Merubah Kebiasaan – Daily Stoic #230921
Merubah kebiasaan – Daily Stoic tanggal 23 September 2021. Marcus Aurelius mengatakan jika pikiran dapat membawa ke tempat dimana dia tidak akan bertindak sebaliknya meskipun itu adalah hal yang irasional/tidak masuk akal.
Pikiran seperti juga otot, jika terus dilatih hal yang sama setiap hari akan masuk ke dalam bawah sadar dan kita akan melakukannya otomatis, tanpa berpikir panjang lagi.
Journaling selain meditasi dapat membantu kita menyadari pikiran-pikiran apa yang kerap muncul, memahami emosi yang muncul (memahami penyebab dan cara mengatasinya), dan membantu merubah kebiasaan buruk.
Marcus Aurelius Quote - Daily Stoic, 23.09.21
Cerita Hari Ini, 23.09.21
Semalam kamu tertidur dengan ordner bahan ujian di sebelah bantalmu. Buat meredakan pikiranmu yang tegang dengan pasal pasal dan contoh kasus yang kini asing di pikiranmu (Akui saja, kamu sudah tidak menyentuhnya selama dua tahun), kamu mencoba menamatkan buku Lala Bohang berjudul The Book of Invisible Questions.
Lembar demi lembar kamu baca, sampai kamu berhenti beberapa saat di salah satu bagiannya tentang daily spells. Di sudut pikiranmu, kamu berpikir tentang orang-orang yang pernah ada dalam hidupmu dan merasakan apa emosi yang muncul.
Kamu berpikir tentang beberapa orang sahabat lama dan tak berapa lama setelah kamu menamatkan buku, kamu pun tertidur.
Mimpi semalam
Kamu bertemu dengan teman-teman kuliah yang sudah lama banget tidak bertemu. Antara reuni dan study trip tampaknya.
Tepat sebelum mimpi berakhir, kamu naik kendaraan semodel elf dengan banyak kursi. Kamu memilih duduk di baris kedua, meskipun baris pertama masih ada yang kosong.
Seperti biasa, kamu suka sekali memilih kursi di sebelah jendela. Kamu duduk dan menanti teman-temanmu yang lain masuk. Dia yang duduk di baris keempat, melihatmu duduk di baris kedua, bergeser duduk ke tengah dimana di baris ketiga ada ruang kosong di tengah. Kini dia bisa duduk di baris itu dan memandangmu.
Kamu terbangun, mencoba mencerna mimpimu. Di saat yang sama pikiranmu mencoba mencari tahu jam berapa ini karena di luar sudah tampak terang dan pagi ini seharusnya kamu mulai belajar sebelum berangkat.
Sesaat kamu terdiam dan setelah waktu lama kamu berpuasa sosial media, kamu mengetik namanya dan mencari profilnya. Kamu terdiam sejenak dan berpikir tentang perubahan wajahnya dari waktu ke waktu. Sesudah itu kamu menutup IG mu.
Bike to work
Sesudah minum secangkir kopi dan menyiapkan roti panggang berisi selai tunai dan keju (btw ini adalah menu baru setelah kamu mulai bosan dengan nutela dan keju) untuk buka puasa IF, berpamitan pergi dan mengeluarkan sepedamu yang terparkir di taman belakang.
Ketika kamu mengeluarkan sepeda, pikiranmu berkecamuk antara debu dan kotoran yang menempel pada sepedamu yang berwarna putih, udara yang lumayan hangat tapi anginnya lumayan bertiup kencang (temperatur pagi ini 13 derajat), gulma yang belum kamu siangi dan perasaan menyesal kenapa harus berpamitan.
Kamu membuka pintu samping untuk mengeluarkan sepeda. Seorang wanita paruh baya dengan tank top putih, jaket dan celana jeans berwarna biru tengah duduk di belakang kemudi mobil yang diparkir tepat di pinggir rumah.
Kamu sedikit kesal, karena knalpot mobilnya menghadap persis ke bagian rumah. Dengan riasan full make up, dia menghisap rokoknya. Pintu di sebelahnya dia biarkan terbuka lebar. Untung saja hari itu lapangan parkir cukup kosong, sehingga bisa mudah mengeluarkan sepeda.
Perempuan itu tengah bercakap di telp dengan speaker mode on. Kamu bisa dengan jelas mendengar percakapannya dengan pria lawan bicara walau tidak mengerti apa yang mereka bicarakan karena mereka menggunakan bahasa asing selain Jerman dan Inggris. Mungkin karena itu dia menggunakan speaker, pikirmu, karena menggunakan bahasa Ibu yang asing di negara ini.
Kamu mulai melaju dengan sepedamu dan memilih melaju di trotoar sebelum kamu bertemu jalur sepeda. Tepat ketika kamu berpindah dari trotoar ke jalur sepeda di jalan raya, seorang pria tua yang tengah membawa anjing kecilnya berwarna cokelat jalan-jalan berteriak kencang kepadamu.
“Ini jalan buat pejalan kaki, bukan jalan buat sepeda”.
Refleks kamu memandang pria itu dengan tatapan membunuh. Kamu berpikir, trotoar itu sangat lebar dan besar. Bahkan kadang kamu mendapati ada mobil yang nangkring di tengah trotoar. Kamu juga sering mendapati mereka yang bersepeda naik ke trotoar itu.
Lalu kamu berpikir, apakah pria tua itu akan berteriak hal yang sama jika penampilan dan mukamu bukan orang asing?
Kamu jadi teringat wanita tua di sekitar tempat tinggal kalian dulu di München yang memarahimu karena berjalan kaki di jalur kiri jalan. Saat itu kamu berpikir, apakah pejalan kaki di Jerman harus mengikuti seperti aturan mengemudi? atau hanya karena kamu berpenampilan asing.
Pikiranmu lalu terbang ke isi buku Sapiens yang kemarinan ini kamu tamatkan. Tidak ada perbedaan warna rambut, kulit, bahasa, budaya, dan lain-lain. Semua sama.
Kamu berpikir tentang kehancuran spesies hewan dan tumbuhan sesaat ketika manusia pertama tiba di kawasan mereka. Jangankan hewan dan tumbuhan, manusia punya kemampuan menghabisi manusia lain, termasuk dengan perilakunya.
Sepanjang jalan, kamu bergulat dengan angin dingin yang bertiup kencang. Untungnya kamu masih bisa mendapat kehangatan dari sinar matahari dan dari upaya gowes sepeda.
Kamu memang mulai rutin naik sepeda sejak tiga bulan lalu saat Jerman mulai memasuki new normal. Mencoba merubah kebiasaan buruk kurang beraktivitas dengan lebih banyak bergerak. Terutama karena kamu punya ADHD, kamu punya segudang alasan kenapa kamu harus banyak bergerak selain untuk menaikan kadar dopaminmu.
Memasuki bulan ketiga, kamu mulai merasa asupan kadar dopaminmu mulai berkurang. Kamu merasa mood dan energi paling besar saat mengikuti tantangan Sahabat Tanpa Batas dari Gramedia.
Saat itu kamu bisa menghabiskan satu buku dalam sehari, dan buku fiksi mampu menurunkan kadar stres mu sementara bike to work membantu lebih fokus, berkonsentrasi tidak hanya ketika membaca tapi juga ketika bekerja.
Sekarang ini kamu merasa sepeda tidak mencukupi kadar dopamin yang kamu butuhkan untuk performa dan mood yang kamu butuhkan. Kamu mulai berpikir untuk membuat percobaan menuntaskan buku fiksi 1-2 hari seperti masa tantangan itu. Merubah kebiasaan jam belajar ke jam 3 pagi seperti sahabat SDmu yang sukses dalam pendidikan dan hidupnya — terlepas dari latar belakang keluarganya yang memungkinkan dia bisa menjadi apa saja yang ia inginkan.
No Pain No Gain.
Kamu harus merubah kebiasaan belajar dan kebiasaan tidurmu. Kamu harus ikut ujian bulan April nanti dan lulus dengan nilai memuaskan. Setelah itu kamu bisa melanjutkan tantangan baru.
at work
Apapun pekerjaannya, yang terpenting dari bekerja adalah bagaimana kita mengembangkan karakter.
Seorang ilmuwan yang terkenal (lupa siapa namanya) bahkan memilih pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak kemampuan berpikir untuk dia bertahan hidup sehari hari. Sehingga di waktu luangnya, dia bisa mendedikasikan otaknya untuk penemuan yang tengah dia kembangkan. Bagaimana pun otak membutuhkan energi yang sangat besar.
Jadi bersyukur saja dengan shitty job yang kamu punya saat ini, kamu punya energi lain untuk me-redesign hidupmu dan memprioritaskan apa yang penting.
Setidaknya kamu cukup bergerak, dan itu penting untuk tubuh dan otakmu.
Situasi kerja hari ini diawali dengan santai, yang kemudian tiba-tiba semua datang pada saat bersamaan di sore hari. Melelahkan lebih kepada mengontrol konsentrasi dan emosi. Namun hari ini kamu bisa bersikap baik kepada rekan kerja, membantu mereka saat pekerjaanmu luang yang membuat salah seorang diantaranya bahagia.
Dia yang seseorang pengeluh dan penggerutu berat, tidak kamu dengar hari itu melontarkan perkataan yang membuat hari menjadi berat untuk dijalani. Dia bahkan sempat bercerita tentang salah seorang rekan kerja yang melahirkan bayi perempuan hari ini, mengingat besok adalah hari ulang tahun si rekan kerja.
Di penghujung hari, si penggerutu menjadi penolong of the day mu.
Hari ini kamu belajar,
ketika kamu membantu orang lain sebenarnya kamu sedang membantu dirimu sendiri.
Di sekelilingmu
Pemilihan kanselor dan partai jatuh pada tanggal 26 September 2021. Dari jauh jauh hari kamu sudah melihat banyaknya poster kandidat dan partai.
Bukan itu saja, banyak para pemuda-pemudi yang mendekatimu di Hauptbahnhof (Stasiun kereta utama) untuk berbicara tentang hal-hal seperti iklim, generasi muda, kebijakan internasional dan masih banyak lainnya. Biasanya mereka akan bertanya terlebih dahulu, apakah kamu punya waktu untuk mereka menyampaikan maksudnya.
Seperti hari-hari lainnya, kamu tersenyum dan menjawab kalau kamu terburu-buru dengan langkah kaki yang dipercepat lebih dari tempo sebelumnya. Kamu seperti ingin melarikan diri dari kondisi yang kurang nyaman. Padahal apa salahnya mencoba mendengarkannya. Namun pikiranmu lebih melayang pada hal apa yang hendak kamu lakukan sebelum kamu memulai kerja.
Malam ini kamu melihat salah satu partai membuat sebuah ilustrasi yang mirip permainan. Entah apa. Kamu bahkan hanya memotretnya dari jauh, seakan kamu ingin membatasi dirimu untuk lebih dekat atau badanmu yang lelah ingin segera mengayuh sepeda pulang dan mandi di bawah shower air hangat.
Setelah buku Lala Bohang, sebenarnya kamu ingin membaca buku Drakula tapi kamu tergoda dengan buku Winnie the Pooh dan akhirnya buku itu yang kamu pilih hari ini. Buku-buku ini kamu download hari sebelumnya di Ipusnas.
Akhirnya kamu mulai membaca hari ini sebelum memulai kerja, di jam istirahat dan sebelum tidur.
Kamu merasa kangen dengan almarhumah tantemu, karena telah berhasil mempengaruhimu menyukai Eeyore lebih dari karakter yang lain. Bahkan ada di masanya, kamu punya boneka Eeyore dan kini tiba tiba kamu merindukannya.
Song of the Day
Kamu yang bersemangat membaca Winnie the Pooh, jadi kangen lagu “Return to the Pooh Corner” – Kenny Loggins.
Kamu menyukai versi sendirinya, walau kamu sebenarnya lebih menyukai versi bareng Amy Grant, penyanyi kesukaan Ibumu. Saat kamu mendengarkan versi duetnya, kamu menyadari kalau suara Kenny Loggins tidak berbeda antara live dan rekaman.
Hal yang ingin kamu rubah hari ini
Buku Faster than Normal yang kamu baca bulan lalu memberikanmu pelajaran penting sebagai seorang yang hidup dengan kondisi ADHD. Sebagai orang yang suka menciptakan skenario bagaimana sesuatu mungkin akan terjadi walau belum tentu akan terjadi, hal ini bisa dimanfaatkan untuk tujuan lebih baik.
Sering kali kamu menyesali mengapa melakukan A, jadi sebelum melakukan sebaiknya kamu coba pikir apa yang terjadi jika kamu tetap melakukannya. Ini juga menjadi salah satu hal yang ingin kamu jadikan kebiasaan baik, sebagai tantangan Daily Stoic hari ini.
Jadi apa yang ingin kamu rubah hari ini?
– Kamu akan berpikir dua kali untuk mengkonsumsi keju yang mengandung laktosa, terutama jika kamu tidak meminum tablet sebelumnya. Hari ini kamu mengakhirinya dengan perut tidak nyaman.
– Schlechtes Gewissen atau perasaan bersalah saat kamu bisa memberikan yang terbaik tapi kamu tidak memberikannya. Kamu mencoba mengkompensasi dengan hal lain, tapi tetap pikiran dan perasaanmu terganggu akan hal yang kamu lakukan at first place.
Daily Stoic Quest
Think about which behaviors you’d like to be able to default to if you could. How many of them have you practiced only once? Let today be twice.
Kamu ingin fokus merubah kebiasaan,
– Meningkatkan ibadah.
– Belajar di jam 3 dini hari.
– Penerapan dari Think and Grow Rich Workbook.
– Menciptakan skenario apa yang terjadi atas sebuah kejadian, terutama ketika pikiran sedang kusut atau sedang bahagia.
– Membaca buku fiksi untuk menurunkan kadar stres.
– Melakukan hal baik buat orang lain.
Tentunya ada banyak sekali kebiasaan buruk yang ingin kamu rubah, dan segudang kebiasaan baru yang ingin kamu terapkan, tapi yang ditulis di atas adalah berdasarkan prioritasmu saat ini.
Apa itu Daily Stoic?
Terinspirasi dari Daily Stoic karya Ryan Holiday dan podcast tentang Journaling Dewi Sandra yang dikirimkan oleh Ine, kamu berusaha memenuhi salah satu poin your wish list untuk mulai menulis jurnal harian dan menjawab tantangan harian dari Daily Stoic.
Don’t forget to love yourself and make your dreams come true.
One Comment
Fanny dcatqueen
Paling bikin drop itu kalo sedang tinggal di negara lain, dan mereka menganggab remeh hanya karena muka yang jelas2 bukan dari golongan mereka :(. Pas msh tinggal di Penang aja, yang mukanya udh pasti sama Ama kita, dipermalukan Ama polisi lokal pas tahu aku Indonesia, udh cukup bikin sakit ati. Mungkin Krn baju yg aku pake saat itu beneran hanya kaos rumah, muka sedang kusut abis ujian. Tapi begitu tau aku ternyata pelajar di private college mereka, langsung sikap berubah. Muji2 Huuftt… itu baru sesama Asia padahal :(.
Aku jadi pengin untuk membuat jurnaling seperti ini. Setidaknya biar terpacu membiasakan kebiasaan baik yang belum rutin dilakukan 🙂