Tantangan yang saya senang hadapi adalah menantang kelemahan diri sendiri.
Kelemahan saya banyak sekali, ada yang sudah berhasil diatasi dan banyak yang saya masih berjuang. Berbicara tentang menantang diri sendiri, atas dasar inilah yang menggagas pemikiran Tanos challenge, a challenge to love ourselves.
Kelemahan adalah hal yang biasanya kita indahkan dan sering menjadi fokus kita sepanjang hidup kita.
Kenapa saya bilang sering kita indahkan?
Karena banyak hal yang kita coba menghindari untuk mengerjakannya hanya karena kita berpikir kita tidak cukup baik di bidang itu.
Ini menjadikan kita menjadi fokus pada kelemahan itu, dan under estimate kemampuan kita, bahkan sebelum kita mencobanya.
Salah satu yang saya pikir adalah kelemahan saya adalah mengorganize event. Sebisa mungkin saya tidak menjadi panitia, karena saya berpikir tidak bisa. Sampai pada akhirnya, pekerjaan saya mengharuskan saya mengorganize semua kegiatan karyawan.
Hasilnya, di luar dugaan saya, karena kegiatan karyawan berjalan sukses. Karyawan yang tadinya hanya sedikit sekali yang berpartisipasi, setiap bulan angkanya semakin bertambah dan pada akhirnya menjadi membludak. Bahkan yang sedang libur, menyempatkan untuk datang.
Buat saya, ini adalah apresiasi paling tinggi. Melihat karyawan merasa menjadi bagian dari team dan perusahaan adalah kepuasan yang luar biasa buat saya.
Hal lain yang menjadi kelemahan saya, adalah menghadapi orang sulit. Sampai saya di bangku universitas, saya paling malas menghadapi orang sulit.
Terkadang saya bisa merubah mindset dan keadaan. Kebanyakan saya langsung mengkonfrontasi orang yang menurut saya sulit.
Lagi-lagi, terima kasih kepada pekerjaan. Berkat ini lah, saya bisa menyikapinya. Tentunya proses ini panjang sekali, bahkan sampai sekarang saya masih berusaha untuk menguasai diri saya jika berhadapan dengan orang sulit.
Mengkondisikan diri dengan terjun langsung ke dalam hal yang saya berjuang adalah cara paling efektif buat saya.
2 Comments
Pingback:
Pingback: