pengelolaan sampah
Lomba blog

Pengelolaan Sampah yang Tepat Dari Kawasan. Zero Waste Cities 2025

Sampah Sebagai Kebutuhan Dasar

Pengelolaan Sampah yang Tepat Dari Kawasan. Wujudkan Target Zero Waste Cities 2025!. Setahun ke belakang ini, sejak adanya lockdown atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), saya mulai menyadari ada yang signifikan berubah dari jumlah sampah yang ada di rumah.1)

Homeoffice atau lebih dikenal dengan WFH (Work From Home) di Indonesia, kegiatan Daring, dan order makanan menjadi bagian dari ritme kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini ditambah lagi pola hidup konsumtif menyebabkan meningkatnya jumlah sampah rumah tangga. 2)

Mengapa permasalahan sampah ini penting? Ada yang menggelitik hati ketika membicarakan ini. 

Berbicara tentang sampah seperti membicarakan hidup saya yang bermetamorfosis. Dari yang awalnya hanya sekedar tahu menjadi menyadari kalau seperti air, sampah juga merupakan kebutuhan utama kita sebagai manusia.

otodidak atau autodidak

Saya & Sampah
Mengenal Lebih Dekat

Setelah mempelajari Waste Management, saya menyadari betapa selama ini kurang bersyukur terhadap tukang sampah yang mengangkut setiap pagi. Serta besarnya implikasi praktek Waste Management terhadap kota dan lingkungan. 

Saya adalah urang Bandung yang masa kecilnya  tinggal di sebuah komplek yang identik dengan pacuan kuda. Biasanya kami menaruh sampah di bak sampah depan rumah, yang nantinya akan diambil oleh petugas sampah saat shubuh. Tidak ada drama tentang sampah yang tidak terangkut sekian lama. Gerobak sampah yang kosong nanti akan terparkir di area kosong jalan menuju ke Mesjid besar.

Begitu juga dengan kotoran kuda yang suka mengotori jalan. Petugas yang bekerja di istal kuda terkadang membersihkan atau dibersihkan oleh petugas kebersihan. 

Sempat jengah juga kalau kotorannya ada di jalan dan dibiarkan sampai mengering, apalagi semisal tidak jauh dari situ ada Emak tukang surabi yang nangkring setiap weekend pagi. Kasian jika adanya kotoran itu berdampak sampai mengurangi traffic pembeli si emak. 

Selain urusan dengan perut, seperti surabi di atas, saya tidak pernah memikirkan proses setelah pengangkutan itu nantinya bagaimana  dan akan seperti apa pengelolaan sampahnya.

Sampai terjadi peristiwa longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwi Gajah pada pukul 02:00 WIB dini hari tanggal 21 Februari 2005, yang menimbun lebih dari 80 rumah dan menewaskan 157 orang. Sebagian besar diantara sampah itu adalah sampah plastik. Sungguh peristiwa tragis yang membuka mata. Hari itu kemudian ditetapkan menjadi Hari Peduli Sampah. 3)

Dari situ saya ngahuleng atau termenung menyadari kalau saya dan keluarga juga menyumbangkan sampah yang membumbung tinggi dan bagaimana kota Bandung yang merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia, ternyata belum mempunyai sistem pengelolaan sampah yang benar. 

Barulah ketika saya bekerja di Bali, saya memperoleh kesempatan mempelajari lebih banyak mengenai waste management. Bahwa sistem pengelolaan sampah bukan hanya persoalan transportasi ke Tempat Pembuangan Akhir saja, melainkan ada sistem terintegrasi yang meliputi pengumpulan, pemilahan sampah, recycling dan memproses sampah.

Pengumpulan sampah pun juga tidak sembarang, melainkan ada pengelompokannya di tempat penyimpanan yang berbeda, yang telah mengikuti syarat yang telah ditentukan. 

Adanya pengetahuan itu membuat saya lebih mudah beradaptasi dengan sistem pengelolaan sampah ketika tahun 2015 pindah ke Jerman. Jerman sendiri berada di peringkat pertama negara yang melakukan recycle sampah (Recycling rate 65%) di antara 35 negara yang tergabung di dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). 4)

Lalu bagaimana dengan kota Bandung tercinta yang saya tinggalkan?

Kang Pisman
Sistem pengelolaan sampah

Kang Pisman – Kurangi (reduce waste), Pisahkan (separate) dan Manfaatkan (reuse). 

Bukan hanya sekedar gerakan, namun menjadikan kebiasaan ini sebagai gaya hidup yang membudaya. Sehingga pada akhirnya tercipta sistem pengelolaan sampah yang dapat diterapkan di masyarakat, didukung oleh aturan lokal, PEMKOT dan sistem pembiayaan yang berkelanjutan.

Setelah kejadian yang menimpa TPA Leuwigajah, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Namun ada beberapa kendala di dalam melaksanakan peraturan itu, diantaranya:

Tidak ada instansi yang bertanggung jawab menangani pengelolaan sampah

Tidak menetapkan strategi penegakan hukum

Pihak RW dan Kelurahan tidak mempunyai cukup SDM dan autoritas untuk mewajibkan warganya memilah sampah.

Sebagai inisiasi dari Undang Undang nomor 18 tahun 2008 ini banyak daerah yang menerapkan programnya masing-masing. 

Melihat kendala di atas, Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB) – sebuah organisasi non-profit dan non pemerintah – mulai melakukan gerakan aktif yang pada akhirnya gerakan ini bertransformasi menjadi Zero Waste Cities.

Tahun 2013, Forum Bandung Juara Bebas Sampah

Di masa Ridwan Kamil, walikota Bandung yang saat itu terpilih, pada tahun 2013 YPBB bekerja sama dengan organisasi lokal mengorganisir sebuah “Forum Bandung Juara Bebas Sampah” (FBJBS). Forum BJBS mengadakan workshop pada tahun 2013 mengenai waste management. 

Pada tahun 2016, dimulailah sebuah proyek percontohan yang terdiri dari 25 keluarga. Tujuannya adalah menyorot pentingnya pengelolaan sampah dari kawasan, dengan cara memilah sampah dari rumah. Namun ketika program dievaluasi, YPBB menemukan inkonsistensi  dan rendahnya minat walaupun banyak penyuluhan yang diberikan.

 

Tahun 2015, Projek Kawasan Bebas Sampah

Pada tahun 2015, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Bandung menginisiasi projek Kawasan Bebas Sampah.

Pada bulan Maret 2017, YPBB bekerjasama dengan Mother Earth Foundation (MEF) Philipina memulai tahapan pengembangan Kawasan Bebas Sampah, dengan mengadopsi model kota di Filipina. 

Tahapan awal yang dilakukan adalah dengan mengadakan riset. Riset ini perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik masyarakat terhadap pengelolaan sampah, komposisi, jenis dan frekuensi sampah. Data yang dikumpulkan kemudian akan digunakan untuk merancang desain Material Recovery Facility (MRF) yang tepat, serta pengolahan sampah organik yang sesuai dengan kondisi wilayahnya. 

 

Tahun 2017, Gerakan Kang Pisman

kang pisman

Oded M. Danial, atau lebih sering disapa Mang OdedWalikota Bandung melucurkan program unggulan pada tahun 2017 yang diberi nama Kang Pisman – singkatan dari Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan. 

Di dalam Kang Pisman, ada beberapa kebiasaan yang ditanamkan menjadi gaya hidup. Tujuan akhir dari gerakan ini adalah terwujudnya budaya peduli lingkungan. Bisa dilihat pada gambar di bawah yang diambil langsung dari website resmi kangpisman.com.

 

KANG kurangi sampah
PISahkan sampah
MANfaatkan sampah

Di tahun 2017 pula GAIA (Global Alliance for Incinerator Alternatives) Asia Pasifik datang ke Bandung mengadakan pertemuan dengan pemerintah Bandung untuk membicarakan tentang pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan larangan penggunaan alat dan cara yang membahayakan lingkungan seperti pembakaran sampah, insinerator, atau thermal treatment untuk sampah. 

Di tahun yang sama, YPBB telah memperluas proyek yang sebelumnya melibatkan 25 keluarga menjadi empat kelurahan di kecamatan Cibeunying Kaler. Kelurahan itu antara lain, Sukaluyu, Babakan Sari, Neglasari dan Cihaurgeulis.

Di tahun 2018, GAIA mengundang Kang Oded ke Filipina untuk melihat langsung program Zero Waste di Phillipina yang diinisiasi oleh Mother Earth Foundation (MEF) Philipina. 

Kang Pisman kemudian menjadi program Zero Waste Kota Bandung sekaligus sebagai program unggulan 100 hari Kang Oded. Untuk melengkapi program,  pemerintah Bandung juga mengeluarkan peraturan baru mengenai waste management, yaitu Peraturan Daerah Kota Bandung No 9 Tahun 2018. Di dalamnya menekankan peranan pemerintah kota di dalam kegiatan memilah sampah, mengumpulkan, mengelola, mengangkut dan proses akhir.

Di tahun 2021 ini sudah ada delapan Kelurahan percontohan yang sudah berjalan. Empat Kelurahan yang sebelumnya sudah berjalan yaitu Sukaluyu, Babakan Sari, Neglasari dan Cihaurgeulis. Kemudian penambahan empat Kelurahan baru yaitu Kelurahan Sukamiskin, Gempolsari, Kujangsari dan Kebon Pisang. 

 

Bank Sampah
Sampah Hilang Uang Datang

Salah satu program dari Kang Pisman adalah Bank Sampah. Mang Oded ingin menyadarkan masyarakat bahwa dengan sampah unorganik (sampah kering) dapat memilki nilai ekonomi. Sehingga dapat ditukarkan melalui Bank Sampah dengan sejumlah uang.

Jenis sampah kering yang diterima oleh Bank Sampah yaitu, 

1. Kaleng. Contoh: kaleng biskuit, kaleng susu, seng.

2. Aluminium kre,.Contoh: kaleng minuman bersoda.

3. Koran.

4. Kertas putih. Contoh: kertas HVS, buku tulis.

5. Aluminium siku. Contoh: bingkai etalase.

6. Aluminium benda rumah tangga. Contoh: panci.

7. Blowing. Botol kemasan produk rumah tangga dengan tanda segitiga no 2. Contoh: botol sampo.

8. Cup bersih.

9. Kerasan. Contoh: benda elektronik seperti rice cooker, dll.

10. Beling. Contoh: botol, barang pecah belah.

11. Botol PET berwarna.

12. Botol PET putih.

13. Tembaga.

14. Besi.

Target Mang Oded adalah setiap RW mempunyai Bank Sampah, sehingga dapat mengurangi volume sampah langsung dari sumber secara signifikan.

 

Waste to Food

Kegiatan Waste to Food sendiri merupakan pengembangan dari program pengelolaan sampah Kang Pisman. Tujuan dari kegiatan Waste to Food adalah meminimalisir sampah dan mengelola sampah(utilization) sehingga menghasilkan produk (food) dari pengelolaan sampah yang dilakukan.

Dengan konsep yang mendatangkan nilai ekonomis diharapkan dapat menambah daya tarik masyarakat untuk ikut aktif berpartisipasi, sekaligus meningkatkan ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan penguatan ekonomi rakyat.

Pada tahun 2020, Rencana Teknis Pengelolaan Sampah ini dilakukan di dua Kelurahan model yaitu Kelurahan Cihaurgeulis Kecamatan Cibeunying dan Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Arcamanik. 

Di dalam kegiatan operasionalnya, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung menempatkan Tenaga Harian Lepas di dalam Tim Pendamping Kawasan Bebas Sampah (PKBS), Tim Olah Sampah (OS) dan Tim PES di dua kelurahan tersebut.

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh tim tersebut di atas, antara lain,

1. Edukasi Door to Door tentang pengolahan sampah organik dan sisa makanan.

2. Pengangkutan sampah organik.

3. Pengelolaan sampah. Sumber sampah organik dari masyarakat yang sudah terpisah akan diproses dan diintegrasikan dengan peternakan dan pertanian.

Kegiatan yang merupakan pengembangan dari Kang Pisman ini didanai oleh DLHK pemerintah Bandung termasuk pemberian insentif kepada petugas pengangkut sampah, pembuatan sarana pengomposan dan tenaga harian lepas yang ditempatkan selama proyek berlangsung.

 

Buruan Sae/ Pekarangan Indah

Masih merupakan bagian dari Kang Pisman, Dinas Ketahanan Pangan Kota Bandung mendukung dengan program Buruan Sae. Program ini mengajak masyarakat untuk menanam di pekarangan rumah.

 

Zero Waste Cities
Kompak Pisah Sampah dari Rumah

Sebuah program kerjasama YPBB dengan GAIA Asia Pasifik dan Mother Earth Foundation (MEF) Philipina, untuk mendorong target penanganan sampah nasional sebesar 70% di tahun 2025.

Zero waste cities merupakan program pengembangan sistem pengumpulan sampah terpilah dan pengolahan sampah secara holistik dan berkelanjutan, yang dibuat sebagai upaya penanganan sampah dalam skala kewilayahan. Harapan adanya program ini adalah dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah persampahan di Indonesia.

Program ini diinisiasi oleh YPBB bekerjasama dengan GAIA Asia Pasifik dan Mother Earth Foundation. Sampai sekarang sudah ada 41 RW di Kota Bandung yang pernah dan masih didampingi di dalam program Zero Waste

Kang Pisman-Zero Waste telah mendapat dukungan sampai dengan tingkat kelurahan dan juga mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Inisiatif dalam upaya penanganan pun kini sudah dilakukan di beberapa daerah, bekerja sama dengan pihak terkait setempat. Seperti misalnya di Kota Cimahi dengan nama Barengras (Bareng-bareng Kurangi Sampah) , telah dilakukan di 35 RW.

Berbeda dengan program sejenisnya yang pernah ada, program Zero Waste Cities ini kematangan langkah dari awal sampai dengan akhir kegiatan, dapat kita lihat dari 9 tahapan pengelolaan sampahnya.

 

9 Tahapan Pengelolaan Sampah Zero Waste Cities

Pengelolaan Sampah ZWC
9 Tahapan Pengelolaan Sampah ZWC. Sumber: YPBB

Terdapat 9 tahapan pengelolaan sampah di dalam program Zero Waste Cities (seperti pada gambar di atas).

Tahapan 1 – 4, menganalisa sistem pengelolaan yang ada.

Tahapan 5 – 6, mengedukasi masyarakat

Tahapan 7 – 9, menerapkan sistem baru secara menyeluruh.

Menurut Prigi Arisandi, Executive Director Ecological Observation and Wetland Conservations. kekuatan penting dari program Zero Waste Cities adalah,

1. Adanya informasi kategori sampah

2. Edukasi Door to Door (dari rumah ke rumah).

3. Adanya komite pengelolaan sampah di tingkat wilayah.

 

1. Adanya informasi kategori sampah.

Sampah yang dipilah dibagi menjadi empat kategori, yakni sampah organik lunak, sampah organik keras, sampah popok dan pembalut serta sampah lainnya. 

2. Edukasi Door to Door

Untuk melihat proses edukasi door to door, yang disebutkan sebagai kekuatan penting dari Zero Waste Cities, yuk lihat video pendek di bawah ini.

Kegiatan Door to Door YPBB mengetuk setiap pintu rumah untuk diedukasi dan diajak untuk konsistensi memilah sampah dari rumahnya. Kegiatan ini meliputi,

1. Pemberian poster sebagai media edukasi kepada warga, yang dapat ditempelkan warga di dapur rumah.

2. Pemberitahuan jadwal pelaksanaan pengangkutan terpilah.

3. Sampah yang dipesahkan dapat disimpan di dalam ember bekas, bekas kaleng, bekas pot dan bekas ember cat.

4. Petugas edukasi mencatat data warga yang telah diedukasi melalui aplikasi epicollect.

5. Petugas edukasi menempelkan stiker tanda rumah untuk monitoring pemilahan sampah.

 

3. Adanya komite pengelolaan sampah di tingkat wilayah.

Memasuki waktu pelaksanaan pengangkutan terpilah, petugas sampah akan didampingi oleh kader status pemilahannya. Berikut kegiatan yang dilakukan oleh petugas sampah,

1. Memasukan sampah organik dan non organik dari warga  ke dalam wadah berbeda. Petugas sampah juga mengingatkan warga untuk melakukan pemilahan yang benar, jika masih terjadi kesalahan. (Gambar no 3 pada photo di bawah)

2. Petugas monitoring mencatat ketepatan pemilahan warga melalui aplikasi epicollect.

3. Setelah sampah diangkut dari rumah warga secara kolektif, petugas sampah akan menuju titik kumpul yang telah disepakati oleh RW.

Kegiatan kang pisman

Pengelolaan sampah organik sendiri dapat dilakukan di rumah, di fasilitas kompos milik bersama, atau di TPST-3R. 

Selain itu pihak yang bertugas juga diberikan edukasi sehingga dapat memanfaatkan gas siap pakai dari Biodigester, mengolah sampah organik menjadi kompos dan menjual sampah daur ulang ke depot daur ulang. 

Sampah daur ulang ini dapat menjadi tambahan penghasilan bagi petugas pengangkut sampah. Sementara residu sampah dibuang ke tempat pembuangan. (Lihat skema di bawah).

Kategori Sampah ZWC
Kategori Sampah dan Pengelolaan Sampah dalam ZWC. Sumber: YPBB, ZWC

Kelola Sampah Selama Pandemi

Kegiatan pemilahan sampah juga pengelolaan material organik yang dilakukan di fasilitas komunal warga masih tetap dilakukan selama masa pandemi, dengan memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku. Salah satu kegiatan warga RW 07 Kelurahan Lebakgede  diliput oleh media daring Greeners di dalam cuplikan di bawah ini. 

 

Pencapaian Kota Bandung Menuju Zero Waste Cities

Kota Bandung - ZWC
Luas Area
Populasi (Juta)
Sampah/orang/hari

Dari jumlah penduduk sekitar 2,5 juta orang, kota memproduksi sampah rumah tangga sebesar 1600 ton per harinya. Dengan adanya implementasi sistem pengolahan sampah yang dilakukan oleh YPBB, Bandung dapat berpotensi mengurangi pengangkutan sampah ke TPA sampai dengan 73% berdasarkan profil komposisi sampah rumah tangga. 

Di tahun 2020 lalu Kota Bandung telah berhasil mengurangi sampah sebesar 23,13%.

Model Zero Waste Cities di Kota Lain

Target Zero Waste Cities sekarang adalah 30% mengurangi sampah dan mendorong target penanganan sampah nasional sebesar 70% di tahun 2025, sesuai dengan  Peraturan Presiden No 97/2017 mengenai Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah.

Agar tercapai tujuan ini, beberapa kota lain kini sedang menjalankan inisiatif yang sama, yang merupakan implementasi amanah Undang Undang nomor 18 tahun 2008 dan pencapaian target Jakstrada dan Jakstranas, seperti yang diungkapkan oleh Ria Ismaria, Ketua Forum Bandung Juara Bebas Sampah dalam acara webinar Forum Daerah Bebas Plastik pada tanggal 8 September 2020.

Beberapa kota lain yang disebutkan selain Kota Bandung, Kota Cimahi (Program, Kecamatan Soreang antara lain Kabupaten Gresik (bekerjasama dengan Ecoton), Kota Denpasar (bekerjasama dengan PPLH Bali) dan Kota Medan (bekerjasama dengan Walhi Sumatera Utara). Untuk Kota Medan ini belum berjalan. 

Sementara di Jawa Barat, rencananya akan dikembangkan ke beberapa kota di sekitar sungai Citarum, untuk mendukung target pemerintah provinsi dan pusat.

Peran Pemerintah
Menuju Indonesia Bebas Sampah

Menurut Bank Dunia, “a city that isn’t able to effectively manage its waste is rarely able to manage more complex services such as health, education or transportation“.

Peristiwa longsornya Tempat Pembuangan Akhir serupa juga ternyata pernah menimpa negara Srilanka  dimana pada April 2017 lalu tumpukan sampah setinggi 300 kaki dan seberat 80 ton  menghancurkan belasan rumah dan menewaskan 26 orang, termasuk 6 anak diantaranya. Membaca ini tentunya kita tidak mau peristiwa TPA Leuwigajah terulang kembali. 

Upaya untuk mencegah terjadinya bencana di TPA adalah dengan menerapkan waste management yang tepat. 

Waste management terdiri dari banyak faktor, dan inti dari kegiatannya lebih dari sekedar membuat daerah itu bersih. Pada prakteknya sistem pengelolaan sampah sangat krusial dan berhubungan erat dengan permasalahan seperti kesehatan, kualitas lingkungan, kualitas hidup dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan alasan di atas, pemerintah daerah di Indonesia diharapkan dapat tergerak untuk melakukan program Zero Waste Cities karena kecenderungan sampah adalah meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Lagipula siapa yang mau kotanya tertimbun oleh sampah?

Limbah rumah tangga memang hanya sekitar 10% dari permasalahan. 90% lainnya adalah  yang berasal dari limbah industri, limbah pertanian, limbah medis, limbah radioaktif, atau limbah lumpur. Namun limbah rumah tangga  mempunyai efek yang paling besar dalam pencemaran dan perusakan lingkungan. Itulah mengapa biaya transportasi dan pengelolaannya pun yang memakan budget paling besar.

Kita tidak bisa meniru teknologi dan cara pengolahan limbah padat yang telah berhasil dikembangkan di negara kaya, seperti misalnya Jerman yang menempati peringkat pertama di OECD. 

Namun kita bisa mencontoh bagaimana Jerman menjadikannya sebagai gaya hidup yang lama kelamaan menjadi budaya dalam upaya lingkungan yang berkelanjutan (environmental sustainability). Selain itu adanya peraturan yang mewajibkan industri mempergunakan bahan yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang juga menekankan kepada warga agar memisahkan sampahnya.

Saya pikir dua faktor di atas sudah diterapkan oleh Zero Waste Cities di dalam pelaksanaannya. Sekarang bagaimana pemerintah Kota setempat menemukan cara penanganan skala lokal yang paling efektif berdasarkan hasil riset sesuai dengan karakteristik penduduk, kebiasaan, kemampuan dalam pembiayaan dan karakter sampah.

Selain itu Indonesia juga harus waspada akan adanya praktek sampah ilegal dan penegakan hukum bagi yang terbukti melakukannya.

Setelah semua pembahasan di atas, jadi mengapa permasalahan sampah itu penting?

Pengelolaan sampah adalah masalah pembangunan global, yang tidak hanya tentang orang miskin di dunia, tetapi tentang semua orang yang hidup di dunia. Setiap orang dari kita-disadari atau tidak- dipengaruhi oleh masalah ini dan setiap orang sudah seharusnya melakukan bagian mereka di dalam mengelola sampah dan menjaga dunia.

 

Pengelolaan Sampah yang Tepat Dari Kawasan. Zero Waste Cities 2025 | Lomba blog | pengelolaan sampah | RenovRainbow

YPBB Team

Bagi yang tertarik untuk mengadakan kerjasama Zero Waste Cities di kotanya, dapat menghubungi team YPBB di sosial media di bawah ini.

Referensi

1) Mehr Müll während des Lockdowns, radiosrg.de.

2)So viel Müll produziert ein Haushalt in einer Woche, Spiegel.de.

3)Kang Pisman, Paving the way to a zero waste Indonesia, GAIA Report zerowasteworld.org.

4)Environment at glance, read oecd ilibrary.org.

FanPage FB YPBB Bandung.

Website resmi Kang Pisman, kangpisman.com.

Website resmi aliansi zero waste indonesia, aliansizerowaste.id.

Kumpulan Newsletter Zero Waste Cities.

Ten Zero Waste Cities: Bandung’s slow but steady drive to reduce its trash,  downtoearth.org.in

Trash Talk, everything you ever wanted to know about garbage, globalcitizen.org.

What a waste; A global review to solid waste management, World Bank Report.

Sri Lankas vent anger as toll rises in rubbish dump collapse, bbc.com

Talkshow Zero Waste Cities: Cegah Tragedi Leuwigajah Terulang, Live Streaming Youtube

You cannot copy content of this page