Pengaruh Covid-19 terhadap Kehidupan Sosial di Jerman
Pengaruh Covid-19 terhadap Kehidupan Sosial di Jerman. Pandemi yang terjadi di awal tahun ini telah merubah kehidupan sosial seluruh dunia secara tiba-tiba. Seperti juga negara lainnya, Jerman juga mengalami pembatasan sosial dalam halnya sosial distansi sampai Lockdown.
Â
Â
Aturan pembatasan sosial yang diberlakukan semata untuk mencegah penyebaran pandemi. Namun dampaknya sendiri sangat luas. Terlebih kita tidak dapat mengetahui kapan ini akan berakhir.Â
Pengaruh Covid-19 terhadap kehidupan sosial juga berdampak kepada perekonomian, pendidikan serta ekologi.
Â
Pengaruh hilangnya pekerjaan di berbagai sektor yang langsung terkena dampak, kemungkinan besar berdampak jangka panjang di masa depan.
Â
Selain itu juga pengalaman belajar, perubahan sikap dan nilai serta keterampilan yang baru diperoleh saat pembatasan sosial juga cenderung bertahan di waktu setelah pandemi.
Â
Konsekuensi sosial yang terjadi, di antara lain adalah Covid-19 itu sendiri, ketidakamanan pekerjaan, kehilangan pendapatan, konflik rumah tangga, serta tuntutan yang berlebihan dari tugas tambahan selama daring.
Â
Tugas tambahan itu seperti mengurus anak dalam hal pendidikan selama daring. Mengawasi dan menyampaikan kurikulum sekolah. Hal yang sebelumnya menjadi fokus guru, sekarang menjadi tugas tambahan orangtua.
Flatten the Curve
Untuk menghadapi krisis yang disebabkan oleh pandemi ini, terutama untuk menghindari beban berlebihan sistem kesehatan, membuat pemerintah kota mengeluarkan kebijakan yang membatasi sosialisasi personal juga sosialisasi di perusahaan.
Â
Menurut survey yang dilakukan oleh YouGov, dari YouGov Deutschland GmbH, bahwa warga sangat mendukung kebijakan yang ditetapkan pemerintah, menerima aturan yang ketat diberlakukan. Penerapan di dalam kehidupan sehari-hari ini menciptakan bawah sadar yaitu bahwa kita mempunyai satu tujuan.
Â
Tujuannya adalah flatten the curve, agar kurva angka penderita Covid-19 tidak naik.
Â
Saya masih ingat di saat yang sama diberlakukannya aturan ini, warga di Jerman juga melihat bagaimana meningkatnya angka penderita dan angka kematian di Italia dan Amerika. Menyadarkan kepada kita bahwa pandemi ini nyata.
Pengaruh Covid-19 terhadap Kehidupan Sosial di Jerman
Pemerintah mengambil keputusan di masa pandemi berdasarkan kondisi aktual dari penelitian tentang Covid-19 ini, yang dilakukan oleh Robert Koch Institute (RKI).
Â
Saya sendiri mengikuti setiap hari perkembangannya dari siaran TV dan pandangan dari virologis dan hasil penelitian RKI di semester pertama setelah terjadinya pandemi. Diskusi mengenai hasil aktual penelitian ramai juga dilakukan.
Â
Sisi positif dari Pandemi ini adalah meningkatnya kepedulian orang terhadap lingkungan sekitar. Setelah kita mengetahui dari banyak kasus Covid-19 yang terjadi, pasien yang mempunyai riwayat penyakit mempunyai kemungkinan bertahan hidup kecil. Warga banyak menawarkan bantuan kepada tetangganya yang mengalami isolasi dengan alasan kesehatan.
Â
Mereka akan menyebarkan leaflet, dan mengirimkannya ke apartemen atau rumah terdekat. Bantuan sukarela ini berupa berbelanja ke Supermarket, membeli obat ke apotek dan juga membawa jalan anjing peliharaan.
Â
Jangkauan leaflet ini jauh lebih besar dibandingkan internet, mengingat tidak semua warga terutama yang sudah tua familiar dengan internet. Bantuan juga diberikan oleh warga sekitar yang memang tinggal tidak jauh dari prospek penerima bantuan.
Bagaimana dengan kehidupan di dalam rumah tangga?
Dengan banyak pemutusan kerja, semakin banyak orang tua yang tadinya bekerja menjadi tinggal di rumah. Hal ini berdampak pada psikologis karena berkurangnya atau bahkan tidak adanya sumber pendapatan.Â
Â
Kondisi ini ditambah pula dengan kondisi di awal pandemi, dimana sekolah sempat mengalami daring. Beban orangtua menjadi bertambah selain juga pengawasan terhadap pendidikan juga biaya kebutuhan pokok.
Â
Pihak kantin sekolah mengirimkan bahan makanan dan juga snack yang biasanya diberikan kepada para siswa di jam istirahat. Pengiriman dilakukan oleh mobil catering ke rumah-rumah murid yang memang membutuhkan.
Â
Warga sekitar juga ada yang menawarkan bantuan dalam hal pelajaran untuk anak-anak yang orang tuanya mempunyai keterbatasan.
Â
Situasi yang sangat berbeda ini juga berdampak pada psikologis, dan kekerasan dalam rumah tangga pun angkanya meningkat. Infomasi hotline untuk konsultasi pun banyak disebar.
Situasi terkini
Kini beberapa bulan telah berlalu, sebagian sekolah sudah banyak yang menerapkan sistem offline, begitu juga dengan sebagaian penitipan anak sudah mulai berjalan normal.
Â
Namun pengaruh covid-19 terhadap kehidupan sosial di Jerman tampak mengalami peningkatan signifikan.Â
Â
Tingkat stress yang meningkat karena pembatasan sosial dan permasalahan ekonomi, selain itu terkait juga dengan besaran tempat tinggal yang mereka huni. Semakin kecil tempat tinggal, semakin sedikit ruang gerak seseorang, yang pada akhirnya berdampak terhadap psikologisnya.
Â
Deretan para pencari kerja semakin panjang, termasuk diantaranya adalah saya. Walau begitu saya masih menerima banyak lowongan pekerjaan yang masuk ke e-mail dari website lowongan kerja.Â
Â
Â
Mungkin memang belum rejeki, sampai sekarang saya masih berjuang mencari.Â
Â
Meskipun banyak sektor usaha yang tidak bertahan, namun di sisi lain beberapa bidang pekerjaan seperti retail dan tenaga kesehatan harus bekerja lebih keras lagi.Â
Â
Home office sekarang sudah menjadi bagian keseharian sebagian pekerja yang memang ruang lingkup pekerjaannya memungkinkan. Salah satunya adalah suami saya yang di awal pandemi juga melakukan home office, kemudian kembali normal masuk kerja, dan kini home office kembali sejak satu bulan terakhir.
Â
Entah sampai kapan Pandemi ini akan berakhir, yang bisa kita lakukan adalah memaksimalkan kondisi yang tidak menguntungkan ini sebaik mungkin. Mungkin bisa dengan cara berinvestasi pada diri sendiri.
Â
Lalu bagaimana Covid-19 terhadap kehidupan sosial di wilayah kalian?
Apa yang tersulit dari pandemi ini?
Â
Â
Â
Stay safe … xoxo
3 Comments
Pingback:
fanny_dcatqueen
Mungkiiin yaa Krn aku memang pada dasarnya suka di rumah, ngerasain hrs banyak stay at home ga masalah sebenernya… Tapi ga juga trus2an hahahahah..
Yg paling berat buatku, kesabaran ngajarin anak mba, seriuuus itu butuuuuuh kesabaran tingkat dewa. Dan aku bukan org yang sabar kalo sedang ngajarin. Jd kadang mulai deh pagi2 melengking aja itu suara.. untungnya suami yg jauh LBH sabar, masih Wfh. Jd kalo aku udh ngomel2, dia turun tangan juga.
Lingkungan tempat tinggalku kebetulan RT nya sigap. Pas agustus aku dan suami positif, lgs bu RT kirim petugas disinfektan rumah utk sterilin rumahku. Trus masalah makanan dan belanja mereka juga nawarin. Jd tiap 3 hari asistenku ksh uang ke tetangga utk beliin bahan2 belanjaan buat makan sehari2. Asistenku sbnrnya negatif, tp aku ga izinin dia kluar rumah jg selama aku dan suami msh positif.
Skr ini, Alhamdulillah udh negatif semua. Palingan yg kita lakuin supaya ttp waras, ya saling becanda aja, bikin rumah senyaman mungkin. Toh kali ini aku ga yg strick di rumah aja. Sesekali kluar staycation, tp tetep dengan prosedur kesehatan yg ketat. Jujurnya aku ga tertarik LG pake masker kain. Udahlah masker sekali pakai aja yg LBH terjmin. Toh aku ga nyetok sampe nimbun gitu. Kluar rumahnya kan juga sesekali doang.
renov
Nah situasi anak yang begini yang tidak aku perhitungkan, sekarang cuman kepengennya, punya anak aja hehehe.
Waktu Agustus itu positif tanpa gejala kah? Alhamdulillah banget ya RT sudah terorganisir dan sampai mengirimkan petugas disinfektan ke rumah. Selama rumah di disinfektan, penghuni rumahnya diam dimana kah? Disini nggak ada sih, jadi kita bersihin sendiri kaya gagang pintu dan metal metalan pokoknya yang ada di dalam rumah.