5 Cara Menghadapi Politik Kantor Dengan Sukses
Cara Menghadapi Politik Kantor Dengan Sukses – Politik kantor tidak dapat dielakkan. Pada dasarnya dalam kehidupan bersosialisasi manusia, jika ada lebih dari dua orang akan terbentuk yang disebut dengan politik. Terlebih lagi di dalam kehidupan berorganisasi.
Politik sendiri tidaklah buruk, tidak juga baik. Politik, ya politik, seperti itu adanya.
Keadaan politik di kantor pun berimbas pada atmosfer kerja, yang nantinya akan mempunyai dampak pada kinerja individual. Parameter yang menentukan baik atau buruknya, adalah jika politik kantor ini membawa atmosfer kerja kantor/perusahaan menjadi menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Kenapa saya jadi tiba-tiba membicarakan tentang politik ya? Jadi ceritanya setelah kemarin saya posting cerita tentang sahabat saya yang beralih profesi ketika pandemi, saya jadi merindukan pekerjaan full time kantoran.
Kehidupan kantor yang setiap harinya penuh warna dan cerita, mungkin juga diselingi dengan drama dan di saat yang sama penuh dengan deadline hehe.
Ketika berbicara tentang pekerjaan full time kantoran, tentunya rekan kerja dan atasan termasuk di dalam lingkupnya, tidak terkecuali politik kantor.
Prinsip di Dalam Politik Kantor
Ada satu prinsip yang saya kenal di dalam politik kantor,
“Bukan siapa yang kamu kenal, tapi siapa yang mengenal kamu”.
Jadi jika kita mengenal 100 orang di kantor, tapi hanya 10 orang yang mengenal kita, apakah artinya? Artinya kita tidak mempunyai bargaining power / posisi tawar yang kuat, kecuali 10 orang itu adalah Kepala Departemen. Namun logikanya, jika Kepala Departemen mengenal kita, pasti bawahan lainnya pun sama, bukankah seperti itu?
Apakah ini saya tahu dari sejak pertama masuk kerja?
Oh tentu tidak Alfonzo … Saya masih ingat ketika pertama masuk kerja, saya pikir saya yang selama ini cuek orangnya, dan bisa dibilang tahan banting lah (duh emang ini kerja apaan sih), ternyata SALAH BESAR.
Ternyata saya pun mengalami masa Baper-an dan itu pakai pisan, alias sangat. Kalau saya masih jadi anak manja, saya rasa paling hanya bisa bertahan beberapa hari.
Mengapa Politik Kantor yang Keras Terjadi?
Penyebab politik kantor yang keras biasanya diantaranya, karena kurangnya ruang untuk promosi, perlakuan yang tidak adil dari atasan, sistem reward dan punishment yang tidak seimbang, dan lainnya.
Cara Menghadapi Politik Kantor Dengan Sukses
Menghadapi politik kantor ada seninya tersendiri, dengan pelaku seninya yaitu manusia.
Mengutip quote dari Dale Carnegie, yang mungkin mengetahui seni berpolitik melebih orang lain,
“When dealing with people, remember you are not dealing with creatures of logic but creatures of emotions.”
“Ketika kita berurusan dengan manusia, ingatlah kalau kita tidak berurusan dengan makhluk logika melainkan mahluk emosi.”
Di bawah ini ada cara menghadapi politik kantor dengan sukses,
1. Bersikap netral.
Di dalam politik kantor, biasanya akan ada kubu-kubu politik. Usahakan untuk tidak berpihak pada kubu manapun. Jika kubu A menjelekan, tahan diri kita untuk berkomentar. Tempatkan posisi kita jadi pendengar yang baik.
2. Ketika atasan sedang tidak ada, bekerja lebih giat dibandingkan biasanya.
Di kantor, akan selalu ada orang yang memperhatikan tindak-tanduk orang lain dan perilaku yang tidak biasa, akan lebih dikenali. Contohnya, dengan bekerja lebih giat.
Bekerja lebih giat, tidak selalu dikaitkan dengan overtime, tetapi disini ditekankan kepada lebih fokus, dan jika tidak ada atasan, mungkin ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan kita bahkan sebelum deadline yang diminta.
3. Menciptakan personal branding yang positif.
Jika kita pernah mengenal personal branding untuk seorang blogger, ini sama pentingnya bagi seorang karyawan. Ciptakan personal branding dimulai dari kebiasaan yang positif.
Salah satu contoh kebiasaan yang positif misalnya, selalu mempersiapkan ekstra untuk meeting. Ketika meeting, semua mata akan tertuju pada kita, mempersiapkan ekstra akan menambah penilaian diri kita di mata rekan kerja dan atasan.
Contoh lain misalnya, menyelesaikan projek yang sulit atau bahkan impossible atau tidak mungkin. Mengapa? Menjalankan projek impossible ini adalah hal yang menantang, tetapi di sisi lain tingkat kompromisnya tinggi.
Ketika kita tidak berhasil, orang akan bilang, mereka mengerti kalau itu sulit dilakukan dan tetap memberikan apresiasi atas usaha yang kita lakukan. Jika kita berhasil, maka personal branding kita akan meningkat tajam. Orang akan jadi notice siapa kita.
Personal branding disini adalah menjadi orang yang berbeda dalam artian positif dibandingkan dengan karyawan lainnya.
Mempunyai personal branding, membuat kita mudah dibedakan dari belasan, bahkan ribuan karyawan lainnya.
4. Menghindari orang yang suka bergosip.
Orang seperti misalnya Ibu Tedjo di film Tilik sebaiknya dihindari. Berikan perhatian secukupnya, tetapi sebisa mungkin tidak terlibat dengan gosipnya.
5. Berteman dengan orang-orang yang positif.
Sebisa mungkin tempatkan diri kita di lingkungan dengan orang-orang yang positif. Ini akan membantu kita untuk mendinginkan kepala, menghadapi situasi politik yang sewaktu waktu bisa memanas.
Cari juga orang yang paling mengetahui keadaan di kantor kita.
Di dalam perusahaan, pasti ada setidaknya satu orang yang bisa memberi tahu kita bagaimana situasi di kantor dan cara apa yang paling efektif menghadapinya.
Buat saya sendiri, politik kantor ini membawa banyak pelajaran yang bisa dipetik, termasuk mengendalikan ego, bagaimana menghadapi rekan kerja yang sulit , melihat sesuatu secara lebih global dan tidak dalam sudut pandang saya saja.
Mengetahui bagaimana kita bisa bersikap dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif, sehingga semua orang yang bekerja dalam satu atap bisa bekerja nyaman berdampingan.
Nah bagaimana dengan kalian, punya pengalaman cara menghadapi politik kantor kah? Jangan sungkan untuk share di kolom komentar ya.
Stay safe … xoxo
Referensi
Dale Carnegie, “How To Win Friends and Influence People”.
UMN College of Continuing & Professional Studies Webinar, Navigating Office Politics.