Ilusi Transparansi, Ketika Kita Mengira Orang Lain Bisa Membaca Pikiran Kita
Ilusi Transparansi. Pernahkah kamu merasa cemas karena mengira orang lain bisa melihat betapa gugupnya dirimu saat presentasi? Atau mungkin merasa yakin kalau temanmu bisa tahu bahwa kamu nggak setuju atas idenya, padahal kamu nggak bilang apa apa?
Kalau jawabanmu iya, tenang, kamu nggak sendirian.
Fenomena ini dikenal sebagai
“Ilusi Transparansi (The Illusion of Transparency),” sebuah kognitif bias yang merupakan jebakan psikologis (psychological trap) yang membuat kita percaya kalau emosi dan pikiran kita lebih jelas terlihat oleh orang lain daripada kenyataannya.
Apa Itu Ilusi Transparansi (The Illusion of Transparency)?
Thomas Gilovich, Victoria Husted Medvec dan Kenneth Savitsk adalah yang pertama kali memperkenalkan konsep ini dan mendemonstrasikan secara empiris dalam sebuah penelitian di tahun 1998 .
Menurut mereka,
Ilusi Transparansi (The Illusion of Transparency) adalah kecenderungan kita untuk melebih-lebihkan seberapa banyak orang lain bisa merasakan atau memahami keadaan emosional kita.
Dengan kata lain, kita sering berpikir bahwa emosi kita “transparan” bagi orang lain, padahal kenyataannya nggak selalu begitu.
Contoh Sehari-Hari yang Sering Terjadi
Bayangkan kamu sedang dalam sebuah pertemuan penting di kantor. Kamu diminta untuk berbicara di depan, dan meskipun kamu merasa sangat cemas, kamu berusaha untuk tetap tenang.
Setelah kamu berbicara , kamu duduk kembali dengan perasaan kalau semua orang di ruangan itu bisa melihat betapa gugupnya kamu. Namun, waktu kamu bertanya kepada rekan kerjamu, “Eh gimana tadi aku keliatannya pas bicara di depan?”
Mereka justru berkata, “Kamu kelihatan tenang sekali tadi. Tampak seperti sangat memahami pembahasan kita hari ini“
Inilah salah satu contoh sederhana dari Ilusi Transparansi
Contoh lainnya adalah ketika kita bertanya di sebuah forum atau bertanya kepada dosen di ruang kelas. Kita merasa khawatir jika pertanyaan yang kita ajukan terdengar bodoh, misalnya.
Padahal mungkin tidak ada orang yang mengingat kita menanyakan pertanyaan setelah kelas atau forum berakhir.
Kita merasa cemas atau khawatir, dan mengira emosi itu begitu jelas sehingga orang lain pasti menyadarinya. Namun kenyataannya, kebanyakan orang nggak bisa mendeteksi kecemasan kita kecuali jika kita benar-benar memperlihatkannya.
Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Ada beberapa alasan mengapa kita terjebak dalam ilusi ini.
Pertama, kita sangat sadar akan perasaan kita sendiri, sehingga kita merasa emosi tersebut harusnya terlihat oleh orang lain.
Kedua, kita sering menganggap bahwa orang lain memperhatikan kita dengan seksama, padahal mereka mungkin lebih fokus pada diri mereka sendiri. Sama seperti pada kejadian berbicara di depan atau bertanya di kelas.
Thomas Gilovich yang seorang ahli psikologi sosial, menjelaskan bahwa fenomena ini juga terkait dengan apa yang disebut sebagai “spotlight effect.”
Spotlight effect atau Efek Sorotan adalah di mana kita melebih-lebihkan seberapa banyak orang memperhatikan kita.
Kita cenderung merasa seperti berada di bawah sorotan, di mana setiap tindakan, kata, dan perasaan kita tampak lebih penting dan mencolok daripada yang sebenarnya.
Bagaimana Cara Mengatasi Ilusi Ini?
Tentunya kita nggak mau overthinking buat ilusi seperti ini kan?
Setidaknya ada dua cara yang bisa kita lakukan.
Pertama, penting buat kita untuk menyadari kalau orang lain nggak begitu memperhatikan kita seperti yang kita bayangkan. Mereka juga sibuk dengan pikiran dan perasaan mereka sendiri. Ketika kita merasa cemas atau malu, cobalah ingat bahwa perasaan itu mungkin nggak tampak begitu jelas bagi orang lain.
Kedua, berlatih buat nggak terlalu keras pada diri sendiri.
Kita sering kali menjadi kritikus terbesar bagi diri kita sendiri, dan Ilusi Transparansi hanya memperburuk keadaan.
Mengakui bahwa kita mengalami perasaan cemas atau gugup adalah hal yang normal, dan bahwa orang lain mungkin tidak akan menyadarinya, dapat membantu kita merasa lebih tenang.
Sebuah Reminder
Ilusi Transparansi mengingatkan kita kalau kita sering kali lebih keras sama diri sendiri di situasi yang kurang tepat dan nggak perlu. Orang lain mungkin nggak memperhatikan kita seperti yang kita bayangkan, dan emosi kita nggak setransparan yang kita kira.
Lagipula kita juga bukan selebritis, atau idol meskipun misalnya kita adalah orang yang good looking. Setiap tindak tanduk kita nggak akan masuk Dispatcher atau berita online.
Hidup ini nggak melulu tentang “Aku”
Jadi, lain kali ketika merasa cemas, ingatlah kalau mungkin hanya diri kita yang tahu, dan itu sudah cukup. Mari kita lawan si overthinking, dan jangan biarkan ilusi ini menghentikan langkah kita.
Semangat!
XOXO
Referensi
Shortcoggs. Illusion of Transparency
The behavioral scientist. Illusion of Transparency.
Jason Mandelbaum. Exploring The Illusion Of Transparency When Lying And TruthTelling: The Impact Of Age, Self-Consciousness, And Framing.