Self-reflection
Pengembangan Diri

Self-Reflection, 5 Cara dan Manfaatnya untuk Diri dan Sekitar

refleksi diri

Self-reflection atau refleksi diri. 

Tahukah kamu bahwa sebuah momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari dapat memiliki dampak yang mendalam dalam perkembangan dirimu?

 

Bayangkan ketika kamu sedang duduk di bawah sinar matahari sore yang lembut setelah hari yang panjang di tempat kerja atau di kampus, dan tiba-tiba kamu merenung tentang tindakan, kata-kata atau keputusan yang kamu ambil dan semua yang terjadi hari ini.

Itulah self-reflection atau refleksi diri, sebuah proses batin yang memungkinkan kita untuk menyelami diri sendiri, menggali makna dari pengalaman, dan mengidentifikasi cara untuk tumbuh yang sesuai bagi kita sebagai individu yang unik.

Self-Reflection atau Refleksi Diri

Menurut Neurolog

Self-reflection atau refleksi diri adalah proses kognitif yang memungkinkan individu untuk mengkaji pikiran, tindakan dan keyakinan.
Self-Reflection, 5 Cara dan Manfaatnya untuk Diri dan Sekitar | Pengembangan Diri | self-reflection | RenovRainbow
Stuss et al., 2001
Disturbance of Self-awareness after frontal system damage. Oxford University

Proses self-reflection/refleksi diri melibatkan metakognisi yaitu kemampuan untuk berpikir tentang pemikiran sendiri. 

Proses  ini tidak terbatas pada self-reflection/refleksi diri saja, melainkan juga mencakup kegiatan untuk memahami pikiran dan keinginan orang lain.

Daerah otak apa sih yang terlibat dalam proses ketika kita melakukan self-reflection?

Ini mencakup korteks prefrontal medial dan cingulate posterior, seperti yang ditunjukan dalam berbagai penelitian. Jika kamu penasaran, area-area ini adalah yang memainkan peranan penting dalam pengembangan rasa diri.

Karena dipengaruh oleh otak, maka proses self-reflection mungkin berbeda antara satu dengan yang lainnya termasuk untuk individu dengan kesadaran diri yang tergantung. Individu ini memerlukan metode penilaian yang berbeda.

Self-Reflection dan Performa Akademik

Self-reflection ibaratnya adalah latihan buat otak kita agar dibiasakan dalam mereview dan menilai sesuatu secara objektif, selain itu melatih self-awareness, yang mana agar otak tidak lagi beroperasi secara otomatis.

Selain itu sebuah study yang diawali dengan penelitian oleh McCrindle dan Christensen (1995) memberikan kita input berharga tentang manfaat refleksi diri, terutama dalam konteks pendidikan.

Jadi di dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa mahasiswa matkul Biologi tahun pertama yang membuat jurnal refleksi menunjukkan korelasi positif terhadap pemahaman belajar, kesadaran akan strategi kognitif, dan kemampuan memecahkan permasalahan yang lebih kompleks, termasuk bagaimana mereka memahami text book, dibandingkan dengan mereka yang tidak membuat jurnal refleksi diri.

Selain itu performa mereka yang membuat jurnal jauh lebih baik di ujian akhir dibandingkan mereka yang tidak membuat.

Intinya jurnal self-reflection/refleksi diri dapat membantu pelajar atau mahasiswa lebih fokus dan memahami pelajaran.

yang mana otak kita tidak lagi beroperasi secara otomatis. Dengan merenungkan pengalaman, tindakan, dan pemikiran kita, kita memberikan kesempatan pada diri kita sendiri untuk memahami lebih dalam, mengidentifikasi pola-pola, dan bahkan mengenali potensi perubahan yang dapat kita lakukan. Ini adalah latihan mental yang memperkaya, membawa pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri, dan memungkinkan kita membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam hidup.

5 Langkah Melakukan Self-Reflection

Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan sebagai gambaran bagaimana melakukannya. Dalam prakteknya sendiri, kamu bisa menyesuaikan dengan kondisi yang paling nyaman.

  1. Memilih waktu dan tempat yang membuat kamu nyaman. Jika memungkinkan pilih tempat yang tenang dan jauh dari kebisingan sehingga pikiran kamu bisa lebih jernih. Sedangkan waktu yang cocok, bisa di pagi hari atau sebelum tidur. Usahakan melakukan ini di waktu yang sama setiap hari.
  2. Menyiapkan jurnal atau catatan digital. Gunanya adalah untuk merekam pemikiran dan refleksi kamu. Ini juga membantu kamu untuk mengevaluasi dan melihat perkembangan serta perubahan dari waktu ke waktu.
  3. Menentukan tujuan. Sebelum memulai membuat jurnal, pahami terlebih dahulu apa yang ingin kamu capai melalui refleksi ini. Apakah kamu ingin memahami perasaan tentang suatu peristiwa atau untuk mengevaluasi progress kamu dalam mencapai tujuan tertentu. Misalnya dalam belajar, atau mengerjakan projek di tempat kerja. Buat skala prioritas dan tentukan mana yang terpenting.
  4. Lakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan terbuka agar refleksi menjadi lebih efektif, seperti misalnya, “Apa yang saya pelajari dari pengalaman ini?”, “Mengapa saya tidak bisa mengerjakan deadline ini sesuai dengan waktu yang ditetapkan?” dan sebagainya. Jawab dengan jujur dan tidak perlu menyembunyikan perasaan karena tidak ada pengamat dan audiens di sini. 
  5. Buat rencana tindakan setelah melakukan evaluasi. Apakah langkah yang kamu lakukan sudah tepat dan jika semisal masih kurang efektif, apa yang sebaiknya dilakukan sebagai langkah strategi berikutnya?
 

Setelah melakukan langkah-langkah di atas, langkah yang tidak kalah penting adalah melakukannya secara konsisten karena ini merupakan proses berkelanjutan.

Luangkan waktu secara berkala dan temukan manfaatnya di jangka panjang.

 

5 Manfaat Self-Reflection

Jika kamu membaca jurnal tentang refleksi ini, jangan kaget jika kamu menemukan banyak sekali manfaatnya. Namun, saya akan merangkumnya ke dalam 5 manfaat yang saya rasa cukup vital.

  1. Pemahaman diri yang lebih baik. Ketika kamu merenung dan mengajukan pertanyaan, ini akan membantu kamu untuk memahami tentang diri sendiri termasuk tujuan dan value hidup yang kamu junjung.
  2. Pikiran yang lebih tenang. Apalagi jika dibarengi dengan latihan bernafas selama 1-2 menit, kamu akan mampu membuat diri dalam kondisi aware dan juga menenangkan pikiran terutama untuk menyusun ulang pikiran yang sedang kusut. Manfaat jangka panjangnya adalah kamu terbiasa untuk berpikir jernih dan tenang ketika dalam kondisi atau situasi kritis.
  3. Munculnya kreativitas. Ide kreatif seringkali muncul saat kita menyendiri. Kamu juga bisa menjadikan sesi refleksi ini untuk mengeksplorasi ide-ide baru, kreativitas termasuk seni dalam memecahkan masalah.
  4. Mengelola emosi dengan lebih baik. Refleksi membuat kita menggunakan frontal cortex atau otak bagian depan, sehingga kita lebih conscious dan tidak menggunakan animal brain yang memberikan respon flight or fight.
  5. Meningkatkan kualitas hubungan intrapersonal. Saat kita mampu memahami diri sendiri lebih baik, kita juga dapat memahami orang lain lebih baik sehingga dapat memperkuat hubungan.
 

References

– Lew, M. D., & Schmidt, H. G. (2011). Self-reflection and academic performance: is there a relationship?. Advances in Health Sciences Education16, 529-545.

Johnson, S. C., Baxter, L. C., Wilder, L. S., Pipe, J. G., Heiserman, J. E., & Prigatano, G. P. (2002). Neural correlates of self‐reflectionBrain125(8), 1808-1814.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *