Ketika Hari Berganti dan Semua Pergi
Â
Jalanan kemarin tampak sesak padat.
Ribuan orang berjalan seperti kendaraan merayap.
Para pemuda kembali meneriakan kata kemerdekaan.
Ironisnya bangsa kita sudah lama lepas dari penjajahan.
Â
Seperti sebuah dejavu,
Pemuda lama pernah meneriakan yang sama
dua puluh dua tahun yang lalu.
Benarkah kini sumpah hanya tinggal kata.
Â
Mungkin pemilu dan sumpah, seperti waktu dan hari.
Ketika hari berganti,Â
Waktu yang lalu tak akan kembali.
Â
Satu, dua, tiga, …
Para pemuda menghitung kawannya.
Ketika hari berganti,
ada sebagian yang tak kembali.
Â
Para pemuda kemudian bertanya kepada pemuda lama,
Masihkah kita bertumpah darah yang sama?
Masihkah kita berbangsa yang sama?
Masihkah kita berbahasa yang sama?
Â
Ketika hari berganti dan semua pergi.
Ketika hari berganti dan semua pergi.
Â
3 Comments
Yonal Regen
Saya kalau bikin puisi gampang gampang susah…. (lebih banyak susahnya… hehehe). Puisi kak renov bagus, semoga bisa menjadi penyemangat para pemuda Indonesia
renov
Buat saya, semua yang berkaitan dengan puisi itu sangat menantang hahaha.
Ya bikinnya, ya mencoba memahaminya juga buat yang banyak metafora.
Menantang banget.
Wah makasih kak. Baru kali ini ada yang muji puisi saya, serius hehehe
Pingback: