Benci Untuk Mencinta, Self Discovery Day 13
Benci Untuk Mencinta #Self Discovery #Day13. – Tidak mau mengecewakan kalian di belakang, jadi lebih baik saya katakan sekarang. Postingan ini bukan tentang Naif Band, bukan juga tentang lirik lagu Benci Untuk Mencinta. Bukan juga tentang David Naif yang awet muda.
Sekali lagi, tulisan kali ini nggak akan membahas seputar dunia permusikan ataupun kecantikan. Kita mau ngomongin hal apa yang dibenci dalam hidup kita.
Sama seperti kata “iri hati” di self discovery journal hari ke-3, kata benci ini juga keras dan frontal. Kebencian juga tidak membawa solusi, dan dampaknya kita ingin berada jauh-jauh dari sumber kebencian itu.
Benci Untuk Mencinta
Kenapa saya kasih judul benci untuk mencinta?
Karena ada garis tipis antara benci dan cinta. Hal yang kita benci bisa berubah menjadi hal yang kita lakukan.
Benci adalah perasaan yang kuat, begitu juga dengan cinta. Perasaan yang ada di dalamnya begitu kuat, sehingga terkadang orang mudah mengenalinya. Hanya saja yang membedakannya adalah benci merupakan perasaan negatif, sedangkan cinta adalah perasaan positif.
Jadi hal apa yang saya benci dalam hidup?
1. Ditinggalkan.
Sewaktu kecil, saya dan adik pernah merasakan ditinggalkan oleh keluarga terdekat, terisolasi dari keluarga besar, dan dipaksa untuk menjadi dewasa sebelum waktunya.
Akibatnya, ketika masa remaja, saya selalu menyukai pria yang “tidak mungkin saya pacari”. Ketika semisal dia balik menunjukan ketertarikan, saya akan menghindar. Ketika dia menjauhi, saya akan menyesali keputusan saya.
Terkadang saya akan menunjukan ketertarikan dengan pria lain di depannya, hanya untuk menutupi apa yang sebenarnya bergejolak di dalam hati.
Jikalau kami pada akhirnya berpacaran, saya akhirnya memilih untuk meninggalkan, dan tidak stay di dalam suatu hubungan ketika pihak keluarganya sudah protes.
Kisah hidup saya sudah banyak dipenuhi drama, tidak mau lagi dibebani dengan potensial drama.
2. Fake people.
Fake friends are like shadows
always near you at your brightest moments,
but nowhere to be seen at your darkest hour.
True friends are like stars,
you don’t always see them
but they are always there.
Selalu ada aja teman atau orang yang seperti ini.
Sekarang ini saya menerapkan konsep hubungan minimalis, tidak ragu-ragu untuk memfilter hubungan yang kurang sehat.
Kesimpulan
Saya sekarang ini memilih kedamaian pikiran.
Jika tidak cocok, tidak akan saya paksakan.
Hanya untuk perasaan ditinggalkan dan diignore agak sulit karena seperti trauma. Yang bisa saya lakukan, berusaha berdamai dan hidup berdampingan dengan trauma.
Jikapun semisal terjadi lagi hal yang memicu trauma, saya lebih memilih menjauhkan diri untuk sementara, menenangkan pikiran, kontemplasi, mengisi pikiran dengan hal-hal positif, menyibukan diri dengan kegiatan dan mencari solusi.
Sebisa mungkin saya tidak menggunakan kata benci, karena saya tidak mau hal itu yang terus datang dalam kehidupan saya, atau bahkan saya yang berperilaku seperti itu.
Bagaimana dengan kalian, apa yang kalian benci dalam hidup?
Bingung?
Kuncinya adalah jujur pada diri sendiri. Bukan hal yang menyenangkan, tapi jika kita tahu apa yang kita benci, kita bisa mencegah supaya kita bisa meminimalisasi reaksi kita.
Masalah itu bukan terletak pada masalah itu sendiri, tapi reaksi kita terhadap masalah itu.
Stay safe … xoxo
Baca juga, Indahnya Hidup, Self discovery journal hari ke-12.
Baca selanjutnya, Keahlian yang Dimiliki, Self discovery journal hari ke-14.
24 Comments
Chasanatul Abniyah
Benci jadi cinta… Hehehhe
Semangat menulis mbaass
renov
Makasih sudah mampir 🙂
Semangat menulis juga
Maria Ulfah
Disebut benci sih nggak, tapi tak suka. Tak suka didiamkan/diabaikan. Betul, ini karena pengalaman masa lalu.
Inner child, dsb. Yaps, berdamai terlebih dahulu lalu memaknai kembali pengalaman itu dengan positif.
Thank’s sharingnya, Kak ♡
renov
betul, berdamai untuk memaknai lebih positif.
Makasih sudah berkunjung yaa 🙂
Vera Priati Amalia
Aku sangat benci pengkhianatan. Pengalaman dikhianati berkali-kali membuatku ga mudah percaya sama orang.
Meskipun di sisi lain, pengkhianatan-pengkhianatan itu juga membuatku evaluasi diri, apa yang salah dengan diriku?
Namun jika aku rasa aku tidak salah, pikirku adalah berarti memang orang-orang itu tak baik jika berada di dekatku. Makanya Allah menjauhkannya dengan menunjukkan sifat aslinya.
renov
hi Non, makasih sudah mampir.
Bagus banget yang sudah kamu lakukan. Sudah bisa kontemplasi dan bertanya pada diri sendiri, dimana kah letak permasalahannya.
Jika kita yang salah, berarti ada yang bisa diperbaiki, dan jika seandainya itu terjadi di luar kuasa kita, Allah sudah memberikan yang terbaik buat kita.
Vera Priati Amalia
Ya ampun salah komen lagi hahaha malah di balasan komen orang. Maaf 😅
renov
it’s okay… no worries 🙂
Isti k
Ah iya..
Berdamai dengan pikiran adaalah tangga pertama untuk bahagia..
julia
Paling parah adalah membenci diri sendiri, aku pernah mengalaminya.
renov
Tenang kamu ngga sendiri 🙂
Sebagian dari kita juga mengalami fase ini
semoga sekarang sudah mencintai diri sendiri ya 🙂
April
Kak Renov, kalo aku dulu pernah ngalami benci jadi cinta…
Itulah ada pula pepatah jawa “gething neng nyanding”. He…
renov
hehe iya, karena emosinya kuat dan jadi fokus kita. Otomatis itu terus yang kita pikirkan.
Lama lama dipikirin, ya jadinya bergeser perasaannya
Tpjminds
Tapi kalau membenci keburukan masih boleh kan?
renov
di artikel sudah saya jelaskan kak 🙂
kalau kita fokus ke membencinya, bisa jadi suatu saat kita yang seperti itu atau apapun yang kita benci akan datang terus ke hidup kita.
law of attraction.
Pingback:
DEVI MILASANTY
Benci untuk mencinta itu suulit sekali … jafi lebih baik benci benci … cinta ya cinta … terkesan tegas ya … tapi manusia tdk bisa begitu … bisa tdk.bisa ya atau ditengah2 … itulah kehidupan realita … self reminder ya… semangat kak
Susana Devi Anggasari
Apapun masalahnya, berdamai dengannya menjadi cara termudah untuk membuatnya tampak ringan.
Aky
Mbaaaak~ orang hebat pasti lahir dari cobaan cobaan yang pernah menimpanya, justru hidup yang roller coaster itu selalu punya cerita yang inspiratif ah suka bangeet. Aku lebih tepatnya nggak benci sih tapi kadang ngerasa hina xDD semangat terus mbak
Lintang
Bener banget, reaksi kita terhadap masalah yang menunjukkan seperti apa kita saat ini
Pingback:
Pingback:
Pingback:
Pingback: