standar hidup
Jurnal

Apa Standar Hidup yang Menjadi Peganganmu? Daily Stoic #091021

standar hidup

Seperti Apa Standar Hidup yang Kamu Miliki? – Daily Stoic tanggal 09 Oktober 2021. Kebiasaan yang kita tanamkan setiap hari mempunyai pengaruh besar menentukan karakter dan nasib di masa mendatang. Tentunya hampir semua orang tahu ini.

Tapi pernahkah kita menentukan standar hidup untuk kebiasaan dan rutin yang kita ciptakan?

 

Coba kita telaah lagi, apakah kebiasaan dan rutin yang kita lakukan sudah punya standar atau hanya sekedar dilakukan untuk menggugurkan kewajiban?

Apakah kita bahkan ingat apa saja yang kita lakukan saat mandi atau menggosok gigi, misalnya?

Bagaimana dengan reaksi kita ketika mendapati hal yang tidak menyenangkan? Apakah kita sudah bereaksi sesuai dengan apa yang kita harapkan dari diri kita?

Mengapa mempunyai standar hidup menjadi sangat penting?

Kita bakalan sama-sama ngobrolin di postingan kali ini.

Epictetus Quote - Daily Stoic, 09.10.21

When the standards have been set, things are tested and weighed. And the work of philosophy is just this, to examine and uphold the standards, but the work of a truly good person is in using those standards when they know them
epictetus
Epictetus
Discourses, 2.11.23-35

Mengapa mempunyai standar hidup penting buat hidupmu?

Apa yang terpikir olehmu dari pertanyaan ini?

Pernahkah kamu mengharapkan agar kamu menjadi seseorang yang kamu bayangkan? Misalnya saja menjadi seorang pemimpin yang menjadi teladan, atau menjadi seseorang yang tidak mempermasalahkan hal-hal sepele, atau seseorang yang sehat dan aktif.

Apakah perbuatan kita sudah mencerminkan sosok yang kita harapkan ini? 

Tentu saja mempunyai standar hidup itu penting karena kita menjalani kehidupan sehari-hari dengan melakukan respon dan bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi di hari itu. Jadi bayangkan jika kita membuat keputusan melakukan hal yang justru menjauhkan kita dari sosok yang kita bayangkan.

Kita ingin menjadi sosok yang bisa mengelola emosi dengan baik tapi tanpa standar hidup yang pasti, mungkin saja kita malah menjadi seseorang yang sebaliknya.

Mulailah menetapkan standar hidup untuk segala hal dalam hidup kita dan jangan kasih kendor ketika kita menjalankannya.

Buat standar hidup yang spesifik, yang kita inginkan. Jangan buat yang bias, seperti aku ingin berbuat baik atau aku ingin shalat 5 waktu atau aku ingin dikelilingi dengan teman baik.

Standar hidup bisa kita ambil dari pegangan nilai moral yang kita punya, ajaran agama, dan bisa juga dari apa yang kita harapkan. 

Apapun yang kamu putuskan dan miliki serta jalani, ini akan memudahkanmu untuk membuat keputusan yang tepat, bahkan sampai meraih impian dan hidup yang kamu selama ini bayangkan.

Bagaimana dengan aku?

Aku kurang menyadarinya sampai hari ini diingatkan kembali tentang pentingnya punya standar hidup. 

Terkadang aku mengerjakan yang terbaik sampai terlalu perfeksionis, terkadang aku terbawa emosi, terkadang menurunkan standar karena ketidakpercayaan diri, terkadang menetapkan terlalu tinggi dan jadi arogan karenanya. Selalu ada kondisi terkadang ini. 

Aku juga tidak mempunyai semua standar untuk kebiasaan dan rutin. Terkadang meskipun hal sudah menjadi rutinitas, ada saat-saat aku merasa jenuh dan apa yang dilakukan menjadi auto-pilot.

Yang masih menjadi PR besar adalah standar hidup bagaimana bersikap ketika menghadapi hal serupa yang menyakitkan, seperti yang aku alami hari ini.

PS: untuk bagian cerita hari ini, aku menggunakan POV orang ketiga.

Cerita Hari Ini, 09.10.21

Tidak mudah mengadopsi filosofi stoic apalagi jika kamu adalah seorang yang direct, straight to the point. Ini yang sering menjadi salah paham padahal kamu tidak punya niatan jahat buat orang lain. 

Malah seringnya kamu menempatkan kepentingan orang lain di atasmu,  yang justru malah sering menjadi boomerang. Kamu berpikir karena menempatkan kepentingan mereka di atasmu, kamu berharap mereka bisa mengerti kebutuhanmu di situasi tertentu. 

Namun siapapun mereka, dan tindakan yang mereka lakukan adalah diluar kontrolmu. 

Seperti hari ini, sudah beberapa minggu terakhir kamu mengutarakan keinginan untuk menelpon Mama kepada adikmu. Namun karena kesibukan di pekerjaan barunya, apa yang dijanjikannya tidak pernah jadi kenyataan. 

Tidak ada penjelasan dan kamu terus meminta waktu dan adikmu terus saja berjanji. Yang terjadi setiap akhir minggu, selalu sama yaitu hpnya tidak dapat dihubungi.

Dan kamu selalu benci jika diindahkan (benci adalah emosi yang terlalu kuat tapi itulah yang kamu rasakan).

Ketika perasaan ini muncul, sulit bagimu untuk mengindahkannya dan pikiranmu terkadang membawa ke perasaan membenci dirimu sendiri. Kamu berpikir mungkin ini karena kamu belum memaafkan masa lalu, dan orang-orang yang meninggalkanmu. Padahal kamu ingin meninggalkan pikiran ini.

Tidak ada yang namanya trauma dan luka masa lalu dalam Stoic. Kita bukan produk masa lalu, tapi setiap keputusan yang kita buat hari ini lah yang menentukan kita sekarang dan masa depan. 

Namun kamu (sekarang) masih di posisi membenci dirimu sendiri. (Miris mengingat betapa besar usahamu untuk mencintai diri sendiri). Kamu yang tadinya bersemangat buat Girls Night Out lagi seperti bulan lalu, malah menjadi mundur ketika temanmu bilang kalau dia tidak ada acara dua minggu lagi.

Kamu hanya ingin kembali masuk ke dalam gua. 

Tapi benarkah dengan ini kamu bisa menyembuhkan dirimu?

Perasaan sakit dapat timbul dalam dua hal, yaitu secara fisik dan emosional.

Sakit secara fisik adalah sebuah sistem alarm mengagumkan yang mencegah kerusakan lebih lanjut. Rasa sakit ini mengatakan kepada kita, “Kamu lebih baik mengubah apa yang kamu lakukan!

Sakit secara emosional juga mempunyai sistem kerja yang sama, yaitu mencegah kerusakan dan mengatakan kepada kita, “Kamu lebih baik mengubah caramu berpikir!”

Ketika kita masih berpikiran dengan pemikiran yang sama terhadap suatu kejadian, kita akan merasakan rasa sakit yang sama. 

Baik rasa sakit secara emosional maupun fisik, ketika kita terus melakukan hal yang sama, maka hal ini akan terasa menyakitkan.

Tidak peduli apakah kita benar atau salah dalam situasi itu, tapi menjadi “benar” tidaklah menolong.

Ingat, ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita kendalikan, perilaku dan reaksi orang lain termasuk salah satunya. Mengubah mereka itu sesuatu yang tidak mungkin dan sulit, jadi mengapa kita tidak melakukan apa yang mudah dan bisa kita kendalikan saja, yaitu mengubah cara kita berpikir.

Melakukan yang terbaik adalah standar hidup kita, tapi reaksi orang lain bisa saja berbeda. Belum tentu jika kita berbuat baik kepada seseorang, mereka akan membalas hal yang serupa. Begitu juga sebaliknya. Mungkin kita berbuat jahat kepada orang lain dan menyakiti perasaannya, namun mereka masih berbuat baik kepada kita.

Jadi lakukan saja peran kita sebaik-baiknya.

 

 

Jika sahabat adalah seorang muslim, kita dapat membuka sunnah dan hadis dari Nabi Muhammad S.A.W untuk memandu kita dalam segala aspek kehidupan termasuk standar hidup.

Salah satunya adalah cerita tentang seorang Arab Badui yang mengunjungi Nabi di Madinah dengan mengendarai unta. Ketika dia sampai di tempat tujuan, ia turun dari untanya tanpa mengikatnya. 

Nabi Muhammad SAW bertanya padanya, “Mengapa tidak engkau ikat untamu?”

Orang Arab Badui menjawab, “Saya melepaskan begitu saja. Saya bertawakal kepada Allah.”

Nabi Muhammad SAW kemudian berkata, “Ikat dulu untamu baru kemudian bertawakal.”

 

Lalu apa hubungannya ini dengan standar hidup dalam filosofi stoic?

Kita sebagai manusia terkadang berpikir jika kita mampu mengendalikan hari-hari kita. Kita memulai dengan persiapan dan bahkan to do list panjang supaya semua bisa terjadi dalam kendali kita. 

Kenyataannya setiap saat bisa saja terjadi sesuatu yang di luar kendali kita. Kemacetan, klient yang marah-marah, kolega yang menyebalkan, mood bos yang sedang di bawah awan hitam, order makanan yang lama banget, dan yang lainnya. 

Sungguh dua keadaan yang bertolak belakang. Kita yang menginginkan semua terkendali dapat memicu kondisi mental dimana kita mengalami kecemasan. Kecemasan dapat memicu overthinking dan keraguan pada diri sendiri, dan bahkan bisa berakhir pada kondisi membenci diri sendiri. 

Solusinya adalah bukan berarti kita tidak mempersiapkan hari kita dan sama sekali tidak mengontrolnya, namun menyeimbangkan antara percaya pada diri sendiri dengan melakukan yang terbaik dan sesuai dengan peran kita serta percaya kepada Allah SWT dan rencananya.

Percaya kepada Allah adalah tawakal.

Arti sesungguhnya dari tawakal adalah melakukan yang terbaik yang kita bisa lakukan dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Kita meletakan kepercayaan kita kepada Allah untuk melakukan bagian yang tidak bisa kita kendalikan. 

Mungkin Allah memberikan kita kesabaran, di lain waktu memberikan kita kemudahan. 

Dan jika sesuatu terjadi di luar yang kita inginkan, kita masih menemukan ketenangan karena kita telah melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Hasilnya tergantung kepada qadr.

Sekali lagi, lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dan serahkan hasilnya kepada Allah, karena Allah SWT tahu apa yang terbaik.

 

Kamu meneruskan membaca Creative Journal Writing kembali setelah berpindah pindah buku bacaan, seakan tidak punya tujuan, seakan tidak ada buku yang sedang menarik pikiranmu.

Film of the Day

Rasanya bahagia saat beberapa malam lalu menemukan film Fight Club di Netflix. Film yang paling berpengaruh dalam hidupmu, yang di salah satu babak di kehidupan masa lalu telah membantumu “hidup” saat segalanya berubah 180 derajat, saat kesedihan yang paling banyak menyapa hari-harimu.

Hal yang ingin kamu rubah hari ini

 Jadi apa yang ingin kamu rubah hari ini?

– tidak menggantungkan harapan dan kebahagiaanmu pada orang lain.

– tawakal. Mengerjakan yang terbaik dan let Allah do the rest.

Apa itu Daily Stoic?

Terinspirasi dari Daily Stoic karya Ryan Holiday dan podcast tentang Journalingnya Dewi Sandra yang dikirimkan oleh Ine, kamu berusaha memenuhi salah satu poin your wish list untuk mulai menulis jurnal harian dan menjawab tantangan harian dari Daily Stoic.

Don’t forget to love yourself and make your dreams come true.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *