Apa itu Growth Mindset dan 5 Tips Melatih Anak untuk Membentuknya
Growth mindset, yang diperkenalkan oleh Carol Dweck, adalah konsep penting dalam pendidikan anak-anak yang dapat merangsang perkembangan positif.
Dalam pandangan Dweck, growth mindset bukan hanya tentang berupaya keras, tetapi juga tentang cara berpikir, dan pandangan terhadap kemampuan anak melakukan sesuatu.
Tentu saja kita sebagai orang dewasa pun dapat belajar jika kita menyadari kita memiliki fixed mindset dibandingkan growth mindset.
Misalnya, saya yang menyadari bahwa terkadang saya mempunyai fixed mindset. Saya adalah pribadi yang kurang ambisius, suka merasa cepat puas dengan pencapaian yang sudah didapat sehingga kurang motivasi untuk melanjutkan.
Konselor saya bilangnya kalau ini terjadi karena saya yang kurang bisa mengalokasikan energi dengan baik.
Segala hal yang baru berperan besar dalam meningkatkan level dopamin saya yang rendah (thanks to ADHD..lol) tapi kemudian setelah beberapa lama hal itu menjadi kurang menarik dan saya akan beralih ke hal lain atau kegiatan baru yang sedang menyita perhatian saya.
Yang dimaksud dengan pengalokasian energi disini adalah excitement termasuk waktu yang saya habiskan di awal-awal fase yang biasanya over sehingga cepat mencapai titik jenuh.
Saya pikir, itu juga benar kalau saya memang kurang bisa mengalokasikan energi dengan baik. Tapi faktor lainnya adalah fixed mindset tadi.
Seperti misalnya ketika dalam penguasaan bahasa asing seperti bahasa Jerman. Saya sering berkata, “Bahasa Jerman saya masih belum bagus. Saya memang nggak berbakat di bidang linguistik.”
Hal ini juga yang membuat saya tidak berkembang dan mempunyai rasa takut. yang tinggi mengalami kegagalan untuk mengambil ujian bahasa misalnya. Padahal ya nobody will remember and cares too, right?
Hanya kita seorang yang sibuk memikirkan diri sendiri,
Itulah mengapa sembari kita mengajarkan anak kita, sekalian juga belajar memperbaiki diri.
Apa sih Sebenarnya Growth Mindset ?
Apa sih sebenarnya yang diajarkan growth mindset?
Dalam buku “Mindset” yang ditulis Carol Dweck – seorang professor psikologi di Stanford University, beliau mengajarkan bahwa kecerdasan dan keterampilan bersifat tidak tetap (tidak fixed). Melainkan dapat berkembang melalui usaha, latihan, dan ketekunan.
Ini artinya anak-anak atau dewasa yang memiliki growth mindset lebih cenderung menghadapi tantangan atau challenge dengan antusiasme, tidak takut gagal, dan siap untuk belajar dari kesalahan.
Mereka percaya bahwa mereka dapat meningkatkan kualitas dirinya melalui usaha yang tepat
Melatih Growth Mindset pada Anak
1. Menghadapi tantangan dengan antusias
Ketika anak sedang dihadapi dengan tantangan, bantu mereka dengan misal memberikan pemahaman mengapa mereka harus melakukannya dan mendukung mereka selama prosesnya.
Misalnya, jika anak ingin belajar bermain alat musik, bantu mereka merencanakan bagaimana cara membagi waktu untuk berlatih dan berikan dorongan positif saat mereka mencapai langkah-langkah menuju tujuan mereka.
Selain itu penting untuk memberikan pujian anak-anak atas upaya mereka daripada hanya hasil akhir. Ini membantu mereka mengembangkan kepercayaan diri dalam usaha mereka. Selain itu, penting untuk mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian alami dari belajar dan kesempatan untuk memperbaiki diri.
2. Menerima kritik dengan positif
Disini dibutuhkan peran orang dewasa untuk menjelaskan kepada anak bahwa kritik adalah umpan balik yang diberikan dengan niat baik untuk membantu mereka tumbuh dan belajar.
Namun, ajarkan juga mereka untuk dapat membedakan antara kritik yang membangun dengan komentar jahat atau hinaan.
Jelaskan juga kepada mereka bahwa menerima kritik bukan berarti mereka harus membela diri atau merasa terancam. Mereka dapat mendengarkan dengan baik tanpa merasa perlu memberikan alasan atau pembelaan.
Jangan lupa untuk memberikan pujian ketika anak menunjukkan sikap terbuka terhadap kritik. Misalnya, kita bisa berkata, “Aku bangga melihatmu menerima saran dengan begitu baik. Itu menunjukkan betapa matangnya kamu.”
3. Tidak perlu takut melakukan kesalahan
Kesalahan merupakan bagian dari proses. Kita sebagai orang tua harus berusaha untuk tidak melontarkan makian dan memberikan hukuman ketika mereka melakukan kesalahan di dalam proses pembelajaran.
Sebaiknya dorong anak-anak untuk fokus pada proses belajar daripada hasil akhir. Mereka harus belajar untuk mengevaluasi strategi yang digunakan dalam memecahkan masalah dan mengidentifikasi cara untuk meningkatkannya.
Anak-anak perlu memahami bahwa kesalahan adalah bagian alami dari pembelajaran dan bahwa untuk tumbuh, mereka harus terbuka untuk menghadapi kesalahan dan tantangan.
Dengan memprioritaskan pertumbuhan, mereka dapat merasa lebih nyaman dengan kesalahan dan tidak perlu selalu tampil sempurna.
4. Fokus pada proses pertumbuhan
“Prioritize growth over speed” adalah konsep yang sangat penting dalam melatih growth mindset pada anak.
Ini berarti bahwa lebih penting untuk fokus pada proses pertumbuhan dan pembelajaran daripada mencoba mencapai hasil dengan cepat atau tanpa kesalahan.
5. Memotivasi dengan tujuan
Sebagai orang tua, peran kita penting untuk membantu anak-anak menetapkan tujuan yang jelas yang dapat diukur tentunya dan juga mencakup upaya untuk membangun keterampilan dan pengetahuan mereka.
Favorite Quote
Kesimpulan
Satu hal yang terpenting selain lima tips melatih growth mindset pada anak di atas adalah bahwa sebagai orang dewasa, baik itu guru maupun orang tua, kita harus menjadi role model yang juga mengadopsi mindset yang sama.
Kita harus dapat menunjukkan ketekunan dalam mempelajari sesuatu, menerima kesalahan termasuk mengakui jika kita berbuat salah, dan menunjukkan bahwa kita selalu siap untuk belajar.
Mari kita tumbuh bersama dan hilangkan rasa takut terutama ketakutan untuk melakukan hal atau tantangan baru.
xoxo
Referensi
Mindset, The New Psychology of Success – Carol S. Dweck (2007)
Dweck, C (2015). Carol Dweck revisits the growth mindset. Education week, 35(5), 20-24
.