Saya sekarang ini memilih kedamaian pikiran.
Jika tidak cocok, tidak akan saya paksakan.
Hanya untuk perasaan ditinggalkan dan diignore agak sulit karena seperti trauma. Yang bisa saya lakukan, berusaha berdamai dan hidup berdampingan dengan trauma.
Jikapun semisal terjadi lagi hal yang memicu trauma, saya lebih memilih menjauhkan diri untuk sementara, menenangkan pikiran, kontemplasi, mengisi pikiran dengan hal-hal positif, menyibukan diri dengan kegiatan dan mencari solusi.
Sebisa mungkin saya tidak menggunakan kata benci, karena saya tidak mau hal itu yang terus datang dalam kehidupan saya, atau bahkan saya yang berperilaku seperti itu.
Bagaimana dengan kalian, apa yang kalian benci dalam hidup?
Bingung?
Kuncinya adalah jujur pada diri sendiri. Bukan hal yang menyenangkan, tapi jika kita tahu apa yang kita benci, kita bisa mencegah supaya kita bisa meminimalisasi reaksi kita.
Masalah itu bukan terletak pada masalah itu sendiri, tapi reaksi kita terhadap masalah itu.
Stay safe … xoxo
Baca juga, Indahnya Hidup, Self discovery journal hari ke-12.
Baca selanjutnya, Keahlian yang Dimiliki, Self discovery journal hari ke-14.
24 Comments
Chasanatul Abniyah
Benci jadi cinta… Hehehhe
Semangat menulis mbaass
renov
Makasih sudah mampir 🙂
Semangat menulis juga
Maria Ulfah
Disebut benci sih nggak, tapi tak suka. Tak suka didiamkan/diabaikan. Betul, ini karena pengalaman masa lalu.
Inner child, dsb. Yaps, berdamai terlebih dahulu lalu memaknai kembali pengalaman itu dengan positif.
Thank’s sharingnya, Kak ♡
renov
betul, berdamai untuk memaknai lebih positif.
Makasih sudah berkunjung yaa 🙂
Vera Priati Amalia
Aku sangat benci pengkhianatan. Pengalaman dikhianati berkali-kali membuatku ga mudah percaya sama orang.
Meskipun di sisi lain, pengkhianatan-pengkhianatan itu juga membuatku evaluasi diri, apa yang salah dengan diriku?
Namun jika aku rasa aku tidak salah, pikirku adalah berarti memang orang-orang itu tak baik jika berada di dekatku. Makanya Allah menjauhkannya dengan menunjukkan sifat aslinya.
renov
hi Non, makasih sudah mampir.
Bagus banget yang sudah kamu lakukan. Sudah bisa kontemplasi dan bertanya pada diri sendiri, dimana kah letak permasalahannya.
Jika kita yang salah, berarti ada yang bisa diperbaiki, dan jika seandainya itu terjadi di luar kuasa kita, Allah sudah memberikan yang terbaik buat kita.
Vera Priati Amalia
Ya ampun salah komen lagi hahaha malah di balasan komen orang. Maaf 😅
renov
it’s okay… no worries 🙂
Isti k
Ah iya..
Berdamai dengan pikiran adaalah tangga pertama untuk bahagia..
julia
Paling parah adalah membenci diri sendiri, aku pernah mengalaminya.
renov
Tenang kamu ngga sendiri 🙂
Sebagian dari kita juga mengalami fase ini
semoga sekarang sudah mencintai diri sendiri ya 🙂
April
Kak Renov, kalo aku dulu pernah ngalami benci jadi cinta…
Itulah ada pula pepatah jawa “gething neng nyanding”. He…
renov
hehe iya, karena emosinya kuat dan jadi fokus kita. Otomatis itu terus yang kita pikirkan.
Lama lama dipikirin, ya jadinya bergeser perasaannya
Tpjminds
Tapi kalau membenci keburukan masih boleh kan?
renov
di artikel sudah saya jelaskan kak 🙂
kalau kita fokus ke membencinya, bisa jadi suatu saat kita yang seperti itu atau apapun yang kita benci akan datang terus ke hidup kita.
law of attraction.
Pingback:
DEVI MILASANTY
Benci untuk mencinta itu suulit sekali … jafi lebih baik benci benci … cinta ya cinta … terkesan tegas ya … tapi manusia tdk bisa begitu … bisa tdk.bisa ya atau ditengah2 … itulah kehidupan realita … self reminder ya… semangat kak
Susana Devi Anggasari
Apapun masalahnya, berdamai dengannya menjadi cara termudah untuk membuatnya tampak ringan.
Aky
Mbaaaak~ orang hebat pasti lahir dari cobaan cobaan yang pernah menimpanya, justru hidup yang roller coaster itu selalu punya cerita yang inspiratif ah suka bangeet. Aku lebih tepatnya nggak benci sih tapi kadang ngerasa hina xDD semangat terus mbak
Lintang
Bener banget, reaksi kita terhadap masalah yang menunjukkan seperti apa kita saat ini
Pingback:
Pingback:
Pingback:
Pingback: