A Poison Tree
Pohon Beracun
I was angry with my friend,
I told my wrath, my wrath did end.
Aku pernah marah kepada temanku,
Aku katakan kemarahan itu, kemarahanku pun berakhir.
Penyair mengingat bahwa dia pernah marah kepada temannya, kemudian dia mengungkapkan kemarahannya itu padanya, dan dia pun tidak lagi marah.
I was angry with my foe:
I told it not, my wrath did grow.
Aku pernah marah kepada musuhku:
Aku tidak mengatakannya, kemarahanku bertambah.
Sebaliknya dia pernah marah kepada musuhnya. Dia memendam dan tidak mengungkapkannya. Yang terjadi adalah kemarahannya terus bertambah.
And I water’d it in fears,
Night & morning with my tears.
Dan aku menyiramnya ketakutan,
Malam dan pagi hari dengan air mataku.
Dia mengibaratkan kemarahan itu sebagai tanaman yang tumbuh di kebunnya. Dimana dia secara metafor menyiraminya setiap hari dengan air mata dan rasa takut.
And I sunned it with smiles,
And with soft deceitful wiles.
Dan aku meneranginya dengan senyuman,
Dan dengan tipu muslihat lembut.
Penyair berusaha menutupi kemarahannya dengan senyuman palsu dan tipu muslihat lembut agar tidak terlihat. Dia berpikir bahwa dengan begitu kemarahannya akan reda. Namun kenyataannya malah menambah rasa marahnya.
And it grew both day and night.
Till it bore an apple bright.
Dan itu tumbuh, baik siang maupun malam.
Sampai menghasilkan sebuah apel yang mengkilap.
Kemarahan yang diibaratkannya sebagai tanaman tadi, tumbuh menjadi sebuah pohon dan menghasilkan sebuah apel yang sangat menggoda.
And my foe beheld it shine,
And he knew that it was mine.
Dan musuhku memperhatikan kilapnya,
Dan dia mengetahui kalau itu adalah milikku.
Buah apel ini adalah bentuk manifestasi kemarahan si penyair. Kemarahan itu sampai merasuki bawah sadarnya, bahkan musuhnya pun dapat melihatnya.
And into my garden stole,
When the night had veild the pole;
Dan memasuki kebunku untuk mencurinya,
Ketika malam telah menutupi kutub.
Musuh penyair pergi menyelinap ke kebunnya di malam hari untuk mencuri buah apel.
In the morning glad I see;
My foe outstreched beneath the tree.
Di pagi hari aku senang melihat;
Musuhku terkujur di bawah pohon.
Keesokan harinya, sang penyair senang mendapati si musuh yang tergeletak mati.
2 Comments
Pingback:
Pingback: