Jurnal Afirmasi, Menyingkap Kekuatan di Balik Kata
Jurnal Afirmasi. Pernahkah kamu merasa seperti sedang menghadapi hari yang berat, bahkan benar-benar memulai? Seolah-olah awan gelap sudah menggantung di atas kepala, meski baru saja membuka mata.
Aku pernah, dan mungkin terlalu sering. Tapi belakangan ini, aku menemukan sesuatu yang sederhana, namun kuat, yaitu afirmasi harian.
Semua dimulai beberapa bulan yang lalu. Waktu itu, aku sedang iseng scrolling di App Store, dan entah kenapa, ada satu aplikasi afirmasi yang menarik perhatian. Nama aplikasinya adalah I am. Mungkin karena warna aplikasinya pink pastel tapi pikirku saat itu “Kenapa nggak coba?”. Jadi tanpa banyak ekspektasi, aku download aplikasinya dan mulai eksplorasi.
I am, Si Aplikasi Afirmasi
Setiap pagi, aplikasi itu mengirimkan afirmasi pendek ke iPad. Di setting, kita bisa mengatur mau pakai bahasa apa dan mau berapa kali dalam sehari dikirim afirmasi.
Ps: Sebelum lanjut cerita, aku mau bilang kalau postingan ini bukan sponsorship. Tapi kalau developernya baca dan mau mensponsori, alhamdulillah .. ^ㅂ^
Mulai dari yang sederhana seperti “One step at a time,” hingga yang lebih spesifik, “Aku punya kekuatan untuk mengubah hari ini menjadi lebih baik.” Nah, sejak saat itulah petualangan baruku dimulai .. jurnal afirmasi.
Jurnal Afirmasi
“Gimana sih rasanya ngomong sama diri sendiri setiap hari?” tanya seorang teman suatu kali, saat aku bercerita tentang rutinitas baruku.
“Jujur aja, awalnya aneh banget! Tapi lama-lama, ada sesuatu yang berubah. Aku jadi lebih percaya sama kata-kata itu,” jawabku sambil tertawa.
Setiap pagi, aku duduk dengan secangkir kopi dan jurnal afirmasi yang kadang aku tulis tangan, dan kadang menggunakan keyboard, tergantung mood. Aku menuliskan satu afirmasi yang paling relevan untuk hari itu, dan sering kali, aku memilih kata-kata dari aplikasi yang baru saja kuterima.
Misalnya kalau hari itu aku tahu bakal tough, aku tulis sesuatu seperti,”Aku siap menghadapi segala tantangan dengan sabar, tenang dan percaya diri.” Dan entah kenapa, afirmasi itu benar bisa mengubah cara pandangku terhadap hari itu.
“Ini sih kayak mantra sakti, ya,” candaku pada diriku sendiri suatu pagi, sambil menulis afirmasi di jurnal.
Tapi ada kalanya, aku mengambil inspirasi dari pengalaman sehari-hari. Seperti saat aku merasa sangat lelah dan inginnya menyerah saja, aku lalu menulis, “Aku memberi diriku izin untuk beristirahat dan memulihkan energi.”
Afirmasi yang ditulis jadinya bukan hanya menenangkan, tapi juga memberi izin pada diriku sendiri untuk tidak selalu harus kuat.
“Gwenchana, it’s okay to be not okay,” bisikku dalam hati sambil tersenyum.
Afirmasi Bukan Hanya Tentang Pengulangan Kata-Kata Positif
Lama kelamaan, aku mulai menyadari kalau afirmasi bukan hanya tentang kata-kata positif yang diulang-ulang.
Lebih dari itu, afirmasi positif adalah reminder, pengingat. Seperti halnya prinsip Stoic, pengingat bahwa kita punya kendali atas pikiran dan perasaan kita, bahkan di tengah kesibukan dan kekacauan sehari-hari. Setiap kali aku menulis afirmasi, rasanya seperti menyalakan kembali api hidup yang hampir padam.
“All is well” dan “Aku bisa melalui ini,” menjadi mantra yang paling sering kutulis di jurnal, terutama saat tantangan hidup datang bertubi-tubi.
Hari-hari berlalu, dan jurnal afirmasi ini terus menjadi bagian dari rutinitasku. Aplikasi “I am” menjadi sahabat yang setia, yang selalu ada untuk memberiku dorongan ketika aku membutuhkannya, tepatnya 2 kali dalam sehari. (Tenang, kamu bisa mensettingnya jadi cuman sehari atau beberapa kali tergantung keinginanmu).
Hal lain yang aku sadari adalah kata-kata yang aku ucapkan atau tulis untuk diri sendiri, ternyata bisa menjadi kekuatan yang luar biasa.
Jadi, kalau suatu hari kamu merasa dunia begitu berat, cobalah menulis afirmasi. Pilih kata-kata yang relevan dengan perasaanmu saat itu, dan biarkan kata-kata itu bekerja menciptakan universe yang kita yakini. Karena, siapa tahu, dalam setiap kalimat yang kamu tulis, ada kekuatan yang bisa mengubah harimu menjadi lebih baik.
“Aku cukup,” “I am enough,” bisikku pada diri sendiri saat menutup jurnalku hari ini. Dan ya, memang, aku cukup dan begitu juga kamu.
XOXO