Perjalanan Belajar Bahasa Inggris yang Penuh Warna
Belajar Bahasa Inggris. Aku masih ingat pertama kali Mama membelikanku modul percakapan bahasa Inggris waktu SD. Waktu itu, aku nggak terlalu paham kenapa Mama begitu semangat menyuruhku belajar bahasa Inggris.
“Nanti kalau kamu bisa bahasa Inggris, banyak pintu yang bisa kebuka,” katanya sambil tersenyum penuh arti.
Tentu saja, sebagai anak kecil, aku cuma mengangguk-angguk tanpa benar-benar paham maksudnya. Tapi, ya sudah, aku ikutan les bahasa Inggris di komplek, dan mulai akrab dengan audio tapes serta textbook yang selalu diputar sore hari.
Oh iya dulu ikutan les bahasa Inggris karena waktu itu lagi happening. Jadi kaya anak-anak komplek pada les di situ. Kebetulan tempat lesnya ada di depan rumah teman, jadi sehabis les langsung main di rumahnya.
Perjalananan Belajar Bahasa Inggris dan Lika Likunya
DI suatu weekend, aku main ke rumah nenek dan ketika ada tulisan bahasa Inggris di majalah yang aku baca, aku dengan semangat melafalkan kata-kata. Tapi tiba-tiba, Om yang saat itu duduk di bangku kuliah tertawa dan berkata,
“Eh kamu ngomong apa sih tadi? Kok aneh banget kedengerannya. Ya ampun, gitu aja gak bisa!”
Tawa itu terasa ringan baginya, tapi buatku, itu jadi momen yang sulit dilupakan. Aku cuma bisa cengengesan walau raut muka aku kayaknya nggak karuan. Dalam hati aku merasa sangat malu. Mungkin bagi Om, pengucapanku yang kurang tepat itu lucu, tapi buatku, jadi dorongan untuk belajar lebih serius.
Sejak saat itu, aku berusaha memperbaiki pronounciation-ku. Cara yang paling ampuh buatku adalah mendengar lagu berbahasa Inggris, membaca liriknya dan mencoba menirukan cara mereka berbicara, meskipun kadang terasa sulit.
Namun, dalam hati aku sudah berjanji, “Suatu hari nanti, aku pasti bisa ngomong bahasa Inggris dengan lebih baik.“
Tentu saja, perjalanan itu nggak mudah.
Kalau teman SD yang tinggal beberapa blok belajar bahasa Inggris dari buku cerita Winnetou dan Don Quixote, aku belajar dari katalog mode Mama yang tebalnya astagfirullah, bisa buat ganjal pintu.
Tahun kemudian berlalu dan kemampuanku ya bisa dibilang kemampuan bahasa inggris level lagu.
Kemudian aku mulai ikutan les di English First (EF) karena awalnya menang voucher hadiah dari radio Ardan dan aku gas pol dengan ikutan English Club di Setiabudi.
Di English Club itu banyak sekali kegiatannya, dari mulai diskusi biasa, Reading Club sampai Hiking. Kami berdiskusi tentang topik-topik seru, dari film hingga politik internasional, semua dalam bahasa Inggris karena yang memandunya pun native speaker dari Amerika.
“Seru juga bisa belajar sambil ngobrol,” pikirku waktu itu
Sayangnya aku nggak ikut lama di English Club karena bentrok dengan kegiatan lainnya.
Suatu hari waktu jalan-jalan ke Gramedia BIP, aku yang rencananya akan membeli novel Harry Potter, akhirnya memutuskan membeli versi bahasa Inggris, meskipun harganya nggak murah. “Ini investasi,” kataku pada diri sendiri.
Dengan percaya diri, aku mulai membaca halaman pertama. Tapi tunggu dulu, hampir setiap kalimat aku harus buka kamus. Cry. Tapi justru di situlah tantangannya, kan?
Setelah berhasil menyelesaikan satu buku (tentu dengan bantuan kamus yang setia di samping buku dan waktu baca yang relatif lama mengingat halamannya saja berjumlah ratusan), aku jadi ketagihan.
Setiap kali ada novel baru, aku selalu memilih versi bahasa Inggrisnya, walaupun berarti harus kerja ekstra ketas untuk menterjemahkan dan memahami setiap kata dan kalimat. “It’s worth it!” pikirku setiap kali berhasil menyelesaikan satu bab.
Nggak cuma dari buku, aku juga mulai mengasah kemampuan bahasa Inggris lewat film.
Awalnya nonton film barat dengan subtitle bahasa Indonesia masih jadi pilihan utama. Tapi, lama-lama aku mulai ganti ke subtitle bahasa Inggris dan kemudian tanpa subtitle. Sekarang aku memakai subtitle bahasa Jerman.
“Double learning,” kata temanku yang memergoki aku nonton The Witch di Netflix pakai metode itu.
Dari Pasif Menjadi Aktif
Berbeda dengan aku yang menonton atau membaca dalam keadaan pasif, temanku punya metode yang berbeda dalam bahasa Inggris. Dia memilih satu film favorit dan dia akan tonton berulang kali serta setiap percakapannya akan dia ucapkan kembali (reading out loud subtitle-nya).
Kamu pasti nggak akan percaya kalau aku bilang aksen dia mirip orang British, kaya Maudy Ayunda yang pernah kuliah di Inggris. Padahal dia belum pernah kesana. Modal dia adalah konsisten dan disiplin, tapi bukankah itu modal termahal karena kebanyakan dari kita (termasuk aku) failed di situ.
Mempunyai kemampuan berbahasa Inggris aktif tentunya lebih punya nilai poin plus lebih dari yang pasif. Mereka yang aktif bisa mencerna lebih cepat dan mengekspresikan perasaan dan isi kepalanya.
Itu benar adanya. Karena dari semua metode jadi passive learner (kecuali saat les), nggak ada yang lebih efektif dari langsung diceburin. Dalam kasus aku adalah belajar langsung di tempat kerja. Waktu itu, aku bekerja di perusahaan yang bosnya lama sekolah di Ausie. Lalu kemudian pindah lagi ke perusahaan dengan bos orang bule.
Mau nggak mau, aku harus pakai bahasa Inggris setiap kali briefing harian dan meeting. Ternyata, inilah momen di mana bahasa Inggris benar-benar jadi bagian dari keseharianku.
Perlu Nggak Sih Belajar Bahasa Inggris?
Sekarang, kalau ditanya, “Perlu nggak sih belajar bahasa Inggris lebih dalam?“
Jawabanku tegas, “Iya, perlu banget!“
Kenapa?
Alasannya karena seperti Mama-ku pernah bilang kalau bahasa Inggris membuka banyak kesempatan. Dari mulai bisa baca buku yang belum diterjemahkan, baik itu novel maupun text book kuliah, nonton film tanpa subtitle, sampai bisa komunikasi dengan orang dari berbagai negara. Minimal waktu travelling, bisa jadi life skill buat nanyain sesuatu.
Bisa dibilang belajar bahasa asing termasuk bahasa Inggris dapat memperkaya hidup kita.
Tips Buat yang Ingin Belajar Mandiri
Buat kamu yang mau belajar bahasa Inggris secara mandir, berikut tips dariku,
- Mulai dari hal yang kamu suka. Misalnya, baca novel, dengerin musik atau nonton film favoritmu dalam bahasa Inggris.
- Gunakan kamus, tapi jangan terlalu bergantung. Coba pahami dulu konteksnya sebelum langsung buka kamus.
- Pelajari Grammar dari buku yang bagus. Alasannya karena ini fondasi kita dan supaya dari awal sudah berada di jalan yang benar.
- Konsisten. Ingat ya dek. Belajar bahasa itu seperti marathon, bukan sprint. Jadi lakukan sedikit demi sedikit, tapi rutin.
- Manfaatkan teknologi. Ada banyak aplikasi dan podcast gratis yang bisa membantu belajar bahasa Inggris kapan saja.
- Bergabung dengan komunitas. Cari English Club atau kelas diskusi untuk praktek ngomong.
XOXO