Walau saya memiliki sahabat yang keluarganya membukakan pintu. Namun saya masih mencoba datang ke rumah keluarga Ibu, bersilaturahmi, dan mencoba mencari jawaban mengapa seorang Ibu tidak mencintai anaknya.
Saya pikir,
mungkin nenek terlalu sedih dengan hidupnya, sehingga dengan menyingkirkan Ibu bisa membuat dia lebih berbahagia.
Mungkin buat nenek, lebih baik menghapus kami dari keluarga daripada memiliki keluarga yang tidak dapat dibanggakan, bahkan mungkin memalukan untuknya.
Ketika berkunjung itu, saya menyadari bagaimana mata tajam mereka mengikuti kemana saya pergi seakan saya ini pencuri. Belum lagi hinaan yang kerap dilontarkan.
Ah, tapi itu kan sudah biasa. Sejak saya kecil, ocehan serupa biasa saya dengar.
Saya tidak pernah cukup baik buat mereka dan saya merasa tidak perlu membuktikan apa-apa karena bukan saya yang kurang. Mungkin hati mereka yang terlalu sempit untuk sekedar memberikan apresiasi.
Saya masih bersabar sampai di hari itu tiba,
Di hari lebaran, Ibu bersikeras mengunjungi rumah Nenek. Tidak ada satu orang dari kami yang mau menemani beliau. Kemudian malam itu, beliau pulang dengan mata lebam karena ditinju oleh adik laki-lakinya.
Semenjak itu, saya menutup hati untuk keluarga Ibu.
3 Komentar
Kyndaerim
Teh, 13 tahun udah pacaran? Aduh, aku mah masih maen di sawah, haha..
Terkadang, sahabat memang bisa menghadirkan cerita-cerita seru dan bersama mereka hidup terasa lebih berwarna (daripada keluarga sendiri) ya, teh, hihi..
Kalo aku rasanya masih belum bisa mencapai impian yg sebenarnya, apalagi untuk bahagiain orangtua, rasanya masih belum cukup sempurna, huhu..
Semoga apapun itu, kita bisa membahagiakan diri sendiri dengan cara kita masing-masing dan tanpa merugikan siapapun 🙂
Semangat teh Renov :*
renov
hehehe iya, aku udah kelas 1 SMA waktu itu. Dia kuliah tingkat 1.
Aamiin, semoga dirimu dikasih rejeki dan kesempatan untuk membahagiakan orang tua dan orang-orang di sekelilingmu ya.
Nuhun udah mampir neng xoxo
Ping Balik: