Tilik dan Cream
Reviews

Review Film Cream dan Tilik, Berbeda Namun Sama

Review Film Cream dan Tilik, Berbeda Tapi SamaKedua film ini adalah film pendek yang penayangan keduanya beredar di Youtube. Keduanya mendapatkan tempat di hati penonton. Ada yang menarik dari kedua film ini, mereka mempunyai kesamaan walaupun keduanya menitikberatkan persoalan dan jalan cerita yang sama sekali berbeda. 

 

Mari kita lihat dulu bagaimana jalan cerita dari film Tilik dan Cream ini.

 

Film Tilik (2018)

Judul : Tilik

Sutradara : Wahyu Agung Prasetyo

Durasi : 32 menit

Bahasa : Jawa

Rilis : 2020 (Kanal Youtube), bisa dilihat di tautan Youtube di atas.

 

Film Tilik adalah film pendek karya anak bangsa yang belakangan ini menjadi viral di sosial media. 

 

Film ini bercerita tentang perjalanan sekelompok ibu-ibu dari desa di atas sebuah truk. Mereka berencana akan menengok ibu Lurah di rumah sakit. Di dalam perjalanan itu, diawali oleh Bu Tedjo yang memulai gosip tentang seorang perempuan muda bernama Dian yang mempunyai hubungan dengan anak Bu Lurah, bernama Fikri. 

Film Tilik dan Cream
Film Tilik. Source by twitter Ravacanafilms

Dari pembicaraan mereka, kita menangkap sosok Dian yang digambarkan sebagai perempuan yang kurang baik dari gaya hidupnya. Sementara Bu Lurah, sesuai dengan jabatan suaminya yang pemimpin desa, adalah sosok terpandang. Sehingga menurut Ibu Tedjo dan yang sependapat dengannya, Dian akan menjadi pasangan yang kurang tepat bagi Fikri.  

 

Ibu-ibu dari desa ada yang menunjukan antusiasmenya dengan gosip itu, ada yang mengompori gosip itu, ada yang hanya menjadi pendengar dan ada juga yang tetap berpikiran positif.

 

Pembicaraan tentang Dian ini semakin memanas ketika ibu Tedjo Tilik menunjukan apa yang dianggapnya sebagai bukti dari media sosial. 

 

Mendekati akhir cerita, kelompok ibu-ibu ini sampai di rumah sakit tetapi tidak berhasil menjenguk Bu Lurah. Mereka bertemu dengan Dian dan Fikri yang menjelaskan kondisi Bu Lurah.

 

Penonton termasuk saya sempat berpikir bahwa gambaran Dian yang dijelaskan Bu Tedjo di truk berbeda dengan Dian yang tampak “baik-baik saja”. Namun sempat juga membenarkan gosip dari Bu Tedjo dengan melihat kedekatan antara Dian dan Fikri.

 

Penonton dikejutkan dengan di akhir cerita ketika ternyata Dian sebenarnya mempunyai hubungan khusus bukan dengan Fikri, melainkan dengan bapaknya Fikri, yaitu Pak Lurah.

Film Cream (2017)

Judul : Cream

Sutradara : David Firth

Durasi : 10 menit

Bahasa : Inggris

Rilis : 2017 (YouTube),bisa dilihat di tautan Youtube di atas.

 

Film Cream adalah film pendek animasi fotografi pertama yang saya tonton. David Firth sendiri sudah terkenal dengan film lainnya yang ditayangkan di BBC, negara Inggris. Ciri khas dari film-film David Firth sendiri adalah kedekatan cerita dengan kritik terhadap sosial politik berstatus quo.

 

Film ini bercerita tentang penemuan sebuah krim oleh Dr. Jack Bellifer. Krim yang diciptakan disini bukan sekadar krim biasa melainkan krim magik yang dapat menjadi pemecahan dari segala permasalahan yang ada di dunia. 

 

Krim dibuat dari susunan molekul yang diatur oleh teknologi tinggi sehingga dapat memperbaiki dirinya sendiri (continuous improvement). Krim sendiri adalah krim yang dapat memperbaiki segala kondisi, dari kondisi yang tidak ideal menjadi ideal. 

 

Di dalam film cream ini, kita dapat melihat segala bentuk permasalahan yang ada di dunia, dari mulai masalah kepercayaan diri akibat penampilan fisik, kekhawatiran menjadi tua, kurangnya kepintaran, perubahan mood/suasana hati, perasaan malas dan tidak termotivasi sampai kepada permasalahan global seperti peperangan, kemiskinan, kelaparan, masalah lingkungan, dan masih banyak lainnya.

Film Cream. Source by. film Cream
Cream yourself happy and cream the world beautiful. Source by. film Cream

Semua itu dapat terselesaikan dengan mudah, hanya dengan “cream yourself happy” dan “cream the world beautiful”.

 

Dunia tidak lagi memerlukan uang untuk mengatasi semua permasalahan. Mereka hanya memerlukan krim yang bahkan dengan formula terbaru, dapat menduplikasi dirinya sendiri, sehingga krim bersifat abadi.

 

Ketika krim mendominasi, dan kebahagiaan tidak lagi ditentukan dari kekayaan. Orang-orang kaya yang berkuasa di dunia menjadi geram dan mulai melakukan kampanye melalui media cetak dan media televisi. 

Film Cream. Source by. film Cream
Pemusnahan krim. Source by. Film Cream

Film Cream dan Tilik . Berbeda tapi Sama

Film Cream dan Tilik menunjukan kesamaan bagaimana pengaruh media terhadap apa yang orang pikirkan. Pada kenyataannya sendiri ada perbedaan pengaruh media berdasarkan demografis.

 

Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan lebih dapat dipengaruhi oleh media  dibandingkan dengan penduduk di pedesaan. Hal ini ada kaitannya dengan akses terhadap media sosial dan juga faktor kebiasaan sehari-hari.

 

Masyarakat desa, seperti digambarkan di film pendek Tilik lebih menyukai pembicaraan dari mulut ke mulut. Sementara di perkotaan, seperti di film Cream, pengaruh disebarkan dengan media cetak dan televisi.

 

Di dalam sebuah penelitian di Universitas Kansas, Amerika, masyarakat muda, berpendidikan serta mempunyai pandangan yang liberal mendapatkan pengaruh yang lebih sedikit. Ini yang digambarkan di film krim termasuk ke dalam yang memberontak dan ditangkap.

 

Sedangkan di film Tilik, bagaimana para Ibu-Ibu dapat dipengaruhi dari topik yang sangat meyakinkan disampaikan oleh Bu Tedjo.

 

Negara yang mempunyai kebebasan media tinggi akan berbeda dengan negara dengan kebebasan media dibatasi. Di dalam film Cream, kita melihat media yang dikuasai sepenuhnya oleh para elit politik. Semua pemberitaan menjadi seragam, yaitu menyudutkan krim.

 

Film Tilik dan Cream pada akhirnya menyadarkan kita akan isu-isu sosial dan politik kita temui setiap hari.

Referensi

Film Tilik, Youtube.

Film Cream, Youtube,

Universitas Kansas, Study shows how media’s influence on public opinion varies by country.

You cannot copy content of this page