutan yang dilindungi kelestariannya agar terhindar dari kerusakan yang dibuat oleh manusia, tetap berjalan sesuai fungsi ekologinya dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.
Di bawah ini saya tuliskan tujuh hutan lindung di Indonesia, saya yakin banyak hutan lindung yang tidak tercantum disini. Ketujuh hutan lindung itu antara lain,
1. Hutan Lindung Sungai Wain
2. Hutan Lindung Wehea
3. Hutan Alas Kethu
4. Hutan Taman Raya Bung Hatta
5. Cagar Alam Kepulauan Karimata
6. Hutan Lindung Baning
7. Hutan Betung Kerihun.
Fungsi dari kawasan hutang lindung adalah untuk melindungi keanekaragaman flora dan fauna di dalamnya, pemanfaatan sumber daya hayati dan melestarikan ekosistem. Jika dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat khususnya bagi masyarakat sekitar dan bagi masyarakat luas pada umumnya.
Fungsi lain dari kawasan hutan lindung juga sebagai pengatur tata air, pencegah erosi dan penjaga kesuburan tanah dan memastikan ketersediaan air tanah sebagai sumber air.
3.1 Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW)
Seperti yang telah kita ketahui Kalimantan merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan hutan terluas. Salah satunya adalah Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW). Hutan hujan tropis yang satu ini secara keseluruhan digunakan untuk menjaga dan melindungi keberadaan dan habitat dari orang utan.
HLSW terletak berada di km 15 perbatasan antara kota Balikpapan dan kabupaten Kutai Kertanegara. Dari jalan raya Balikpapan-Samarinda perjalanan selanjutnya masih sekitar 6 km lagi untuk mencapai zona inti hutan lindung.
HLSW mempunyai luasan areal hutan sekitar 10 ribu hektar, merupakan daerah penopang bagi warga Balikpapan yang kini dijaga oleh 14 personil aparat polisi dan TNI.
HLSW merupakan habitat bagi berbagai jenis flora termasuk tanaman langka seperti aneka anggrek, kantung semar, jamur hitam dan jahe raksasa Balikpapan, pohon herba dan pohon-pohon tinggi seperti pohon Bangkirai, Ulin, Meranti, Keruing dan Gaharu serta habitat bagi hewan menyusui, lebih dari 200 spesies burung, juga berbagai jenis hewan reptile, amfibi, ikan dan serangga yang mendapatkan manfaat dari kondisi hutan yang masih perawan, tidak terjamah oleh manusia.
Banyak spesies yang pemalu atau sensitif terhadap gangguan seperti perubahan struktur dan susunan ekosistem hutan, termasuk diantaranya adalah hewan langka seperti Macan Dahan, Orang Utan, Beruang Madu, Lutung Merah, Lutung Dahi Putih, Kukung Sunda, Owa Kalawat, Kera Ekor Panjang, Beruk dan Bekantan yang merupakan hewan endemik Kalimantan yang tidak ditemukan di tempat lain.
3.2 Hutan Lindung Sungai Wain sebagai Potensi Objek Wisata Alam
Courtesy of Youtube & Andi Ravsanjani. Video Duration: 1 Minute
Silahkan mengklik video pendek di atas berdurasi 1 menit untuk melihat keindahan dari kawasan HLSW.
Kebun Raya Balikpapan di kawasan HSLW didirikan di area bekas kebakaran hutan besar yang terjadi di tahun 1998 sebagai kawasan hutan dengan tujuan HLSW.
Memasuki Kebun Raya Balikpapan di kawasan HLSW, pengunjung dapat memilih tiga jalur ekowisata dengan ditemani seorang pemandu,
– rute pendek 400 meter,
– rute medium sepanjang 3 km dan
– rute jauh sepanjang 8 km.
Jika kita memilih rute pendek, kita akan menyusuri hutan di atas titian kayu sepanjang 400 meter dengan pemandangan hutan bakau di sebelah kanan dan kiri sungai. Sementara untuk rute medium dan jauh kita bisa berjalan di track yang telah tersedia.
Selain rute jalur ekowisata terdapat juga konservasi beruang madu di kawasan wisata pendidikan lingkungan hidup.
Di dekat kawasan HSLW terdapat sebuah waduk dengan luas sekitar 3 – 4 ha yang dikelola oleh Pertamina dan Waduk Manggar yang dikelola oleh PDAM.
3.3 Masyarakat Lokal di Sekitar Hutan Lindung Sungai Wain
Kampung Sungai Wain. Courtesy of Youtube & Go Discover .
Silahkan mengklik video pendek berdurasi 5 menit untuk melihat kehidupan sehari-hari masyarakat yang hidup di kawasan HLSW.
HLSW adalah hutan Dipterokarpa dataran rendah yang memberikan berbagai manfaat untuk menunjang kehidupan dan penghidupan bagi masyarakat setempat atau petani penggarap.
Penduduk lokal yang hidup di kampung di sekitar HLSW kebanyakan mempunyai mata pencaharian tidak tetap, rata-rata daei mereka berprofesi sebagai buruh, petani, peternak, pengrajin atap nipah yang dikerjakan secara turun menurun generasi ke generasi.
Selain itu ada juga program Agroforestry, yaitu pengelolaan hutan berbasis masyarakat dalam bentuk hutan kemasyarakatan seluas 1400 ha.
Penduduk lokal biasanya memungut bahan biologi seperti kayu (kayu bakar), daun nipah, rotan, bambu, tumbuhan obat, rumput /pakan ternak, madu, gaharu, buah-buahan, sayur-sayuran, ikan dan kayu untuk bahan bangunan.
Sementara unsur ekologi yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat adalah air untuk konsumsi rumah tangga yang bersumber dari sungai, sumur dan waduk.
Sekarang ini selain bertani, beternak dan menganyam atap nipah, penduduk setempat mendapat dukungan dari beberapa stakeholder, salah satunya adalah Pertamina. Kini mereka mulai mengembangkan kerajinan cenderamata.
4. Menyelamatkan Hutan Berarti Mencegah Risiko Penyebaran Virus Corona
Dikutip dari halaman berita Guardian, aksi penebangan hutan yang dilakukan oleh manusia dapat meningkatkan resiko penyebaran COVID-19 ke manusia dan menyebabkan pandemic kembali di masa mendatang.
Seorang epidemiologist di University of California, Tierra Smiley Evans mengatakan kepada Guardian,
“saya berharap salah satu hal paling positif yang muncul dari tragedy mengerikan ini adalah kesadaran bahwa ada hubungan antara cara kita memperlakukan hutan dengan kesejahteraan kita. Ini juga sangat berdampak pada kesehatan kita. Bukan hanya sekedar masalah satwa liar atau masalah lingkungan”.
Dengan adanya penebangan pohon, habitat natural untuk satwa liar menjadi terbatas, sehingga dengan keterbatasan tempat, mereka dipaksa untuk berinteraksi satu sama lain, sehingga ada kemungkinan virus ini bermutasi antar spesies yang berbeda.
Dengan ruang yang terbatas ini juga, memaksa hewan untuk bermigrasi ke area padat penduduk.
Kita perlu ingat bahwa asal mula virus COVID-19 berasal dari kelelawar, menurut WHO, walaupun belum jelas bagaimana dan melalui apa cara penyebarannya sehingga sampai ke manusia.
Jadi jika mereka sudah tidak ada tempat tinggal lain, mereka terpaksa mencari habitat baru.
Pikirkan juga hewan eksotis langka yang jumlahnya sudah sangat berkurang, bahkan banyak sudah punah. Tidakkah kita menyayangkan hal itu?
Betapa Tuhan telah memberikan Indonesia dengan kekayaan yang berlimpah ruah, yang membuat negara lain “iri”, tetapi kita tidak dapat memanfaatkan anugerah itu.
Kenyataan yang ada, kita malah menghancurkannya, tidak memikirkan nasib generasi di masa mendatang dan tamak.
Oleh karena itu yang perlu kita lakukan adalah melakukan pengawasan terhadap penebangan liar dan dengan gerakan seperti reboisasi, penanaman pohon kembali juga mendukung program lingkungan seperti ini,salah satunya dengan program adopsi hutan.
Kalau bukan kita, lalu siapa lagi?
5. Program Adopsi Hutan
Di perayaan Hari Hutan Indonesia yang pertama ini, Hutan itu Indonesia mempunyai program Call to action yang pertama yaitu adopsi hutan/pohon. Program ini juga berkolaborasi dengan para mitra seperti WARSI dan WWF Indonesia.
Sekarang ini mereka telah mengadopsi sekitar 1039 pohon yang tersebar di 10 titik adopsi seperti hutan adat rantau kermas, Jambi; Hutan Nagari Sungai Buluh, Sumatera Barat dan TN Rinjani.
Apa saja yang tercakup di dalam programnya:
– Mengadopsi pohon/pohon asuh tetapi langsung di hutan. Khususnya pohon besar yang sudah berdiri tegak dan bahkan tidak bisa dipeluk oleh satu orang karena batangnya sudah sangat besar.
– Menciptakan sumber penghidupan alternatif dengan memaksimalkan sumber daya manusia di sekitar hutan yaitu masyarakat adat untuk berpatroli menjaga hutan dari tindakan illegal dan tidak bermoral.
– Pengembangan ekonomi masyarakat sekitar,
– Kerjasama dengan mitra untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan.
Target dari kampanye ini sendiri adalah sebesar 1 Milyar. “Semakin banyak, semakin bagus, sehingga hutan yang kita adopsi untuk jangka depan akan terlaksana.” seperti yang disampaikan oleh Andre Christian, ketua Hutan itu Indonesia dalam talkshow Hari Hutan Indonesia.
Mari kita melakukan tindakan nyata untuk melindungi hutan, ayo donasikan uang kita dengan menghubungi Hutanitu.id.
Nafas hutan adalah nafas kita.
Tanpa hutan, kita tidak memiliki kehidupan.
Apa lagi yang kamu tunggu, rayakan Hari Hutan Indonesia dengan mengadopsi hutan.
Referensi
Sumber:
Harihutan.id, Kutipan dari video live stream Hari Hutan Indonesia, Agustus 2020
Hutanitu.id
wwf.panda.org
Tropenbos Indonesia, Pembelajaran dari Hutan Lindung Sungai Wain, Bogor 2017
The Guardian, ‘Promiscuous Treatment of Nature’ will lead to more pandemics – scientists, Mei 2020
Like Minded Megadiverse Countries, Jul 2018